Setelah pertarungan besar itu, Wei Wuxian dan Lan Wangji meninggalkan ruang bawah tanah yang penuh misteri tersebut. Meskipun perasaan kemenangan menggantung di udara, energi di sekeliling mereka masih terasa tidak stabil. Kuil kuno yang mereka masuki kini dipenuhi dengan puing-puing dan runtuhan, namun Relik tetap berada di atas altar, memancarkan cahaya lembut yang melindungi tempat itu dari kehancuran total.
Wei Wuxian mengusap lehernya yang terasa tegang setelah pertempuran. "Yah, setidaknya kita berhasil menendang pantat pria itu. Tapi aku merasa ini belum selesai, Lan Zhan. Ada sesuatu yang... salah. Rasanya seperti ini hanya permulaan."
Lan Wangji berjalan diam-diam di sebelahnya, wajahnya tetap tenang, namun alisnya berkerut halus. "Memang benar. Musuh kita mungkin sudah kalah, tapi kekuatan kegelapan yang menyelimuti tempat ini belum sepenuhnya lenyap."
Wei Wuxian menoleh, sedikit terkejut dengan keseriusan di mata Lan Wangji. "Kau pikir masih ada ancaman lain yang mengintai?"
Lan Wangji menatap lurus ke depan, angin dingin menyapu jubah putihnya. "Kegelapan yang seperti ini tidak bisa hilang begitu saja. Kita harus tetap waspada."
Mereka melanjutkan perjalanan keluar dari kuil, melewati lorong-lorong yang remang-remang. Saat keluar dari gerbang utama, mereka disambut oleh pemandangan yang berbeda dari sebelumnya. Langit di atas Pegunungan Utara sekarang dipenuhi awan hitam tebal yang menggulung, seakan-akan badai besar akan segera datang.
Wei Wuxian mendongak ke langit, lalu tersenyum kecut. "Sepertinya kita akan mendapatkan lebih banyak masalah, ya?"
Sebelum Lan Wangji sempat menjawab, terdengar suara gemerisik dari semak-semak di dekat mereka. Kedua pria itu segera bersiap, merasakan kehadiran sesuatu yang mendekat dengan cepat. Namun, alih-alih ancaman yang mereka bayangkan, sosok kecil muncul dari balik semak, mengenakan jubah compang-camping dan tampak sangat ketakutan.
Itu adalah seorang anak kecil, mungkin tidak lebih dari tujuh atau delapan tahun. Matanya yang besar dan penuh ketakutan menatap Wei Wuxian dan Lan Wangji, sebelum ia terjatuh ke tanah dengan tubuh gemetar. "Tolong... tolong aku..."
Wei Wuxian segera berjongkok di samping anak itu, mencoba menenangkannya. "Hei, tenang. Kami tidak akan menyakitimu. Apa yang terjadi? Kenapa kau di sini sendirian?"
Anak itu menggigil, suaranya serak. "Mereka... mereka datang. Orang-orang jahat. Mereka membakar desa kami... semua orang melarikan diri. Aku... aku terjebak di sini."
Wei Wuxian dan Lan Wangji saling berpandangan. Wei Wuxian, dengan rasa simpati yang mendalam, meraih tangan anak itu. "Jangan khawatir. Kami akan melindungimu. Tapi, orang-orang jahat yang kau maksud, siapa mereka?"
Anak itu menelan ludah dengan gugup, matanya dipenuhi rasa takut. "Mereka memakai jubah hitam... seperti bayangan yang berjalan di bawah kegelapan. Mereka tidak berbicara... tapi mereka... mereka mengambil nyawa siapa saja yang mereka temui."
Lan Wangji merapatkan bibirnya, tatapannya menjadi lebih serius. "Bayangan hitam? Sepertinya mereka adalah sisa-sisa dari kegelapan yang kita hadapi di kuil."
Wei Wuxian mengangguk. "Mungkin ini bukan akhir dari ancaman yang kita pikirkan. Jika ada makhluk-makhluk bayangan berkeliaran di luar sana, kita harus menemukan mereka dan menghentikan semuanya sebelum terlambat."
Lan Wangji berdiri tegap, memandang ke arah Pegunungan Utara yang tampak semakin kelam. "Kita harus menuju desa itu. Jika ada yang selamat, kita perlu membantu mereka."
Wei Wuxian mengangguk setuju. "Kau benar. Lagi pula, aku tidak bisa membiarkan makhluk-makhluk itu membuat lebih banyak kekacauan."
Dengan anak kecil yang kini berada di bawah perlindungan mereka, Wei Wuxian dan Lan Wangji bergegas menuruni gunung, menuju desa yang disebutkan oleh anak itu. Di sepanjang perjalanan, suasana semakin mencekam. Semakin mereka mendekati desa, energi kegelapan yang mereka rasakan semakin kuat, seolah-olah sesuatu yang jahat sedang menunggu mereka di sana.
Sesampainya di pinggiran desa, pemandangan yang mereka temui sungguh mengerikan. Rumah-rumah yang dulu mungkin berdiri kokoh kini hanyalah puing-puing yang terbakar, asap masih mengepul dari reruntuhan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya keheningan yang menyesakkan.
Wei Wuxian meremas tinjunya, matanya berkilat marah. "Orang-orang ini tidak bersalah. Siapa pun yang melakukan ini harus membayar."
Lan Wangji mengangguk, lalu memeriksa sekeliling dengan lebih teliti. "Kegelapan ini terasa sama seperti di kuil. Kita harus menemukan sumbernya."
Mereka mulai bergerak perlahan melalui desa yang hancur, berhati-hati dengan setiap langkah yang mereka ambil. Namun, tiba-tiba dari bayangan di antara reruntuhan, muncul makhluk-makhluk hitam, bayangan-bayangan jahat yang menyerang tanpa suara.
"Lan Zhan, bersiap!" Wei Wuxian berteriak, langsung mencabut serulingnya dan mulai memainkan nada yang menggetarkan udara di sekitarnya. Dengan setiap nada yang ia mainkan, energi spiritualnya membentuk gelombang serangan yang menghancurkan bayangan-bayangan itu.
Lan Wangji dengan cepat bergerak ke depan, menghunus Bichen dan menyerang dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Setiap tebasan pedangnya membelah makhluk-makhluk bayangan yang mencoba mendekati mereka.
Pertarungan itu berlangsung dengan cepat, namun bayangan-bayangan itu seolah tidak ada habisnya. Mereka terus berdatangan dari berbagai sudut desa, semakin lama semakin banyak.
"Ada sesuatu yang mengendalikan mereka," kata Lan Wangji dengan tenang di tengah pertempuran.
Wei Wuxian mengangguk, peluh membasahi dahinya. "Kita harus menemukan pemimpinnya. Mereka tidak akan berhenti kalau kita hanya melawan mereka satu per satu."
Dengan tekad baru, mereka bergerak lebih dalam ke desa, mengikuti energi kegelapan yang semakin kuat. Di tengah reruntuhan desa, mereka menemukan sumbernya—sebuah lingkaran ritual kuno yang dipenuhi simbol-simbol gelap, dengan seorang pria misterius berdiri di tengahnya.
Pria itu mengenakan jubah hitam, wajahnya tersembunyi di balik topeng yang menyeramkan. "Akhirnya kalian datang," suaranya terdengar dingin dan menusuk. "Kalian pikir bisa menghentikan kegelapan ini? Ini baru permulaan."
Wei Wuxian menyeringai tipis. "Ya, ya, aku tahu alur cerita ini. Orang jahat dengan rencana besar dan ambisi tak terbatas. Maaf, tapi aku sudah bosan mendengarnya."
Lan Wangji mengangkat pedangnya, tatapannya penuh dengan tekad. "Kita tidak akan membiarkanmu melanjutkan ini."
Pria bertopeng itu tertawa kecil, dan dengan satu gerakan, dia memanggil lebih banyak bayangan untuk menyerang mereka. Pertarungan baru pun dimulai—lebih besar, lebih berbahaya, dan lebih menentukan.
Mereka tahu bahwa kali ini, mereka harus menang atau semuanya akan berakhir dalam kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipsed Hearts
FantasySinopsis: Di Dunia Ilahi yang penuh dengan sihir dan misteri, dua kekuatan utama, Klan Senja dan Klan Aurora, bersaing untuk menguasai artefak kuno yang disebut "Kunci Kegelapan." Artefak ini diyakini memiliki kekuatan yang dapat mengubah nasib duni...