Bab 2: Labirin Kegelapan

22 3 0
                                    

Angin berhembus lembut di antara pepohonan, membawa bisikan halus dari roh-roh yang bersemayam di hutan. Cahaya bulan perlahan tertutup awan, menambah kesan misterius di sekitar labirin magis yang terbentang di hadapan Wei Wuxian dan Lan Wangji. Batu-batu besar yang dipenuhi lumut membentuk dinding labirin yang menjulang tinggi, seolah menantang siapa pun yang mencoba memasukinya. Cahaya redup dari simbol-simbol sihir kuno berpendar samar di dinding-dinding tersebut, memberi petunjuk akan bahaya yang menunggu di dalam.

Wei Wuxian mengamati sekelilingnya dengan rasa ingin tahu yang tak terbendung. “Labirin ini... Menarik. Seperti teka-teki kuno yang menunggu untuk dipecahkan.”

Lan Wangji, yang berdiri diam di sampingnya, mengamati dengan penuh kehati-hatian. “Ini lebih dari sekadar teka-teki, Wei Wuxian. Setiap sudut dari labirin ini bisa penuh dengan jebakan magis yang bisa membunuh kita dalam sekejap. Kita harus tetap waspada.”

Wei Wuxian terkekeh. “Kau terlalu serius, Lan Zhan. Terkadang, keberanian dan sedikit ketidakpatuhan bisa membuka jalan.”

Lan Wangji mengerutkan kening, namun memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh. Dia tahu, Wei Wuxian memang selalu ceria dan spontan, tapi kekuatannya dalam mengendalikan energi gelap bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Meskipun mereka sering berbeda pendapat, Lan Wangji tak bisa menyangkal bahwa Wei Wuxian memiliki kemampuan yang luar biasa.

“Baiklah,” Wei Wuxian menarik napas dalam-dalam dan memegang tali pedangnya dengan erat. “Ayo kita mulai. Lagipula, kita di sini untuk menemukan Kunci Kegelapan, bukan?”

Mereka berdua mulai melangkah masuk ke dalam labirin. Semakin jauh mereka masuk, suasana menjadi semakin gelap dan dingin, seolah-olah kekuatan gelap yang bersembunyi di dalamnya semakin kuat. Langkah-langkah kaki mereka bergema di antara dinding batu, sementara suara-suara samar dari roh-roh hutan terdengar di kejauhan.

Wei Wuxian berusaha untuk menjaga suasana tetap ringan dengan beberapa candaan. “Jadi, Lan Zhan, apakah kau sering masuk ke tempat seperti ini untuk bersenang-senang?”

Lan Wangji menatapnya sekilas dengan tatapan datar, lalu kembali fokus pada jalan di depan mereka. “Bersenang-senang tidak ada dalam tujuanku saat ini.”

Wei Wuxian tersenyum lebar. “Tentu saja, aku sudah menduganya. Tapi jangan khawatir, aku akan memastikan kita keluar dari sini dengan selamat, dan mungkin sedikit lebih bahagia.”

Saat mereka melangkah lebih dalam, sebuah suara aneh terdengar dari balik salah satu tikungan. Langkah kaki berhenti. Wei Wuxian mengangkat tangannya, memberi isyarat pada Lan Wangji untuk berhenti.

“Kau mendengar itu?” bisiknya.

Lan Wangji mengangguk. “Sebuah jebakan atau makhluk.”

Dengan hati-hati, mereka berdua berjalan ke arah suara tersebut, dan ketika mereka tiba di sudut berikutnya, mereka melihat sesuatu yang tidak terduga. Di depan mereka, ada sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu hitam, penuh dengan ukiran simbol kuno. Di tengah gerbang, ada sebuah celah, seolah-olah menunggu sesuatu untuk dimasukkan.

“Sepertinya kita berada di pintu masuk utama,” kata Wei Wuxian sambil mendekat untuk memeriksa lebih lanjut.

“Jangan sembarangan mendekat,” peringat Lan Wangji dengan nada tegas. “Pintu ini mungkin memiliki segel atau jebakan yang bisa diaktifkan.”

Wei Wuxian menghela napas dan melangkah mundur sedikit. “Baiklah, baiklah. Kau terlalu paranoid, tahu?”

Sebelum Lan Wangji bisa merespon, suara dari dalam gerbang bergema, diikuti oleh getaran halus di tanah. Batu-batu hitam mulai bergerak, seolah-olah sesuatu sedang diaktifkan. Sebuah cahaya redup memancar dari ukiran-ukiran kuno di gerbang, membuat suasana semakin mencekam.

“Kita tidak punya banyak waktu,” kata Lan Wangji. “Segel ini mungkin akan aktif sepenuhnya dan mengunci kita di dalam.”

Wei Wuxian tersenyum tipis, matanya berbinar penuh percaya diri. “Biarkan aku yang mencoba sesuatu.” Dengan cepat, dia mengeluarkan selembar kertas segel dari jubahnya, menggambar simbol sihir di atasnya, dan meletakkannya di atas gerbang.

Dalam sekejap, cahaya dari simbol itu menyala terang, lalu meredup seiring pintu batu mulai terbuka perlahan. Suara gerakan batu-batu besar bergema di sekitar mereka, seolah-olah membuka jalan menuju rahasia besar yang tersembunyi di dalam.

“Kau benar-benar suka mengambil risiko,” komentar Lan Wangji, meskipun ada sedikit kekaguman dalam suaranya.

Wei Wuxian menyeringai. “Apa boleh buat, aku ahli dalam hal seperti ini.”

Saat pintu terbuka sepenuhnya, mereka melihat sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan patung-patung penjaga kuno. Di tengah ruangan itu, ada sebuah altar yang berkilauan dengan cahaya ungu, di atasnya terdapat kotak kecil yang tampak kuno, tertutup rapat oleh energi gelap.

“Kunci Kegelapan,” bisik Lan Wangji.

Wei Wuxian melangkah maju, matanya fokus pada kotak itu. “Inilah yang kita cari.”

Namun, sebelum mereka bisa mendekat, patung-patung di sekitar mereka mulai bergerak. Mata batu mereka menyala merah, dan dalam hitungan detik, mereka berubah menjadi penjaga yang hidup, siap menyerang siapa pun yang mendekati Kunci Kegelapan.

“Kelihatannya ini akan jadi lebih menarik dari yang kukira,” Wei Wuxian menarik pedangnya, bersiap untuk bertarung.

Lan Wangji berdiri di sampingnya, mengeluarkan senjatanya dengan anggun. “Kita tidak bisa mundur sekarang.”

Dan dengan begitu, pertempuran antara mereka dan penjaga batu pun dimulai, sebuah pertarungan yang akan menguji kekuatan, keberanian, dan kepercayaan di antara mereka.

---

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang