Bab 22: Pertarungan di Balik Bayangan

4 2 0
                                    

Wei Wuxian dan Lan Wangji melangkah semakin dalam ke dalam hutan, mengikuti jejak-jejak misterius yang mereka temukan. Langit malam semakin pekat, menyelimuti hutan dengan aura yang mencekam. Angin dingin berembus pelan, membawa bisikan-bisikan halus dari kegelapan.

"Kau merasakan sesuatu?" tanya Wei Wuxian, berjalan di samping Lan Wangji. Matanya terus mengamati sekeliling, tak ingin melewatkan sedikit pun tanda bahaya.

Lan Wangji mengangguk perlahan. "Ada energi jahat di sekitar sini. Ini jauh lebih kuat dari sebelumnya."

Mereka melangkah semakin jauh, hingga akhirnya tiba di sebuah lembah kecil yang dikelilingi oleh tebing-tebing curam. Di tengah lembah itu berdiri sebuah altar kuno yang dipenuhi dengan simbol-simbol gelap yang memancarkan aura jahat. Di atas altar tersebut, seorang pria dengan jubah hitam tampak berdiri, menghadap langit dengan kedua tangannya terangkat.

"Kita terlambat," bisik Wei Wuxian, matanya menyipit saat melihat pria itu. "Dia sudah mulai ritualnya."

Pria itu, yang sebelumnya tidak menyadari kehadiran mereka, perlahan menoleh ke arah Wei Wuxian dan Lan Wangji. Senyuman jahat terbentuk di wajahnya. "Ah, akhirnya kalian datang. Aku sudah menunggu kalian."

Wei Wuxian melangkah maju, seruling Chenqing siap di tangannya. "Siapa kau, dan apa yang sebenarnya kau rencanakan?"

Pria itu tertawa pelan, suaranya menggema di antara tebing-tebing. "Namaku tidak penting. Yang penting adalah tujuanku—membangkitkan kekuatan kegelapan yang telah lama tersegel di tempat ini. Dan kalian, kalian hanyalah pion dalam rencana besarku."

Lan Wangji menghunus pedang Bichen, cahaya suci dari pedangnya menyala terang, memotong kegelapan yang ada di sekitarnya. "Kami tidak akan membiarkanmu melanjutkan ritual ini."

Pria itu tersenyum dingin, lalu melangkah mundur ke arah altar. "Kalian benar-benar percaya bisa menghentikanku? Kalian bahkan belum melihat kekuatan yang sebenarnya."

Dengan gerakan cepat, pria itu melafalkan mantra dalam bahasa kuno, dan tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar. Dari bawah altar, muncul makhluk-makhluk bayangan yang lebih besar dan lebih menakutkan daripada yang pernah mereka lawan sebelumnya. Bayangan-bayangan itu melesat dengan kecepatan yang mengerikan, menyerang Wei Wuxian dan Lan Wangji dari segala arah.

Lan Wangji segera bergerak, menebas makhluk-makhluk bayangan itu dengan pedangnya, setiap tebasan memancarkan cahaya yang menghancurkan kegelapan. Wei Wuxian, di sisi lain, memainkan serulingnya dengan intensitas yang lebih besar, memanggil roh-roh penolongnya untuk melawan gelombang serangan bayangan.

Namun, serangan itu tidak pernah berhenti. Bayangan-bayangan terus bermunculan dari tanah, mengerumuni mereka tanpa henti. Wei Wuxian mulai merasakan kelelahan menggerogoti tubuhnya, sementara Lan Wangji terus berjuang dengan tenang dan efisien, meskipun jelas bahwa situasi ini semakin sulit.

"Tidak ada gunanya," pria di atas altar itu berbicara dengan suara penuh kemenangan. "Ritual ini akan selesai, dan kekuatan kegelapan yang tertidur di tempat ini akan bangkit kembali."

Wei Wuxian mendengus, tatapannya penuh tekad. "Kau benar-benar terlalu percaya diri. Kau lupa, aku pernah menguasai kegelapan juga."

Dengan satu hentakan kuat, Wei Wuxian memainkan melodi yang lebih gelap dari sebelumnya. Nada-nada itu menggema di lembah, menciptakan energi yang sama kuatnya dengan bayangan-bayangan yang menyerang mereka. Roh-roh yang dipanggil Wei Wuxian semakin beringas, menyerang balik bayangan-bayangan itu dengan kekuatan yang tidak terkendali.

Pria itu terkejut, ekspresi puasnya memudar. "Kau...!"

Tapi sebelum dia bisa melanjutkan, Lan Wangji melompat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa, pedang Bichen berkilauan saat diarahkan langsung ke jantung pria itu. Pria itu berusaha menghindar, namun Lan Wangji lebih cepat. Pedangnya menembus pertahanan pria itu, membuatnya terjengkang ke belakang.

"Kau... tidak mungkin..." pria itu tergagap, darah mengalir dari luka di tubuhnya. "Kekuatan ini... seharusnya tak terkalahkan..."

Lan Wangji menarik pedangnya dengan tenang. "Tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kemurnian hati."

Dengan sisa-sisa kekuatannya, pria itu berusaha melanjutkan ritual, namun sebelum dia bisa melakukannya, Wei Wuxian memainkan satu nada terakhir dari serulingnya, mengirimkan gelombang energi yang menghancurkan simbol-simbol gelap di altar.

Altar itu bergetar, lalu runtuh menjadi puing-puing, mengakhiri ritual yang belum sempurna. Pria itu menjerit dalam keputusasaan sebelum akhirnya tubuhnya menghilang menjadi debu, terbawa oleh angin malam.

Keheningan pun turun di lembah. Wei Wuxian menghela napas panjang, meletakkan serulingnya kembali di pinggang. "Aku kira ini sudah selesai."

Lan Wangji mengangguk, membersihkan pedangnya dari darah. "Untuk saat ini, ya."

Wei Wuxian menatap Lan Wangji, senyuman kecil terbentuk di wajahnya. "Kau benar-benar luar biasa, Lan Zhan."

Lan Wangji menatapnya dengan tatapan dalam, namun tetap tak berkata apa-apa. Hanya ada keheningan di antara mereka, namun dalam keheningan itu, ada pemahaman yang tidak perlu diucapkan. Mereka berdua tahu bahwa mereka tidak akan pernah sendirian dalam menghadapi apa pun yang ada di depan.

Dan untuk saat ini, itu sudah cukup.

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang