"It's okay, gak perlu ada yang dikhawatirkan lagi. Eros kurang istirahat, makan gak teratur, dan stress berlebih makanya bisa tumbang begini."
Rajendra tersenyum tipis menatap Erys yang masih terdiam duduk di sofa kamar Eros. Tadinya Rajendra akan berangkat ke rumah sakit namun malah berbelok ke apartmen Eros karena Erys yang menelponnya dengan menangis.
"Papa minta tolong nanti Eros setelah makan dipaksa makan terus minum obatnya ya?" Pinta Rajendra sembari membereskan alat-alat yang digunakan untuk memeriksa Eros. "Jangan khawatir. Dia baik-baik aja kalau kamu juga baik-baik aja," Rajendra melebarkan senyumannya lalu mengelus rambut Erys.
Saat merasakan Erys menatapnya dengan penuh tanda tanya maka Rajendra menjawab, "kamu akan ngerti suatu saat nanti. Papa pamit dulu, jangan lupa kamu juga makan yang teratur."
Setelahnya kamar Eros hanya dipenuhi dengan keheningan karena Erys yang sesudah mengantar Rajendra keluar dan memesan makanan hanya duduk diam menatapi Eros yang tumbang lagi. Memang Eros tampak kurang sehat tadi malam tetapi Erys yakin Eros akan baik-baik saja besok paginya karena tidur Eros pun tampak sangat nyenyak. Ternyata Erys salah besar saat merasakan beban tubuh Eros bertambah berat dan Eros tidak menyahut sama sekali saat dipanggil.
Erys panik menepuk-nepuk pipi Eros yang tidak bergeming dalam pelukannya dengan wajah pucat pasi dan badan yang dingin. Erys takut Eros terkena serangan jantung saat tidur maka dai itu menelpon Rajendra walaupun pagi-pagi menuju jam kerja adalah pilihan yang tepat.
"Udah berapa kali coba? Kenapa Kak Eros jadi gini sih," Erys menghela napasnya sembari duduk di dekat kepala Eros. Tangannya mengelus pelan rambut Eros, membawa jarinya menelusuri wajah Eros dengan lembut.
"Kenapa Kak Eros tambah ganteng banget sih? Baru sadar," gumam Erys saat tangannya sampai pada alis Eros. "Ih kaya ulat bulu," Erys terkikik seolah lupa dengan masalahnya tadi.
Kini tangan Erys sampai pada bibir Eros lalu teringat kejadian yang lalu, "seksi tapi nakal."
"Siapa?"
"Astaga!" Erys terlonjak lalu membawa tangannya bersembunyi saat mendengar jawaban Eros akibat gumamannya itu. "Kak Eros udah bangun?" Pekiknya karena mengira Eros sudah bangun sejak tadi tetapi memilih diam untuk menjahili Erys.
Eros membuka matanya lalu tersenyum tipis, "siapa yang nakal tapi seksi?" Tanyanya dengan satu alis terangkat, tampak menyebalkan walaupun wajahnya masih pucat.
"Knowing everything particular object alias kepo." Erys mencebikkan bibirnya. "Jangan-jangan Kak Eros udah bangun daritadi ya?" Dengan penuh selidik Erys menuding Eros dengan jari telunjuknya.
Eros menangkap jari Erys dengan tangannya lalu menggenggam jari itu, "mana ada. Geli," ujar Eros sembari membawa jari Erys digenggamannya untuk menelusuri wajah Eros lagi. "Seperti ini, geli."
Erys mengulum senyumnya lalu membuat wajahnya mengeluarkan ekspresi seperti berpikir, "gimana kalau kita buat kesepakatan?" Tawar Erys dengan wajah meyakinkan.
"Seperti apa?"
"Kalau aku bisa ngehilangin ini—" Erys menyentuh kantung mata Eros yang agak berwarna hitam, "buat ini jadi gembil minimal mirip pipinya Kaivan," kini Erys mengelus pipi Eros dengan senyuman.
"Buat berat badan Kak Eros nambah minimal lima kilogram dalam satu bulan, makan teratur dan gak lupa waktu saat kerja sampai Mama Nara happy, dan mata ini gak datar macam jalan tol." Senyuman Erys tambah lebar saat Eros menyipitkan matanya, "kalau berhasil, gimana kalau kita liburan bareng ke Paris?"
"Berdua?" Tanya Eros cepat, matanya menatap intens pada Erys yang tampak berpikir.
"Boleh," jawab Erys kemudian. Iyakan saja dulu, nanti kalau sudah saatnya Erys bisa memaksa keluarga untuk liburan bersama sekalian saja mengajak Oma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fiksi UmumSequel of Fall in Love Eros Kalnandra Nararya Adam mengenal Erys Serapina Adam bahkan sejak Erys masih dalam kandungan tantenya. Nama Erys pun pilihan Eros, mereka sedekat nadi dan tidak terpisahkan walau bahkan oleh jarak umur yang terpaut jauh. Ba...