Setelah pertarungan yang melelahkan, Wei Wuxian dan Lan Wangji akhirnya beristirahat di sebuah pondok kecil di tepi hutan. Udara malam terasa dingin, tetapi api unggun yang menyala di depan mereka memberikan kehangatan yang cukup. Anak kecil yang mereka selamatkan tertidur lelap di sudut ruangan, sementara Wei Wuxian duduk bersandar di dinding kayu dengan pandangan yang kosong, tenggelam dalam pikirannya.
Lan Wangji duduk di dekat jendela, memandang keluar. Wajahnya tetap tenang seperti biasa, tetapi ada sesuatu yang lain di balik tatapannya. Dia diam-diam melirik Wei Wuxian yang tampak santai, tetapi ada kekhawatiran yang tersimpan dalam dirinya.
Wei Wuxian menoleh dengan senyum riang, memecah keheningan. "Lan Zhan, bagaimana bisa kau selalu terlihat begitu serius? Setelah pertarungan tadi, kau seharusnya sedikit lebih santai. Kita berhasil, kan?"
Lan Wangji tidak langsung menjawab. Ia menatap Wei Wuxian dengan dalam, lalu akhirnya berbicara. "Kau terluka. Kau tidak pernah peduli pada dirimu sendiri."
Wei Wuxian tertawa kecil, seolah menganggap pernyataan itu tak perlu dibesar-besarkan. "Ah, luka kecil seperti ini tidak ada apa-apanya. Kau terlalu khawatir, Lan Zhan."
Namun, Lan Wangji tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. "Jika kau terus bertindak seperti ini, suatu hari kau mungkin tidak bisa diselamatkan."
Ucapan Lan Wangji membuat Wei Wuxian terdiam sejenak, tetapi sebelum ia bisa merespons, pintu pondok terbuka dengan lembut, dan seorang penduduk desa yang tersisa datang membawa makanan untuk mereka. Seorang pria muda dengan senyum hangat mengantarkan makanan, lalu menoleh ke arah Wei Wuxian. "Terima kasih karena telah menyelamatkan desa kami. Kami berhutang nyawa kepada kalian."
Wei Wuxian tersenyum lebar dan bangkit berdiri, menyambut pria itu dengan ceria. "Oh, jangan khawatir! Kami hanya kebetulan lewat dan melihat situasi yang buruk. Anggap saja itu sebagai takdir."
Pria itu tersenyum lebih lebar lagi, sepertinya sangat terkesan dengan Wei Wuxian. "Kalau begitu, izinkan aku membalas budi dengan menyediakan makanan terbaik yang kami punya."
Saat percakapan berlangsung, Lan Wangji tetap diam, tetapi matanya tajam memandang setiap gerakan pria itu yang sepertinya terlalu akrab dengan Wei Wuxian. Perlahan, ada sesuatu yang mulai terasa mengganggu dalam dirinya. Meskipun ia berusaha menyembunyikannya, Wei Wuxian, yang cukup peka terhadap perubahan suasana, menangkap ketegangan itu.
Setelah pria itu pergi, Wei Wuxian menoleh ke arah Lan Wangji dengan senyum menggoda. "Lan Zhan, kau cemburu, ya?"
Lan Wangji menegang, tetapi tetap menjaga wajahnya yang tanpa ekspresi. "Tidak."
Wei Wuxian mendekat dan duduk di sebelahnya, mengamati ekspresi Lan Wangji dengan tatapan penuh godaan. "Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku. Kau jelas-jelas tidak suka melihat pria itu berbicara terlalu akrab denganku."
Lan Wangji akhirnya menoleh, matanya tajam menatap Wei Wuxian. "Tidak penting."
Wei Wuxian tertawa kecil, lalu dengan lembut menepuk pundak Lan Wangji. "Tenang saja, Lan Zhan. Kau satu-satunya orang yang penting bagiku. Tak perlu khawatir soal orang lain."
Lan Wangji terdiam, tetapi ada kehangatan yang perlahan menghilangkan ketegangan di wajahnya. Meskipun tidak mengucapkan sepatah kata pun, Wei Wuxian tahu bahwa Lan Wangji telah mengerti perasaannya.
Malam itu, mereka duduk bersama di depan api unggun, dalam keheningan yang nyaman, tetapi dengan perasaan yang jauh lebih dekat dari sebelumnya. Di luar pondok, awan gelap mulai berkumpul, menandakan bahwa mungkin ancaman yang lebih besar masih menunggu di depan. Tapi untuk saat ini, mereka berdua hanya menikmati kebersamaan di tengah kedamaian yang langka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipsed Hearts
FantasySinopsis: Di Dunia Ilahi yang penuh dengan sihir dan misteri, dua kekuatan utama, Klan Senja dan Klan Aurora, bersaing untuk menguasai artefak kuno yang disebut "Kunci Kegelapan." Artefak ini diyakini memiliki kekuatan yang dapat mengubah nasib duni...