Bab 24: Desa yang Terkutuk

4 1 0
                                    


Perjalanan menuju desa pemuda itu terasa semakin berat. Hawa dingin yang tak wajar menyelimuti udara, menandakan adanya sesuatu yang tidak beres. Wei Wuxian dan Lan Wangji terus berjaga-jaga, mata mereka waspada terhadap setiap gerakan yang mencurigakan di sekeliling mereka.

"Ada apa sebenarnya dengan desa ini?" Wei Wuxian bertanya, memecah keheningan yang mencekam. "Kau bilang orang-orang mulai hilang setelah simbol-simbol itu muncul?"

Pemuda yang masih tampak lemah, mengangguk perlahan. "Ya, setelah mereka datang dan menggambar simbol-simbol itu, hal-hal aneh mulai terjadi. Malam-malam menjadi lebih dingin, lebih panjang. Orang-orang mendengar suara-suara aneh dari hutan, dan tak lama kemudian, mereka mulai menghilang satu per satu."

Wei Wuxian menyipitkan matanya. "Orang-orang aneh itu... apa kau ingat bagaimana mereka terlihat?"

Pemuda itu tampak merenung sejenak sebelum menggeleng. "Mereka selalu datang di malam hari. Wajah mereka tertutup oleh tudung gelap. Aku tidak bisa melihat mereka dengan jelas, tapi aura mereka... itu sangat menyeramkan."

Lan Wangji, yang berjalan di depan, tiba-tiba berhenti. Dia menatap lurus ke depan, matanya mengamati sesuatu di kejauhan. Wei Wuxian mengikuti pandangannya dan melihat apa yang membuat Lan Wangji berhenti.

Desa itu akhirnya terlihat di hadapan mereka.

Tapi desa itu tak seperti yang diharapkan. Rumah-rumah tampak kosong dan rusak, sebagian besar tertutup oleh tumbuhan liar yang telah lama tak terurus. Ada hawa suram yang menggantung di udara, seperti bayangan kegelapan yang tak pernah benar-benar pergi.

"Mereka semua... hilang?" bisik Wei Wuxian, menatap desa yang sepi itu dengan dahi berkerut.

Pemuda itu menunduk, suaranya terdengar putus asa. "Hanya sedikit yang tersisa. Yang lain... mereka hilang begitu saja."

Lan Wangji melangkah maju, hati-hati mengamati sekelilingnya. "Kita harus mencari tanda-tanda dari ritual yang mereka lakukan. Mungkin kita bisa menemukan jejak yang bisa menjelaskan semuanya."

Wei Wuxian mengikuti di belakangnya, perasaan aneh menyelubungi pikirannya. Ada sesuatu yang sangat salah dengan tempat ini, tapi dia belum bisa menangkap apa itu. Setiap langkahnya terasa semakin berat, seperti ada sesuatu yang menahan mereka untuk melangkah lebih jauh.

Mereka terus melangkah ke tengah desa, menuju sebuah alun-alun kecil yang berada di pusat desa. Di sana, berdiri sebuah patung besar yang tampak tua dan rusak. Patung itu, yang sepertinya merupakan simbol perlindungan bagi desa tersebut, kini tampak diabaikan dan ditinggalkan.

"Ini aneh," gumam Wei Wuxian, berjalan mendekati patung tersebut. "Kenapa mereka membiarkan ini rusak begitu saja?"

Lan Wangji, yang berdiri di sampingnya, mengerutkan kening saat melihat simbol yang tergurat samar di dasar patung itu. "Simbol ini... sama dengan yang ada di hutan."

Wei Wuxian berjongkok, meneliti simbol tersebut dengan cermat. "Jadi mereka memang sengaja menargetkan desa ini. Tapi pertanyaannya adalah—untuk apa?"

Pemuda itu, yang berdiri sedikit di belakang mereka, tampak ketakutan. "Aku tak tahu... mungkin mereka ingin menguasai desa ini. Mengubahnya menjadi... sesuatu yang gelap."

Wei Wuxian berdiri dan menatap Lan Wangji. "Kita harus menghentikan ini sebelum ritual mereka sempurna. Jika tidak, desa ini mungkin hanya permulaan."

Saat mereka akan bergerak lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara-suara aneh dari arah salah satu rumah. Suara itu mirip bisikan, namun ada sesuatu yang mengganggu di dalamnya, seolah-olah suara itu berasal dari makhluk yang bukan manusia.

Lan Wangji segera bersiap, menghunus pedangnya, dan Wei Wuxian mengikuti dengan seruling Chenqing di tangan. Mereka mendekati sumber suara itu dengan hati-hati.

Ketika mereka mencapai pintu rumah yang tampak tua dan rusak, pintu itu terbuka sedikit demi sedikit, memperlihatkan seorang pria yang berdiri di dalam dengan tatapan kosong. Kulitnya pucat, dan matanya tampak hampa, seolah-olah dia sudah lama kehilangan kesadaran akan dunia di sekitarnya.

"Siapa kau?" tanya Wei Wuxian, suaranya pelan namun tegas.

Pria itu tidak menjawab, hanya menatap mereka dengan pandangan yang tidak menunjukkan emosi apa pun. Kemudian, tanpa peringatan, dia mengeluarkan suara erangan dan mulai bergerak mendekati mereka dengan langkah-langkah yang tersendat-sendat.

Lan Wangji segera bergerak, menebas pedangnya di depan pria itu, namun tidak mengenai langsung. "Ada yang mengendalikan pikirannya."

Wei Wuxian memainkan serulingnya, nada-nada dari Chenqing melayang lembut di udara, mencoba menenangkan pria itu. Namun, pria itu malah semakin agresif, menyerang mereka dengan gerakan yang tiba-tiba menjadi lebih cepat.

"Ada yang salah!" Wei Wuxian berseru. "Ini bukan hanya pengaruh biasa."

Lan Wangji mengayunkan Bichen sekali lagi, kali ini menebas aura gelap yang melingkupi pria itu. Segera setelah tebasan itu, pria tersebut berhenti sejenak, tubuhnya terhuyung-huyung sebelum akhirnya jatuh pingsan ke tanah.

Wei Wuxian mendekat, memeriksa pria itu dengan teliti. "Energi kegelapan ini sangat kuat. Ini bukan sekadar bayangan—ini sesuatu yang lebih dalam."

Lan Wangji menatap sekeliling mereka, tampak semakin waspada. "Kita tidak bisa bertahan di sini terlalu lama. Kegelapan ini sudah menelan sebagian desa, dan semakin lama kita tinggal, semakin berbahaya."

Wei Wuxian berdiri, mengangguk setuju. "Kita harus menemukan sumber kekuatan gelap ini dan menghancurkannya. Jika tidak, desa ini akan menjadi korban berikutnya, dan mungkin lebih dari itu."

Mereka melanjutkan perjalanan, menuju bagian terdalam desa, di mana kabut tebal mulai menggantung, menyembunyikan apa yang ada di dalamnya.

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang