### ****
Pagi tiba dengan keheningan yang mencekam. Wei Wuxian dan Lan Wangji meninggalkan rumah tua itu setelah memastikan tidak ada jebakan lain yang ditinggalkan oleh musuh. Kabut yang sebelumnya menyelimuti desa kini mulai memudar, namun atmosfernya tetap terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi mereka dari jauh.
“Lan Zhan, aku merasa tempat ini semakin menyeramkan,” Wei Wuxian berkata sambil menyusuri jalan yang berbatu. Ia memegang Chenqing dengan erat, berjaga-jaga jika sesuatu muncul tiba-tiba.
“Chiang Su sengaja membuat kita terus merasa tidak aman,” Lan Wangji menjawab tanpa menoleh, tatapannya tetap fokus ke depan.
Wei Wuxian memutar matanya. “Dia benar-benar ahli dalam bermain dengan emosi orang. Tapi aku yakin, dia tak akan bisa melawan kita berdua.”
Saat mereka melangkah lebih jauh, mereka tiba di sebuah sungai kecil yang mengalir tenang. Namun, air sungai itu berwarna merah darah, memantulkan bayangan mengerikan di permukaannya.
“Ini bukan darah sungguhan, kan?” Wei Wuxian bertanya, sedikit jijik.
Lan Wangji memeriksa air itu dengan hati-hati sebelum mengangguk. “Tidak. Ini hanya ilusi lain, tapi tetap berhati-hati.”
Wei Wuxian memiringkan kepalanya sambil tersenyum. “Kau selalu mengingatkanku untuk berhati-hati, Lan Zhan. Aku suka itu.”
Lan Wangji hanya memberinya tatapan singkat sebelum kembali berjalan. Wei Wuxian tertawa kecil, menikmati bagaimana pria itu selalu menjaga jarak emosionalnya.
***
Ketika mereka melanjutkan perjalanan, sebuah desa kecil muncul di depan mereka. Berbeda dengan desa sebelumnya, tempat ini terlihat lebih hidup. Anak-anak bermain di jalan, sementara orang dewasa sibuk dengan pekerjaan mereka.
“Ini terlihat normal,” Wei Wuxian bergumam dengan nada curiga.
“Sering kali yang terlihat normal justru yang paling berbahaya,” jawab Lan Wangji.
Mereka memutuskan untuk bertanya pada penduduk desa. Seorang wanita tua menyambut mereka dengan senyum ramah dan menunjukkan sebuah penginapan kecil di tengah desa.
“Kalian bisa beristirahat di sana,” katanya. “Tapi hati-hati, jangan keluar setelah matahari terbenam.”
Wei Wuxian mengangkat alis. “Kenapa? Apa ada hantu?”
Wanita itu tidak menjawab, hanya menundukkan kepala sebelum pergi. Wei Wuxian menatap Lan Wangji dengan ekspresi penuh tanya, namun yang ia dapatkan hanyalah anggukan kecil, seolah mengatakan, “Kita akan tahu nanti.”
***
Saat malam tiba, suasana desa berubah drastis. Jalanan yang sebelumnya penuh aktivitas kini sunyi senyap. Wei Wuxian dan Lan Wangji, yang tidak pernah bisa diam saja, memutuskan untuk keluar dan menyelidiki.
“Lan Zhan, aku merasa seperti sedang berjalan ke dalam perangkap,” Wei Wuxian berbisik.
Lan Wangji berhenti sejenak. “Tetap di dekatku.”
Wei Wuxian tersenyum tipis. “Selalu.”
Langkah mereka terhenti ketika mereka mendengar suara gemerisik dari hutan di pinggir desa. Dengan cepat, Lan Wangji menghunus Bichen, sementara Wei Wuxian meniup Chenqing, menciptakan melodi pelindung.
Dari balik bayangan, muncul seorang pria tinggi dengan mata berwarna emas yang menyala di kegelapan. Dia memandang keduanya dengan senyum dingin.
“Selamat datang, Wei Wuxian dan Lan Wangji,” pria itu berkata, suaranya bergema seperti angin yang berhembus di lorong kosong. “Aku sudah lama menunggu kalian.”
Wei Wuxian menatap pria itu dengan tajam. “Dan kau pasti Chiang Su.”
Chiang Su tersenyum lebih lebar. “Kau pintar, seperti yang mereka katakan. Tapi sayang, kepintaranmu tidak akan menyelamatkanmu kali ini.”
Lan Wangji melangkah maju, tatapannya dingin. “Apa tujuanmu?”
Chiang Su menatap Lan Wangji dengan rasa ingin tahu. “Tujuanku? Itu sederhana. Aku ingin menghancurkan semua yang kalian lindungi. Tapi sebelum itu…” Ia menatap Wei Wuxian. “Aku ingin menguji keberanianmu, Wei Wuxian.”
Wei Wuxian tersenyum miring. “Oh, aku suka tantangan. Tapi jangan salah, aku tidak akan kalah darimu.”
Pertarungan di bawah sinar bulan pun dimulai. Chiang Su menunjukkan kekuatan yang jauh melampaui apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya. Namun, Wei Wuxian dan Lan Wangji adalah pasangan yang tak terkalahkan. Dengan kerja sama yang sempurna, mereka melawan serangan demi serangan, meskipun jelas bahwa Chiang Su hanya bermain-main dengan mereka.
Malam itu, mereka berhasil bertahan, namun ancaman Chiang Su belum selesai. Desa itu menjadi saksi awal dari perang yang lebih besar, perang yang akan menguji kekuatan mereka, tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai pasangan yang saling melengkapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipsed Hearts
FantasiaSinopsis: Di Dunia Ilahi yang penuh dengan sihir dan misteri, dua kekuatan utama, Klan Senja dan Klan Aurora, bersaing untuk menguasai artefak kuno yang disebut "Kunci Kegelapan." Artefak ini diyakini memiliki kekuatan yang dapat mengubah nasib duni...