Bab 11: Penangkapan

1K 192 72
                                    

16.03
Polda Metro Jaya

Tim Shadow sudah tak sabar menunggu jam sembilan malam nanti. Sekarang, mereka sedang meeting dengan satu tim narkotik yang akan membantu mereka melakukan penangkapan.

“Ini agak tricky ya tempatnya. Nggak ada tempat sembunyi.” sahut Danil. Renner mengangguk, tempat pertemuan Gifar dan Kopay memang di sebuah lapangan terbuka. Tidak bisa diganti karena mereka tak ingin Kopay curiga.

“Karena Kopay udah tau muka kita semua, jadi Gifar nanti ditemenin sama Bang Ari. Dia bakal pake anti peluru juga.” jelas Renner, “Lo siap kan Bang Ari?” tanyanya.

Ari mengangguk yakin, “Iya. Aba-aba dari gue berarti.”

“Jangan ngeraguin Bang Ari, Ren. Dia nih Kanit inceran semua komandan.” timpal Paul. Ari hanya tersenyum kikuk, “Yah, namanya kerja.”

Ari Sahetapy, seorang AKP yang kini bekerja sebagai salah satu kepala unit tim narkotik. Ia salah satu Kanit dengan keahlian taktis yang di atas rata-rata. Pernah menjadi kepala tim Buser dan beragam satgas, operasi penangkapan dibawah pimpinannya tak pernah gagal. Badannya tak terlalu besar, tapi ototnya terlihat kencang. Dengan tulang pipi dan rahang yang tegas serta dihiasi brewok, khas orang timur, Ari terlihat tampan. Sebuah fakta yang Syarla nikmati sebagai satu-satunya perempuan di ruangan. Untungnya, Danil sedang mode fokus pada kasus, sehingga senyum-senyum tipis Syarla tak tersadari.

“Yaudah berhubung komando di Bang Ari, lo aja yang jelasin Bang.” sahut Renner. Ari mengangguk dan mulai menggambar denah lapangan.  

“Ini lapangan kotak doang, bekas tempat parkir yang sekarang nggak kepake. Cuma ada satu pintu keluar-masuk buat mobil. Di dalem, bener-bener nggak ada tempat buat sembunyiin satu mobil lagi. Jadi mobil back-up harus nunggu di gang sebelah.” jelas Ari.

“Jadi paling empat orang di mobil Gifar, gue nyetir, yang tiga sembunyi aja di belakang. Sisanya di mobil backup. Nah, baginya gimana?” lanjutnya bertanya pada Renner.

“Iqbal, Paul, Danil – di mobil lo, Bang. Gue sama Syarla, sama tim narkotik sisanya di mobil backup.” jawab Renner.

“Oke. Jadi rencananya, gue sama Gifar turun. Transaksi. Begitu Gifar udah jalan balik dan aman, baru kalian bertiga turun dan bungkus Kopay.” jelas Ari lagi.

“Aba-abanya apa, Bang?” tanya Iqbal.

“Hmm.. pas gue bilang ‘maksa’ ya.” jawab Ari. Mereka mengangguk.

Ari lalu menoleh ke Renner, Syarla, dan tiga anggota timnya yang lain, “Gue sih sebisa mungkin menghindari baku-tembak, ya Ren. Jadi mobil backup cuma masuk kalo udah ada kode dari kita.”

“Siap, Bang.” jawab Syarla semangat.

“Mereka packingnya gimana?” tanya Ari, merujuk ke senjata api yang dibawa oleh Kopay.

Light. Ada satu semi-automatic, sisanya pistol. Tapi mereka tuh asal tembak, Bang.” jawab Danil, merefleksikan baku tembak mereka dengan Kopay dan kroni-kroninya.

“Hm yaudah, kita sesuaiin aja. Kalian mesti lindungin diri, hemat peluru tapi tepat. Gue nggak suka semi-automatic, tapi kalo ada yang mau pegang ya silakan.” ucap Ari.

“Iya paling buat cover aja. Ntar gue yang bawa.” sahut Paul.

Setelah mengonfirmasi beberapa hal teknis, mereka pun menyudahi meeting tersebut. Siap untuk menangkap Kopay dan mengakhiri kasus ini.

⏳⏳⏳

21.06
Matraman

Mobil mereka telah siap di tempat yang dimaksud, sekarang hanya tinggal menunggu Kopay muncul. Semua anggota sangat bersemangat, tapi Gifar terlihat gugup di samping Ari.

Shadows of Two Hearts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang