10. Labyrinth

109 11 3
                                    

Eros membuka matanya, bibirnya kontan tersenyum tipis melihat Erys yang tertidur di sampingnya. Masih memeluknya. Tidurnya sangat nyenyak, mungkin pertama kalinya setelah sekian lama dia memiliki tidur yang berkualitas dan semua itu karena gadis di sampingnya.

Erys tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka serta terdengar dengkuran halus. Kembali, senyum Eros bertambah lebar. Dengan pelan, Eros mengecup dahi Erys lalu turun ke kedua matanya yang masih tertutup. Eros tertawa kecil saat Erys tampak mengerutkan keningnya terganggu.

"Terimakasih," ucapnya tulus. Eros lalu bangkit dan memilih untuk mandi dan bersiap, mau tidak mau dia harus segera bersiap untuk pergi kerja. Walaupun rasa enggan itu hadir, Eros masih ingin bermanja pada Erys yang tertidur.

Sedang Erys yang ditinggalkan Eros, perlahan membuka matanya setelah lebih dari lima menit Eros di kamar mandi. Erys mengerjapkan matanya dan mengingat-ingat ada dimana ia. Setelah teringat, dengan cepat Erys terlonjak bangun.

"Bodoh banget, dua kali Erys dua kali." Erys menepuk-nepuk dahinya, meruntuki diri yang sudah kedua kalinya ketiduran bersama Eros dalam waktu yang berdekatan.

Erys melirik kamar mandi saat mendengar bunyi gemericik dari sana yang berhenti lalu buru-buru keluar dari kamar Eros tetapi sial sekali saat Erys malah tersandung kakinya sendiri hingga dentuman tubuhnya yang terjatuh tidak bisa terhindar.

"Ah!" Erys terpekik saat merasakan tubuhnya jatuh di lantai. Jantungnya berdebar keras saat hentakan kaki yang berlari ke arahnya.

"Hey, kenapa tiduran di sana?"

Perlahan, Erys menaikkan pandangannya hanya untuk melihat kaki telanjang Eros lalu ke atas melihat handuk melingkari pinggang Eros dan ke atas lagi melihat WOW SIX PACK?

Erys meneguk ludahnya susah payah melihat Eros yang setengah telanjang tampak sangat seksi dan menggoda. Sialan, kenapa dia tiba-tiba berpikiran mesum dan ingin memegang perut Eros yang six pack itu?

"Erys? Kakak ban—"

Erys cepat menyela, "Stop! Biarin gini dulu please. Aku malu," Erys menutup kedua matanya masih dengan posisi yang sama. Mungkin jika dia berkaca, akan tampak wajahnya yang memerah sempurna. Bayangan tubuh Eros masih tampak jelas di ingatannya.

Eros terbahak melihat Erys yang masih tangguh pada posisinya, dengan gerakan lambat Eros memakai bajunya dan memakai celana. Netranya masih menatap Erys yang tidak mau beranjak dengan sorot geli. "Sudah," ujarnya saat selesai mengenakan pakaian lengkap.

"Nanti, pergi dulu baru aku bangun," balas Erys menggelengkan kepalanya menolak.

Eros menggelengkan kepalanya pelan, bukannya menuruti mau Erys agar dia pergi dulu Eros malah membungkukkan badannya dan meraup Erys dalam gendongannya. Erys memekik kaget lalu spontan melingkarkan kedua tangan dan kakinya di tubuh Eros.

"Yang paling penting sarapan dulu, okay?" Dengan gampang Eros membawa Erys keluar kamarnya menuju ruang makan yang pasti sudah ramai orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang paling penting sarapan dulu, okay?" Dengan gampang Eros membawa Erys keluar kamarnya menuju ruang makan yang pasti sudah ramai orang.

"Ya ampun, kamu apain adiknya Kak?" Nara terkejut melihat anaknya yang menggendong sang keponakan. Nara geleng-geleng kepala saat Eros mendudukkan Erys di kursi dan memberikan kecupan di dahi membuat Erys melotot dengan wajah memerah. Nara juga sampai memegang jantungnya saat melihat Eros tertawa kecil. "Anak kamu kelewat sehat, Mas Rajen." Bisiknya pada Rajendra yang fokus pada sarapannya. Rajendra balas ucapan Nara dengan kecupan di bibir secara singkat.

Fall ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang