0,046. Permintaan

167 10 0
                                    

Tiga hari sudah setelah kemoterapi Kayla tidak beranjak dari bad-hospital nya. Hanya untuk buang air ataupun menuruni kedua kakinya untuk menatap kaca besar di kamarnya.

Selama tiga hari Kayla merasakan efek samping dari kemo. Seperti mual yang kini berlanjut.

"Huek.."

Hanya dirinya di dalam ruang kamarnya. Tidak ada Hana, Pratama, ataupun Elgara. Karena ini kemauan Kayla yang mau sendiri.

Kedua tangan nya selalu mengerat baskom yang di lapisi kresek untuk wadah muntah nya.

Setelah enakan di kerongkong nya ia meletakkan perlahan wadah itu di bawah brankar nya. Dan kini ia menatap matahari yang mulai terbenam itu dengan tarikan bibir yang walaupun hanya kecil.

Rambutnya sedikit gatal pun ia garuk, tak ayal tiga hari sudah ia tak keramas bahkan mandi pun tidak. Sesekali bik inem ke rumah sakit hanya untuk melap badan nya dan itupun dia yang minta. Hana yang meminta pun enggan untuk mengiyakan.

"Sekarang rambut gue yang rontok, terus kelanjutan nya apa?" Tanya dirinya pada dirinya sendiri dengan suara yang sedikit gemetar.

Ia menatap lengan kanan nya yang mendapatkan helaian rambut. Bukan helaian rambut tapi beberapa rambut yang rontok. Bahkan orang normal yang mengalami rontok pun tak separah dirinya.

Perlahan bibir nya bergetar dengan suara tangis yang menggema di ruangan nya.

"Hiks ... Ini yang gue takuti. Kenapa harus rambut? Kenapa harus gue? Kenapa harus leukemia? Kenapa harus GUE?!!!" cam nya dengan berteriak dan menekan kata dirinya.

Kayla mendesah frustasi sambil menarik kedua rambutnya kuat. Sampai beberapa helaian rambutnya berterbangan ke beberapa tempatnya. Bahkan kini dirinya terjatuh dari brankar akan kuat nya menarik rambutnya sendiri.

BRUK

"KAYLA" teriak Pratama saat mendengar suara sangat keras di dalam.

Ya Pratama masih stay di rumah sakit tanpa sepengetahuan Kayla. Ia menunggu di luar kamar. Hana yang mengambil beberapa pakaian bersama Elgara yang mengantarkan Hana.

"Haaaaa!!!! Kenapa harus gue?! Kenapa harus gue tuhan?! Hiks .." deru gadis itu seakan mengadu kepada tuhan nya.

Rambut nya yang mengembang dan berantakan. Kedua mata yang membengkak dan memerah. Serta tubuh yang tak lagi seperti manusia normal. Kini tubuh nya berubah menjadi kurus tapi sayang nya gadis itu tetap cantik tapi sayang nya tertutup akan ketidakberdayaan dirinya sendiri.

Untuk berjuang pun tidak tau alasan apa untuk dirinya. Yang dipikirkan dirinya sekarang adalah kenapa? Kenapa harus dirinya yang terpilih?

Pratama yang sudah masuk dan berlari untuk menghampiri Kayla terhenti akan pertanyaan anaknya. Kayla yang membelakangi Pratama dan tidak tau jika Pratama di belakang nya pun terus meraung.

"Apa Tuhan tau rasanya jadi Kiara?" Tanya gadis itu menatap langit dari jendela kamarnya.

"Sakit!!" Lanjutnya dengan menekan.

"Sakit tuhan!! Rasanya sangat sakit!! Kenapa harus Kiara?! Kenapa bukan mereka!! Kenapa bukan mereka yang jahat sama tubuh ini! Kenapa harus Kiara!!!" Teriak gadis itu di akhir kalimatnya.

"Karena Kiara gadis terkuat dari banyak nya manusia di dunia ini" ucap Pratama yang terdengar oleh kayla yang langsung menutupi wajahnya.

Pratama berlutut untuk menyamakan tingginya pada Kayla. Perlahan Pratama menarik kedua tangan anaknya. Dan memegangi wajah anaknya dengan sayang tanpa menampakkan kesedihan yang Pratama sembunyikan.

K or KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang