Bagian 20

2.2K 176 10
                                        







Cw : kiss











Joey pulang ke rumah terlebih dahulu bersama Susi, sementara Noa dengan berbagai alasan mengatakan ia akan mengantar Kavi terlebih dulu ke sebuah tempat, nyatanya ia sudah memiliki janji dengan Kavi untuk mampir ke studio di mana dirinya tinggal seusai Kavi bekerja.

Keduanya tiba di sebuah bangunan berlantai dua, tempatnya tak terlalu jauh dari kafe Noa ternyata. Mereka hanya perlu berkendara selama lima belas menit untuk sampai. Tempat itu terlihat berwarna cream dengan sebuah papan tertulis Color Art Studio, lantai satu di penuhi dinding kaca dengan lampu terang benderang menyinari beberapa lukisan yang terpajang di sana.

Mereka melangkah masuk, Noa cukup terkagum dengan lukisan-lukisan itu, terlihat mahal dan otentik.

"This is my home," Ujar Kavi membiarkan Noa mengamati interior tempat itu dengan leluasa.

"You really live here?"

"Not exactly here, aku tinggal di lantai dua. Wanna go to see?"

Noa mengangguk, ia lalu mengikuti langkah Kavi menuju lantai dua. Di sana Noa dapat lihat kamar dengan lampu remang, ada sebuah pantry kecil di sana. Ada kompor potable, kulkas mini, juga sebuah wastafel tempat mencuci sesuatu. Di sana juga terdapat lemari pakaian berukuran sedang, sebuah ranjang dengan ukuran satu orang. Namun ruangan itu di dominasi oleh aroma cat warna, ada kanvas dengan lukisan setengah jadi di sana. Beberapa lukisan juga terpasang di tembok yang Noa tebak itu adalah hasil karya tangan Kavi.

"Kamu yang lukis semua ini, Kavi?"

Kavi mengangguk, "ya, sorry di sini gak ada sofa. Jadi Kakak bisa duduk di atas ranjang aku aja. Is that okay?"

Noa mengangguk, "sure," Noa akui walaupun tak terlalu besar ruangan itu cukup rapih bagi seorang pria yang tinggal sendirian.

"Mau minum apa, Kak?" Tanya Kavi, ia berjalan ke arah pantry, "ini cuma ada teh sama kopi aja, sih," Kavi tersenyum kikuk.

"Teh, boleh."

"Okay."

Kavi lalu berjalan ke arah pantry, menyeduhkan secangkir teh hangat untuk Noa. Entah mengapa hanya berduaan dengan Noa di tempat itu membuat Kavi gugup, rasanya ia nyaris menjatuhkan cangkir jika saja ia tak berhati-hati.

"Here, your tea."

"Thankyou," Noa meraihnya lalu meminumnya perlahan.

"Aku ganti baju sebentar, ya, Kak?"

Noa mengangguk, "sure ... "


















Kavi duduk di sisian ranjang bersama Noa, ia sudah mengenakan pakaian casualnya rambutnya juga setengah basah karena Kavi memilih untuk mandi daripada hanya berganti pakaian. Noa cukup terkejut saat melihat Kavi dengan rambut basahnya keluar dari dalam toilet. Jujur saja Kavi sangat tampan, namun tetap saja saat melihat rupa Kavi, Noa tak dapat menghilangkan wajah Joshua dalam ingatannya.


"Sorry aku gak ada hairdryer," Ujar Kavi sembari menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Mau saya bantu keringin?"

Kavi cukup terkejut dengan tawaran itu, namun nalurinya berkata jika ia menolak maka sama saja ia menyiakan kesempatan langka. Bagaimanapun benar, Kavi sangat tertarik pada Noa ia tak bisa berbohong.

"Sure," Kavi mengambil handuk kecil lalu memberikannya pada Noa.

"Duduk di bawah," Ujar Noa meminta Kavi duduk di antara kakinya. Tangan Noa kemudian mengusak rambut Kavi dengan handuk, mengeringkan sebisanya, hingga saat Kavi mendongak, mata mereka sontak bertemu. Tanpa tahu apa alasan jelasnya, namun kedua pandangannya seolah terkunci, iris kecoklatan Noa membuat Kavi terhanyut, begitu pula Noa yang terperosok ke dalam tatapan mata kelam Kavi.

"Can i?" Tanya Kavi saat menyadari Noa juga terlihat menyimpan hasrat untuknya, maka dengan gerakan cepat tangan Kavi meraih tengkuk Noa untuk dekatkan ranum si pria manis pada bibirnya.

Seperti kehausan, Kavi melumat bibir itu dengan rakus dan percaya diri. Itu bukan ciuman pertamanya namun Kavi merasa Noa adalah yang termanis. Keduanya bergelut dalam pagutan, selama beberapa saat hingga posisi Kavi terasa tak lagi nyaman, ia lalu melepaskan pagutannya.

"I want more ... Kavi ... " Ujar Noa dengan sedikit tercekat.


























Tbc ...

Kalo votenya 50+ aku update malem ini juga huehehe, fighting!

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang