Erys membalas senyum beberapa perawat yang menyapanya, dengan riang Erys menyapa siapapun yang dia kenal. Rumah Sakit Adam selalu ramai dan tujuannya kemari sebenarnya adalah untuk bertemu dengan anak-anak pengidap kanker yang dirawat secara gratis di Rumah Sakit keluarganya ini. Setalah bertemu dengan anak-anak yang selalu bersemangat walaupun sudah menghadapi kesakitan di tubuh kecilnya itu, Erys selalu merasakan energinya turut menjadi positif.
Namun netranya terdistraksi oleh seseorang yang sangat dia hapal, ada Eros di sana, baru saja keluar dari ruangan Om Ale. Jika ini Erys beberapa hari lali, dia memilih untuk menghindari Eros namun kali ini dengan keberaniannya, Erys menghampiri Eros.
"Kak Eros?" Erys memberikan senyumannya pada Eros yang langsung berbalik menatap Erys.
Eros tampak menatap Erys dengan penuh selidik alih-alih membalas senyuman Erys, "Ada apa? Kamu tidak sakit kan?" Tanyanya penuh curiga.
Erys cemberut lalu menggeleng, "Emang kalau ke rumah sakit harus sakit dulu?" Tanyanya dengan sebal.
Eros menghela napasnya lalu mengelus rambut Erys dengan lembut, memberikannya senyuman tipis. "Habis bertemu dengan anak-anak?" Tanyanya kemudian karena ingat kegiatan favorit Erys jika di rumah sakit.
Erys menganggukan kepalanya, "Kak Eros habis ngapain di ruangan Om Ale? Kak Eros baik-baik aja kan?" Tanyanya kemudian dengan perhatian, jika dipikir pikir Erys tidak pernah menanyakan keadaan Eros dengan penuh perhatian padahal Eros lah yang selalu peduli tentang kesehatannya.
"Memangnya harus sakit dulu kalau mau ke rumah sakit?" Dengan senyum yang tertahan Eros menjawab membuat Erys tertawa. Eros bisa bercanda juga, walaupun candaan yang basic sekali.
"Okay, sekarang Kak Eros mau pulang?" Tanya Erys karena dia niatnya ingin menumpang, siapa tau Eros mau mengajaknya kemana dulu karena Erys bosan di rumah tidak ada yang menyenangkan. Kai sedang sibuk-sibuknya, malas sekali Erys harus berhadapan dengan Kai mode stress.
Eros mengangguk, lalu mengangsurkan tangannya. "Ayo?"
Erys tersenyum dan menerima uluran tangan Eros, keduanya berjalan menuju basement dengan bergandengan tangan. Wajah Eros yang tampak datar namun tatapan memancarkan jika dia hidup begitupula dengan Erys. Walaupun dia agak was-was, tetapi tidak dipungkiri bahwa dia bahagia.
Sudah berapa lama mereka seakrab ini ya? Diingatan Erys yang sangat samar-samar, dia pernah menjalinkan tangannya dengan Eros seperti ini. Di waktu yang lama itu, sebelum entah kenapa mereka menjadi sejauh dan secanggung ini.
"Kamu mau langsung pulang?" Tanya Eros saat mereka berdua berada di lift.
Erys mendongak untuk menatap Eros, "Males di rumah sendiri, Kai lagi stress jadi gak ada yang digangguin. Boleh ikut Kak Eros?"
Eros menganggukkan kepalanya setuju, lalu membawa Erys menuju mobilnya dimana Pak Adi sudah menunggunya. Eros membukakan pintu mobil untuk Erys, mereka duduk di belakang dengan Pak Adi yang bertugas untuk menyetir.
"Mau mampir makan?" Tanya Eros lagi.
"Delivery aja?"
Kembali Eros menganggukkan kepalanya. Erys pun menyenderkan tubuhnya, melirik sekilas pada Eros yang memejamkan matanya saat mesin mobil mulai menyala. Yang dia tahu, selama pergi dengan keluarga dan kebetulan ada Eros maka Eros akan duduk di kursi penumpang belakang dan selalu memejamkan matanya.
Tidak tahu alasannya apa, Erys juga tidak bertanya dan tidak ingin mengganggu Eros yang tampak memejam. Tangan mereka masih terjalin, Erys tidak sadar saat Eros kembali membuat tangan mereka bertautan.
"Pak Adi nanti ikut nobar?" Erys memecah keheningan karena tidak ada suara apapun di dalam mobil. Dia adalah tipe orang yang tidak tahan dengan keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
General FictionSequel of Fall in Love Eros Kalnandra Nararya Adam mengenal Erys Serapina Adam bahkan sejak Erys masih dalam kandungan tantenya. Nama Erys pun pilihan Eros, mereka sedekat nadi dan tidak terpisahkan walau bahkan oleh jarak umur yang terpaut jauh. Ba...