Bab 29: Mimpi dalam Kabut

1 0 0
                                    

Malam itu, Wei Wuxian dan Lan Wangji memilih beristirahat di rumah tua yang kosong di pinggir desa. Meskipun tubuh mereka lelah, pikiran mereka dipenuhi berbagai pertanyaan. Wei Wuxian, yang biasanya ceria, tampak lebih pendiam dari biasanya. 

“Lan Zhan, aku merasa ada sesuatu yang salah dengan desa ini,” Wei Wuxian berkata sambil duduk di ambang jendela, menatap kabut yang masih menyelimuti sekitar. 

Lan Wangji, yang sedang mempersiapkan jimat pelindung, mengangguk. “Semua yang terjadi di sini bukan kebetulan. Energinya terlalu gelap, seperti ada kekuatan besar yang mengatur semuanya.” 

Wei Wuxian memandang ke arah Lan Wangji, matanya penuh rasa ingin tahu. “Kau percaya ini semua terkait dengan Chiang Su?” 

“Ya,” jawab Lan Wangji singkat namun tegas. 

Saat Wei Wuxian hendak berbicara lagi, ia merasa sesuatu yang dingin merayap di tengkuknya. Udara di dalam ruangan tiba-tiba berubah berat, dan suara angin yang tidak biasa terdengar di luar. 

“Lan Zhan…” Wei Wuxian memanggil dengan nada rendah, Chenqing sudah berada di tangannya. 

Namun sebelum Lan Wangji bisa merespons, Wei Wuxian merasakan tubuhnya menjadi ringan, seolah-olah diseret oleh kekuatan tak terlihat. Pandangannya mengabur, dan sebelum ia menyadarinya, ia terjebak dalam kegelapan. 

***

Wei Wuxian terbangun di tengah hamparan kabut putih. Tidak ada suara, tidak ada tanda kehidupan, hanya keheningan yang memekakkan telinga. 

“Di mana aku?” Wei Wuxian bertanya pada dirinya sendiri, melangkah perlahan di antara kabut tebal. 

Saat ia berjalan, suara tawa kecil terdengar di kejauhan. Suara itu terdengar seperti milik seorang anak kecil, namun ada sesuatu yang tidak wajar di baliknya. 

“Siapa di sana?” Wei Wuxian memanggil, suaranya menggema. 

Dari balik kabut, muncul sosok anak kecil dengan mata yang bersinar merah. Anak itu memandang Wei Wuxian dengan senyuman aneh. 

“Kau tidak seharusnya ada di sini,” kata anak itu dengan suara yang mengerikan, jauh lebih tua daripada penampilannya. 

Wei Wuxian mengerutkan kening. “Dan siapa kau sebenarnya? Apa hubunganmu dengan Chiang Su?” 

Anak itu tidak menjawab, melainkan mengangkat tangannya. Dari tanah, muncul bayangan-bayangan gelap yang mulai mengelilingi Wei Wuxian. 

“Kalau ini permainanmu, kau tidak akan menang dengan mudah,” Wei Wuxian berkata sambil meniup Chenqing. 

Nada pertama yang keluar dari Chenqing menghancurkan beberapa bayangan, namun anak itu tampak tidak terpengaruh. 

“Ini hanya awal,” anak itu berbisik sebelum menghilang ke dalam kabut. 

Wei Wuxian merasakan kegelapan mulai melahapnya, namun sebelum semuanya menghilang, sebuah cahaya biru terang menerobos kabut. 

“Lan Zhan?” Wei Wuxian memanggil, suaranya dipenuhi harapan. 

Sosok Lan Wangji muncul, Bichen di tangannya bersinar terang, memotong bayangan yang mengepung Wei Wuxian. 

“Lan Zhan! Kau selalu datang di saat yang tepat,” Wei Wuxian berkata dengan senyum lemah. 

Lan Wangji tidak menjawab, namun tatapannya penuh kekhawatiran. “Kau tidak apa-apa?” 

Wei Wuxian mengangguk. “Ya, tapi tempat ini aneh. Sepertinya ini dunia ilusi yang diciptakan oleh Chiang Su atau sekutunya.” 

Lan Wangji mengangguk pelan. “Kita harus keluar sebelum energi kita habis.” 

Dengan kerja sama yang sempurna, mereka berhasil menghancurkan ilusi itu, kembali ke dunia nyata. Wei Wuxian terbangun dengan napas terengah-engah, sementara Lan Wangji duduk di sisinya, memastikan ia aman. 

“Kau menyelamatkanku lagi,” Wei Wuxian berkata dengan nada ringan, mencoba menyembunyikan rasa terima kasih yang dalam. 

Lan Wangji memandangnya, ekspresinya lembut namun serius. “Keselamatanmu adalah segalanya.” 

Wei Wuxian terdiam sejenak, hatinya berdebar. “Lan Zhan, kau benar-benar terlalu baik padaku.” 

Lan Wangji tidak menjawab, hanya menatap Wei Wuxian dengan penuh perhatian, seolah-olah ingin memastikan tidak ada satu luka pun yang tersisa. 

Malam itu, mereka berdua sadar bahwa hubungan mereka semakin dalam, meskipun kata-kata belum terucap. Namun, bahaya di depan masih terlalu besar untuk diabaikan, dan mereka harus bersiap menghadapi apa pun yang menanti. 

Eclipsed HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang