14. Guilty as Sin

234 19 4
                                        

Erys menghela napasnya saat melihat Kaivan menaruh sebuah kotak dengan brand bakery favorite Erys ke atas meja ruang tamu tanpa menatap Erys sama sekali, sama seperti tujuh hari ke belakang. Tapi tidak sama seperti sebelumnya, Erys berdehem untuk meminta atensi sepupunya itu.

"Sampai kapan lo mau anggap gue gak ada, Kaivan?" Tanya Erys saat Kaivan menatapnya. Biasanya jika mereka tidak bicara selama beberapa hari, tujuh hari adalah batasnya jadi Erys yang mengajak Kaivan berbincang kali ini karena Erys tahu dirinya bersalah, amat bersalah. "Maaf."

Kaivan berdecih sinis, "seharusnya ke Kak Eros lo bilang gitu," ujarnya dengan tatapan tajam membuat Erys kembali menghela napasnya.

"Gimana gue bisa minta maaf kalau semua orang yang gue tanya selalu bilang gak tau dimana Kak Eros?" Tanya Erys dengan pelan. Semuanya kompak mengatakan tidak tahu dimana Eros tetapi juga kompak mengatakan jika keadaan laki-laki itu baik-baik saja tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tetapi Erys khawatir, hingga melupakan segala rencana yang dibuatnya jika Aidan pulang.

Melihat Kaivan yang masih mengiriminya makanan dan mengantarjemputnya walau tanpa pernah mengeluarkan suara membuat Erys yakin jika Eros pun masih meminta bantuan Kaivan seperti biasa. Artinya Kaivan tau dimana Eros sekarang.

Kaivan menghela napasnya sebelum duduk di hadapan Erys, "biarin dia sendiri dulu—" Kaivan menjulurkan satu tangannya pada Erys, "—sorry gue udah diemin lo."

Erys menerima uluran tangan Kaivan lalu tersenyum, "it's okay, gue juga salah udah kelewatan. Gimana kalian nemuin Kak Eros waktu itu?" Tanya Erys karena setelah itu Dadanya meminta Erys agar masuk saja bersama sang bunda. Walaupun Erys sudah berusaha untuk ikut mencari, tetapi melihat sang ayah yang terlihat sangat khawatir membuat Erys mundur. Lebih baik tidak memperlama waktu.

"Dia jalan mau ke apart," Kaivan hanya menjawab itu dan Erys tahu jika Kaivan tidak ingin membahas hal tersebut lebih dalam. Artinya juga, saat itu sangat kacau. "Kalau lo tanya gimana keadaan Kak Eros sekarang, ya dia baik-baik aja. Bukannya dia yang paling pintar pura-pura?" Sekarang Eros tampak tertawa dengan kening berkerut.

Erys tahu, keadaan masih belum membaik sejak tujuh hari yang lalu. Erys juga jadi tahu, Eros tidak sedingin dan sedatar tampilannya karena sesungguhnya diantara mereka bertiga, Eroslah yang sekarang perasaannya mudah rapuh. Erys pikir, setalah kecelakaan itu dan Eros dapat tenang meninggalkannya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan dan semakin bersinar karena prestasi-prestasinya maka Eros pun tenang dalam hidupnya maka Erys salah. Eroslah yang paling hancur saat itu, tetapi memang benar, Eros paling pandai berpura-pura.

"Mama sama Papa tanya kenapa lo jarang main lagi, jangan takut kalau itu yang lo pikirin." Kaivan lalu berdiri, mengelus kepala Erys singkat sembari tersenyum seperti biasa. "Kak Eros... Kak Eros gak marah sama lo."

Erys tahu.

Mengacak rambutnya yang sudah berantakan, Erys memutuskan melihat kotak yang pasti berisi kue itu. Dan Erys merasakan matanya memanas saat melihat cupcakes dengan tulisan; sorry. Dengan pelan Erys mengambil sendok kecil dan memakan cupcakes itu dengan air mata yang mengalir.

"Bodoh," gumamnya. Seharusnya Eryslah yang meminta maaf terlebih dahulu bukannya Eros walaupun dengan perantara Kaivan.

Setelah habis, Erys akan beranjak bersamaan dengan pesan masuk ke dalam handphonenya. Erys tersenyum tipis menatap pesan dari Aidan itu lalu membukanya.

Ai(Love)dan

Sibuk? Papa sama mama pengen ketemu sekalian makan bareng.

Me

Aku udah pulang kuliah, boleh aja sih.

Ai(Love)dan

Fall ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang