Bab 20: Rahasia Hutan Tersembunyi

8 1 2
                                    


Wei Wuxian dan Lan Wangji berlari menuju sumber suara tangisan anak kecil itu, melewati pepohonan yang semakin lebat. Kabut tipis mulai menggantung di udara, menciptakan suasana yang penuh teka-teki dan mencekam. Setiap langkah mereka terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menarik mereka ke dalam jaring kegelapan yang tidak terlihat.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah lapangan terbuka di tengah hutan. Di sana, sebuah pondok tua berdiri miring dengan dinding-dinding kayu yang lapuk. Di depan pondok itu, seorang anak kecil tampak duduk berjongkok, menangis dengan tangan menutupi wajahnya.

Wei Wuxian segera menghampiri anak itu. "Hei, kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?"

Anak kecil itu tidak menjawab. Tangisannya semakin keras, memantul di antara pepohonan yang sunyi. Wei Wuxian merasakan keanehan dalam situasi ini, dan tatapannya bertemu dengan Lan Wangji yang sudah memasang sikap waspada.

"Ini jebakan," Wei Wuxian berbisik pelan, matanya berkilat penuh kehati-hatian. "Anak ini bukan manusia."

Seketika, anak kecil itu berhenti menangis. Kepalanya terangkat perlahan, memperlihatkan wajahnya yang pucat dengan senyuman menyeramkan. Dalam sekejap, tubuh anak itu berubah menjadi kabut hitam, melingkari mereka dengan kecepatan yang mengerikan.

Wei Wuxian dan Lan Wangji segera bertindak. Lan Wangji menghunus pedangnya, memancarkan cahaya suci yang menyebar di sekitar mereka, menghalau kabut hitam itu. Sementara Wei Wuxian memainkan serulingnya, menciptakan alunan melodi yang memanggil roh-roh penolongnya untuk melawan energi gelap tersebut.

Namun, kabut hitam itu terus merangsek, semakin mendekat, seolah ingin menelan mereka. Dalam kekacauan itu, terdengar suara tawa dingin dari arah pondok. Dari balik pintu yang terbuka, sesosok pria dengan pakaian serba hitam melangkah keluar, matanya memancarkan kebencian yang membara.

"Kalian berani memasuki wilayahku?" suaranya bergema dalam kegelapan, penuh ancaman. "Kalian akan membayar dengan nyawa kalian."

Wei Wuxian menatap pria itu dengan mata tajam. "Jadi kau dalang di balik semua ini. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Pria itu tertawa kecil, lalu melangkah maju. "Yang kuinginkan? Hanya satu hal—kekuatan yang akan membangkitkan kegelapan abadi. Dan kalian hanyalah pion dalam rencana besarku."

Lan Wangji maju dengan langkah tegas, pedangnya teracung siap menyerang. "Kami tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini dengan kegelapan."

Pertempuran pun dimulai. Pria itu mengangkat tangannya, dan kabut hitam di sekitarnya mengeras menjadi sosok-sosok bayangan yang menyerang mereka. Lan Wangji dengan cepat melompat ke depan, pedangnya berkelebat, menebas bayangan-bayangan itu dengan presisi yang sempurna. Setiap tebasan pedang Bichen memancarkan cahaya yang memadamkan kegelapan di sekitarnya.

Sementara itu, Wei Wuxian tetap tenang di tempatnya, memainkan seruling Chenqing dengan penuh konsentrasi. Nada-nada dari serulingnya semakin cepat, memanggil lebih banyak roh untuk membantunya melawan gelombang bayangan yang menyerang dari segala arah. Roh-roh penolongnya menyerang balik, menciptakan perisai pelindung di sekeliling mereka.

Namun, kekuatan pria itu tampak tidak terbatas. Setiap bayangan yang mereka hancurkan tampaknya selalu digantikan oleh yang lain. Pria itu tersenyum dengan dingin, seolah menikmati permainan yang sedang berlangsung.

"Bagus, bagus sekali," katanya sambil mengangkat kedua tangannya ke udara. "Tapi ini baru permulaan. Lihatlah, kalian tidak akan bisa mengalahkanku."

Lan Wangji menatapnya dengan tatapan tajam, lalu berkata dengan tenang, "Kegelapan tidak akan menang selama ada cahaya yang melawan."

Dengan satu gerakan cepat, Lan Wangji menyerang pria itu langsung, pedangnya berkelebat dengan kekuatan penuh. Pria itu tertawa dan menahan serangan dengan tangan kosong, namun wajahnya berubah kaget ketika cahaya dari pedang Lan Wangji menembus pertahanannya. Luka muncul di tangannya, dan senyuman di wajahnya memudar.

Wei Wuxian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mempercepat permainan serulingnya, menciptakan energi yang semakin kuat dan mengarahkan roh-rohnya untuk menyerang pria itu. Pria tersebut mengerang kesakitan saat roh-roh itu mulai melilit tubuhnya, menekan kekuatan gelap yang ada di dalam dirinya.

Pria itu mundur dengan cepat, wajahnya penuh kemarahan. "Ini belum berakhir. Kalian akan menyesal telah menantangku."

Dengan satu gerakan tangan, pria itu menghilang dalam kabut hitam, meninggalkan Wei Wuxian dan Lan Wangji di tengah lapangan yang kini sunyi. Kabut hitam di sekeliling mereka memudar, dan suasana di hutan kembali tenang.

Wei Wuxian menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Sepertinya kita berhasil mengusirnya... untuk sementara."

Lan Wangji mengangguk, meskipun tatapannya tetap waspada. "Dia akan kembali. Kita harus bersiap."

Wei Wuxian tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. "Ya, ya. Aku tahu. Tapi setidaknya kita masih punya waktu untuk bersantai sedikit, kan?"

Lan Wangji tidak menjawab, tetapi ada kilatan kehangatan di matanya saat menatap Wei Wuxian. Mereka berdua tahu bahwa ancaman belum berakhir, tetapi untuk saat ini, mereka bisa merasa lega telah melewati satu rintangan lagi—bersama-sama.

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang