Bab 18: Bayangan yang Terkuak

10 3 0
                                    


Lorong bawah tanah itu semakin dingin dan lembab, seolah-olah energi kegelapan menyerap setiap kehangatan yang tersisa. Wei Wuxian dan Lan Wangji terus maju dengan hati-hati, setiap langkah terasa semakin berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena tekanan aura yang makin menyesakkan.

Wei Wuxian menoleh ke arah Lan Wangji dengan senyum tipis. "Ayo, Lan Zhan. Kurasa sebentar lagi kita akan menemui sumber masalahnya."

Lan Wangji tidak menjawab, tetapi tatapannya penuh kewaspadaan, selalu siap menghadapi ancaman yang datang. Di ujung lorong, mereka melihat sebuah ruang besar dengan langit-langit yang menjulang tinggi, seperti sebuah aula bawah tanah yang luas.

Di tengah aula itu, sebuah altar batu besar berdiri, dikelilingi oleh kabut hitam yang berputar-putar. Suara bisikan samar terdengar dari kabut itu, seperti panggilan dari dunia lain. Di atas altar, beberapa orang terikat, tampak tidak sadar.

"Tampaknya kita telah menemukan apa yang kita cari," Wei Wuxian berbisik, matanya memperhatikan setiap detail. "Bayangan itu menggunakan orang-orang sebagai medium."

Lan Wangji mengangguk, ekspresinya serius. "Kita harus menghentikan ini sekarang, sebelum lebih banyak nyawa yang terancam."

Saat mereka mendekati altar, kabut hitam tiba-tiba bergerak, membentuk bayangan besar yang menyerupai makhluk dengan tubuh manusia namun memiliki tangan dan wajah yang cacat. Bayangan itu bergerak cepat, menyerang mereka dengan cakar tajamnya.

Lan Wangji bereaksi secepat kilat, menghunus pedang Bichen dan menebas bayangan itu. Pedangnya yang dipenuhi energi spiritual memancarkan cahaya terang, melawan kegelapan dengan kekuatan suci. Sementara itu, Wei Wuxian memainkan seruling Chenqing, memanggil roh-roh penolongnya untuk membantu melawan serangan dari berbagai arah.

"Kita harus menghancurkan pusat kekuatannya!" Wei Wuxian berteriak sambil melawan serangan bayangan yang terus datang. "Altar itu adalah kunci!"

Lan Wangji mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun, langsung bergerak menuju altar di tengah ruangan. Namun, saat ia mendekati altar, bayangan yang lebih besar muncul, menghalangi jalannya. Lan Wangji bertarung dengan ganas, tebasan-tebasannya presisi dan kuat, sementara Wei Wuxian terus memainkan serulingnya, membantu Lan Wangji dengan sihir gelapnya yang terkontrol.

Pertempuran itu berlangsung sengit, tetapi dengan kekuatan gabungan mereka, Wei Wuxian dan Lan Wangji akhirnya berhasil meruntuhkan altar itu. Saat altar hancur, kabut hitam yang melingkupinya menghilang, dan bayangan yang menyerang mereka lenyap seketika.

Orang-orang yang terikat di altar perlahan-lahan sadar, meski lemah. Wei Wuxian segera menghampiri mereka untuk memastikan mereka selamat. "Sepertinya kita berhasil, Lan Zhan."

Lan Wangji menatap altar yang sudah hancur, lalu mengangguk pelan. "Ini baru permulaan. Masih ada jejak kekuatan kegelapan yang lebih besar di balik semua ini."

Wei Wuxian mendesah, tetapi ada senyum tipis di bibirnya. "Kau benar. Sepertinya kita tidak akan bisa istirahat dalam waktu dekat."

Saat mereka bersiap meninggalkan ruangan itu, Wei Wuxian mendekat ke Lan Wangji, suaranya lebih lembut kali ini. "Terima kasih, Lan Zhan, sudah selalu melindungiku."

Lan Wangji tidak menjawab, tetapi matanya yang dalam memancarkan perasaan yang lebih dari sekadar kata-kata. Wei Wuxian tersenyum, merasa hubungan mereka semakin erat di tengah segala ancaman yang mereka hadapi.

Dengan demikian, perjalanan mereka kembali berlanjut, tetapi kali ini dengan ikatan yang semakin kuat, meskipun kegelapan di luar sana belum sepenuhnya padam.

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang