Ruangan itu seakan berubah menjadi lebih berat dengan suara-suara misterius yang bergema dari setiap sudut. Wei Wuxian berdiri di sana, menatap altar yang di depannya, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Suara itu jelas, namun keheningan yang mengikutinya membuatnya merasa seperti terperangkap dalam labirin tak berujung. Ada pilihan yang harus mereka buat, namun bagaimana bisa memilih ketika akibat dari keputusan itu bisa berarti kehilangan sesuatu yang tak ternilai?
Lan Wangji berdiri di sampingnya, wajahnya yang tegas tak menunjukkan keraguan, meskipun dalam hatinya, ada perasaan berat yang semakin menghimpit. "Kita tidak tahu siapa atau apa yang mengawasi kita, namun kita harus berani menghadapi konsekuensinya," katanya dengan suara yang dalam dan penuh keyakinan.
Wei Wuxian memandang Lan Wangji dengan sorot mata yang tajam, seolah mencari jawaban dari dalam mata lelaki itu. "Tapi, jika pengorbanan ini terlalu besar, apakah kita benar-benar siap untuk melakukannya? Apa yang bisa kita korbankan tanpa kehilangan diri kita sendiri?"
Lan Wangji tidak segera menjawab. Tatapannya tajam mengarah ke altar, mencoba memahami segala kemungkinan yang tersembunyi di balik kata-kata penjaga kekuatan itu. "Kita tidak bisa kembali. Jika kita mundur sekarang, kita akan kehilangan kesempatan untuk mengungkap apa yang terjadi di dunia ini. Kita tidak hanya mencari jawaban untuk diri kita sendiri, tetapi untuk semua orang yang terjebak dalam permainan ini."
Wei Wuxian merasakan ketegangan di dalam hatinya semakin meningkat. Sejak awal, dia tahu bahwa jalan yang mereka pilih ini penuh dengan bahaya, tetapi tidak pernah terbayangkan bahwa mereka akan dihadapkan pada pilihan seperti ini.
Pikirannya berkelana kembali pada masa lalu, pada semua orang yang telah kehilangan, pada pengorbanan-pengorbanan yang harus mereka hadapi. Dia berpikir tentang teman-temannya yang selalu mendukung, tentang keluarga yang jauh, dan tentang orang-orang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, ada satu nama yang selalu ada dalam pikirannya—Lan Wangji.
Dia tak bisa membayangkan kehilangan orang ini. Walaupun setiap inci dirinya tahu bahwa dunia ini penuh dengan pengorbanan dan kesedihan, Wei Wuxian merasa seakan dunia itu akan runtuh jika ia harus kehilangan Lan Wangji. Kekuatan yang mereka cari bisa membawa mereka pada jalan yang lebih baik, tetapi apakah itu sebanding dengan harga yang harus mereka bayar?
"Jika kita memilih untuk melanjutkan," Wei Wuxian akhirnya berkata, suara tenggelam dalam keheningan, "apa yang harus kita korbankan?"
Suara itu, yang sebelumnya terdengar mengancam, kini melunak. "Kalian harus memilih antara hidup kalian dan kekuatan yang tak terbayangkan. Pengorbanan itu tidak hanya untuk diri kalian, tetapi juga untuk orang yang kalian cintai. Pilih dengan hati-hati."
Wei Wuxian menelan ludah, berusaha menenangkan detak jantungnya yang mulai tak teratur. Apa yang seharusnya dia pilih? Kekuatan untuk mengalahkan segala sesuatu yang mengancam mereka, ataukah memilih untuk menjaga kedamaian dalam hidup mereka, bahkan jika itu berarti mereka tidak akan pernah tahu seluruh kebenaran?
Lan Wangji menggerakkan tangannya untuk meraih tangan Wei Wuxian. Sentuhan itu lembut, namun penuh dengan keberanian. "Apa pun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu menghadapinya sendirian."
Wei Wuxian menatap tangan yang meraih tangannya itu, lalu menatap mata Lan Wangji yang penuh keyakinan. Dalam hatinya, keputusan itu mulai terbentuk. "Kita tidak bisa mundur sekarang. Kita sudah terlalu jauh."
Dengan suara yang lebih tegas, Wei Wuxian melangkah maju menuju altar. "Jika harga yang harus kita bayar adalah pengorbanan, maka aku siap. Namun, kita harus melakukannya bersama."
Lan Wangji mengangguk, matanya tetap memandang Wei Wuxian dengan penuh kesungguhan. "Kita akan menghadapi ini bersama. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di sisimu."
Dengan keputusan itu, mereka berdua berdiri di depan altar, siap menghadapi konsekuensi dari jalan yang telah mereka pilih. Langkah pertama mereka terasa berat, namun ada rasa kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka. Mungkin, apapun yang datang setelah ini, mereka tidak akan lagi bisa kembali ke dunia yang mereka kenal.
Tiba-tiba, altar di depan mereka mulai bergetar, dan udara di sekitar mereka menjadi lebih panas, lebih padat, seolah-olah energi yang tersembunyi selama ini sedang dipanggil. Di tengah kegelisahan itu, suara penjaga terdengar kembali, lebih jelas kali ini.
"Jika kalian bersedia melangkah lebih jauh, maka ambil kekuatan ini, dan hadapi konsekuensi dari pilihan kalian. Jangan sesali keputusan ini, karena ini adalah jalan yang tak bisa diubah."
Wei Wuxian dan Lan Wangji saling bertukar pandang, kemudian bersama-sama mengangkat tangan mereka, siap menerima apa yang akan datang. Ketika tangan mereka menyentuh altar, cahaya yang kuat meledak, memancar ke segala arah, menerangi ruangan dengan kekuatan yang begitu hebat.
Dan dengan itu, pintu gerbang menuju kekuatan yang mereka cari, terbuka sepenuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipsed Hearts
FantasySinopsis: Di Dunia Ilahi yang penuh dengan sihir dan misteri, dua kekuatan utama, Klan Senja dan Klan Aurora, bersaing untuk menguasai artefak kuno yang disebut "Kunci Kegelapan." Artefak ini diyakini memiliki kekuatan yang dapat mengubah nasib duni...