Pagi hari di rumah Lan penuh dengan ketenangan. Udara segar menyelimuti lembut halaman rumah, sementara matahari mulai menyinari pepohonan di sekitarnya. Wei Wuxian terbangun lebih awal dari biasanya, terkejut menemukan dirinya terjaga tanpa ada gangguan dari mimpi aneh atau keriuhan biasa.
Dia menatap sekeliling ruangan yang sunyi, matanya terfokus pada sosok yang tertidur di sebelahnya. Lan Wangji, yang biasanya terlihat begitu serius, sedang terlelap dengan ekspresi yang lebih lembut dari biasanya. Wei Wuxian memandangnya dengan senyum lembut, sejenak menikmati ketenangan pagi yang begitu damai.
Tanpa suara, Wei Wuxian bangun dan berjalan ke jendela, menarik tirai untuk melihat ke luar. Pemandangan pagi yang tenang, dengan embun yang masih menempel di daun, membuatnya merasa damai. Tapi hatinya tak bisa menahan rasa ingin tahu tentang apa yang harus dilakukan hari ini.
"Lan Zhan," katanya pelan, berusaha membangunkan Lan Wangji. "Ayo bangun. Hari sudah pagi."
Lan Wangji membuka matanya perlahan, tatapannya tajam namun lembut ketika melihat Wei Wuxian. Dia duduk dengan perlahan, merapikan rambutnya yang sedikit kusut karena tidur. Wei Wuxian tersenyum lebar saat melihat Lan Wangji yang masih sedikit bingung karena terbangun dari tiduran.
“Pagi ini cerah, sepertinya kita bisa pergi berjalan-jalan sebentar,” kata Wei Wuxian, mengusulkan ide yang ringan.
Tanpa berkata apa-apa, Lan Wangji hanya mengangguk, menunjukkan persetujuannya tanpa perlu banyak kata. Dia berdiri dan mengenakan jubahnya dengan tenang, dan mereka berdua pergi menuju kebun di belakang rumah.
Kebun itu sangat luas, penuh dengan bunga dan pohon-pohon yang tumbuh subur. Wei Wuxian berjalan di depan, kadang berlari-lari kecil, sementara Lan Wangji mengikutinya dengan langkah tenang di belakang. Wei Wuxian sesekali berbalik, menggoda Lan Wangji dengan ekspresi ceria, dan Lan Wangji hanya bisa memandanginya dengan tatapan yang penuh kasih, meskipun tanpa kata-kata.
Di tengah kebun, Wei Wuxian berhenti dan berjongkok di depan bunga-bunga yang sedang mekar. “Lihat, bunga ini begitu indah,” katanya, memetik sebatang bunga kecil dengan hati-hati. Dia lalu beralih menatap Lan Wangji yang sedang berjalan mendekat. “Kenapa kau tidak pernah mengajari aku cara merawat bunga seperti ini?”
Lan Wangji tersenyum tipis, meski itu hanya bisa terlihat oleh mereka berdua. “Bunga ini membutuhkan kesabaran. Seperti halnya hidup.”
Wei Wuxian tertawa ringan, menggoda, "Kau ingin bilang, kalau aku harus sabar seperti bunga ini untuk belajar hidup lebih baik?"
“Bukan begitu,” jawab Lan Wangji, suaranya tetap tenang. “Bunga ini tumbuh dengan kasih sayang dan perhatian, begitu pula hidup.”
Mereka berdua tertawa kecil, meskipun Wei Wuxian tetap menggodanya, “Ah, jadi aku harus lebih sabar, ya? Seperti bunga yang membutuhkan perhatian penuh.”
Senyum Lan Wangji semakin lebar, meskipun wajahnya tetap serius. “Jika kau bisa, aku tidak keberatan.”
Mereka pun melanjutkan berjalan bersama, berbicara tentang hal-hal kecil—tentang cuaca, tentang bunga, tentang masa lalu mereka yang tak terlalu menyakitkan, dan tentang hal-hal sederhana yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Momen ini, meskipun sederhana, terasa begitu berarti.
Mereka akhirnya duduk di sebuah batu besar di tepi kebun, menikmati angin pagi yang sejuk. Wei Wuxian melemparkan batu kecil ke sungai di dekatnya, sementara Lan Wangji duduk dengan sikap tenang, matanya mengikuti setiap gerakan Wei Wuxian.
“Kadang-kadang aku berpikir,” Wei Wuxian memulai, “kenapa kita terlalu banyak berpikir tentang hal-hal besar, padahal kebahagiaan sering kali datang dari hal-hal kecil.”
Lan Wangji menatapnya dengan lembut. “Karena kita cenderung melupakan hal-hal yang sederhana. Tapi pada akhirnya, hal-hal kecil itulah yang membentuk segalanya.”
Wei Wuxian menoleh, merasa hangat di dalam hatinya. “Kau benar.” Dia tersenyum dengan tulus, merasa semakin dekat dengan Lan Wangji.
Setelah beberapa saat, mereka berdiri dan kembali berjalan menuju rumah. Tidak ada lagi kata-kata yang diperlukan. Hanya kedekatan yang semakin mendalam, dan ikatan yang semakin kuat antara mereka berdua.
Malamnya, setelah makan malam bersama, Wei Wuxian duduk di sisi Lan Wangji di ruang tamu. Mereka tidak berkata apa-apa, tetapi kedua hati mereka saling berbicara dalam diam.
Malam itu terasa begitu sempurna. Sederhana, namun penuh makna. Momen kecil, namun cukup untuk membuatnya merasa utuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipsed Hearts
FantasySinopsis: Di Dunia Ilahi yang penuh dengan sihir dan misteri, dua kekuatan utama, Klan Senja dan Klan Aurora, bersaing untuk menguasai artefak kuno yang disebut "Kunci Kegelapan." Artefak ini diyakini memiliki kekuatan yang dapat mengubah nasib duni...