"Brengsek!" Marko dengan langkah besar berjalan hampiri Kavi, tanpa tedeng aling-aling ia layangkan bogeman mentah pada wajah Kavi. Kavi yang terkejut tak dapat menghindar, alhasil dirinya jatuh tersungkur. Marko yang masih emosi menduduki perut Kavi kembali bersiap melayangkan pukulan ke dua, Kavi tak melawan ia pasrah, beruntung Jaren dan Johan segera melerai, Jaren tarik tubuh Marko agar turun dari tubuh Kavi.
"Marko! Stop, jangan main hakim sendiri!" Jaren menahan tubuh putranya yang memberontak.
"TAPI DIA HAMILIN NOA PI, DIA BERANI SENTUH NOA, PADAHAL KITA UDAH JAGA NOA SELAMA INI!"
"Papi ngerti Marko! Tapi bukan berarti kamu bisa main hakim sendiri!"
"Betul Marko, tenangin diri bicarain ini baik-baik!"
Noa yang saksikan bagaimana Kavi di hajar tak bisa berbuat apapun yang dirinya lakukan hanya menangis. Di sisi lain Tyana yang masih dalam keadaan shok hanya terdiam.
"Brengsek! Bukan karena muka lo mirip sama adek gue, lo bisa manfaatin Noa!"
Noa akhirnya tak sanggup hanya diam menyaksikan, ia hampiri Kavi lalu membantu pria muda itu bangun, "Kak, ini salah Nana, Nana yang bikin Kavi lupa diri, jangan salahin Kavi, Kak," Noa bicara di sela tangisnya.
Kavi yang sudah kembali pada kenyataan kemudian bangunkan diri. Ia tatap Noa dengan tak percaya, "kamu hamil?" Tanya Kavi dengan suara yang gemetar.
"Maafin aku Kavi."
"Kenapa kamu gak bilang, kenapa kamu lewatin ini sendirian--"
"Kavi, masuk ke kamar, Nana juga, obrolin semuanya berdua," Titah Tyana.
"Iyah, Helga, bawa anak-anak ke kamar Joey, Sayang," Titah Tama yang segera di ikuti oleh Helga. Ia membawa serta Marine dan Joey yang di bantu Susi meninggalkan kamar.
"Bub! Dia gak pantes di kasih kesempatan, dia nyakitin Nana!" Ujar Marko dengan nada marah.
"Marko! Kendaliin diri kamu, biarin Nana selesain semuanya," Ujar Tyana. Walaupun dalam lubuk hatinya ia juga merasa kecewa tapi apa boleh buat, Nana sudah mengaku padanya lebih dulu jika ia dan Kavi pernah bercinta.
"Kavi aku minta maaf ini salah aku ... " Noa terus menangis saat keduanya sudah berada berdua saja di dalam kamar.
Kavi tak berani lihat wajah Noa, ia kecewa, bukan karena mendengar berita Noa yang mengandung anaknya, tetapi Kavi merasa sedih saat ia menyadari Noa tak ingin dirinya ketahui jika benihnya telah tumbuh dalam tubuh Noa.
"Kenapa kamu sembunyiin ini dari aku? Kamu mau aborsi anak kita--"
"Enggak!" Noa gelengkan kepalanya, "aku gak kepikiran sedikitpun ke sana Kavi, please jangan berpikir begitu."
"Terus apa tujuan kamu sembunyiin ini dari aku, kenapa aku gak boleh tau?"
"Karena kamu masih terlalu muda buat bertanggung jawab Kavi, aku gak mau kamu kesusahan karena aku!"
"Kamu begini karena tau aku gak punya apa-apa, kan?"
Tidak, Kavi semakin jauh salah paham padanya apa yang harus Noa lakukan, "Kavi bukan begitu ... " Noa tak tahu harus berkata apa selain terus menangis.
"Kak, sesusah apapun aku, saat aku punya tanggung jawab aku pasti lakuin yang terbaik buat kalian, apalagi itu anak aku. Aku bisa cari uang buat kalian, walaupun mungkin ... " Kavi yang sedari awal berusaha tahan air mata akhirnya tertunduk, ia meneteskan air mata, "mungkin aku gak akan sebanding sama suami Kakak."
"Kavi ... Dont say that," Noa lalu tarik Kavi dalam dekapannya, ia tak sanggup lihat Kavi menangis, Noa merasa bersalah karena tak jujur sejak awal.
"Tolong jangan pernah mikir lewatin ini sendirian, aku di sini Sayang, aku bakalan bertanggung jawab buat kamu, buat anak kita, please jangan biarin aku gak tau apapun .... "
Noa mengangguk, ia usapi punggung Kavi, Noa akui ia terharu atas reaksi gentle yang Kavi tunjukan padanya.
Tbc ...
Maklumin, Marko emosi soalnya dia mikir Noa di manfaatin sama Kavi karena muka Kavi & Josh mirip ...

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fiksi Penggemarcerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna