"Please please please," Erys bersenandung kecil sembari merebahkan tubuhnya di sofa. Sedangkan Eros sedang mengerjakan pekerjaannya di meja. "Don't bring me to tears when I just did my make up so nice," lantunnya lagi. Tangannya sibuk membaca X yang kadang juga menimbulkan gelegak tawa.
Di sebelahnya juga ada banyak makanan yang dia pesan dari handphone milik Eros. Kalau tau rasanya menyenangkan dan menenangkan seperti ini maka Erys bisa mampir di kantor Eros terus. Sayangnya Erys baru berani saat ini untuk gencatan senjata.
Biar Erys ceritakan bagaimana hubungannya dengan Eros. Sependek ingatannya, dia cukup atau bahkan sangat akrab dengan Eros saat masih kecil. Mungkin saat usianya belum mencapai dua belas tahun dan Eros sudah berada di masa remaja akhirnya. Tapi semua itu berubah, Eros tidak mau lagi bermain dengan Erys dan menjadi sangat menyebalkan-dalam pandangan Erys- dan jadilah dia lebih akrab dengan Kai. Singkatnya, mereka jadi sejauh ini hingga di hari ulang tahunnya itu.
Eros dengan segala rutinitas tahunannya meminta gencatan senjata. Mereka jadi dekat, setidaknya di hari ulang tahunnya. Lalu, lagi-lagi hal tidak mengenakan terjadi. Di sinilah Erys, kini menatap Eros dengan pandangan penasaran.
"Kak Eros," panggilnya pelan.
Eros menjawab dengan deheman tanpa mengangkat kepalanya menatap Erys. Masih setuju menatapi laptopnya, apa laptop lebih menarik dari Erys ya?
Kembali Erys memanggil, "Kak Erosssss!" Katanya dengan nada manja, sama seperti saat dia memanggil Kai.
Kali ini Eros menatap Erys, "Ada apa?"
Erys tertawa karena akhirnya Eros mau menatapnya setelah sekian lama. "Mau jalan-jalan habis ini, boleh?" Sebenarnya Erys tahu jawaban Eros tetapi tujuannya bukan hanya jalan-jalan sendiri. "Mau jalan-jalan sama Kak Eros, mau ya?" Lanjutnya kemudian sebelum Eros menjawab.
Lalu Erys kembali melanjutkan kalimatnya, "Sudah lama kan kita gak pergi berdua? Berapa tahun ya sampai Erys lupa. Karena kita udah gencatan senjata untuk jadi sepupu yang baik dan aku kemarin habis ulang tahun. Boleh minta beberapa permintaan?"
Erys berjalan menuju Eros, menyeret kursi untuk duduk di sebelah Eros sembari tersenyum. Matanya melirik foto dirinya lalu senyumnya melebar. Memperbaiki hubungan dengan Eros sama dengan memperbaiki banyak hal, tentu Erys harus mencobanya. "Gak menerima penolakan."
Eros menghela napasnya, melembutkan tatapannya pada Erys lalu mengelus rambut Erys dengan teramat lembut. "Apa?"
"Aku belum kepikiran banyak," Erys menghentikan kalimatnya untuk melihat reaksi Eros tentang kata banyak yang keluar dari mulutnya. "Tapi yang pertama, jangan hilang-hilangan lagi bisa?"
"Tergantung," jawab Eros singkat.
Erys mendelik tidak suka. Jawaban apa itu? Sungguh.
Eros kembali melanjutkan, "Kakak tidak hilang-hilangan, kakak cuma sibuk." Lanjutnya yang tidak Erys percayai sama sekali. Memang dia masih Erys kecil yang naif? Oh tidak Ferguso.
"Kakak kira aku masih anak kecil yang percaya aja?" Tanyanya dengan decihan. "Lupakan itu, pokoknya aku gak bakal biarin dan permintaan keduaku. Wajib Kak Eros turutin, mau kan?"
Begitu Eros menganggukkan kepalanya, Erys langsung tersenyum dan menunggu jam pulang untuk memaksa Eros pulang ke apartemen, tempat yang sangat Erys ingin tahu. Bahkan dari depan ruangan hingga perjalanan di mobil, Erys tidak melepaskan genggaman tangannya pada sang sepupu.
Sampailah keduanya di depan unit apartement Eros. Erys merasa sangat antusias, ini kali pertamanya kemari dengan Eros. Dia hanya pernah mendengar alamat ini dari Nara ataupun Kai, tidak pernah langsung datang kemari. "Password apartemennya apa Kak?" Tanya Erys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
General FictionSequel of Fall in Love Eros Kalnandra Nararya Adam mengenal Erys Serapina Adam bahkan sejak Erys masih dalam kandungan tantenya. Nama Erys pun pilihan Eros, mereka sedekat nadi dan tidak terpisahkan walau bahkan oleh jarak umur yang terpaut jauh. Ba...