Bagian 41

1.1K 106 5
                                    




















Bulan demi bulan berlalu, Kavi mulai dapat mendekatkan diri kepada keluarga Mahendra walaupun Marko masih belum dapat menerima sepenuhnya, Marko seringkali masih bersikap sinis dan acuh saat Kavi menjenguk Noa di kediaman Mahendra. Meski begitu anggota keluarga lain selalu menyambut dengan hangat keberadaan Kavi di sekitar mereka.

Usia kehamilan Noa sudah menginjak bulan ke enam saat skripsi yang Kavi kerjakan rampung, saat sidang Noa bahkan menemani sang kekasih dengan perut yang sudah membesar, Noa seringkali mengenakan pakaian longgar seperti hoodie dan kaus oversize sebagai opsi.

Beruntung Kavi yang memang pada dasarnya memiliki otak yang pintar ia dapat lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, untuk wisuda ia juga sudah mendapatkan jadwal yang rencananya akan di adakan sekitar dua minggu kemudian.

"Toganya normal sih, yah," Ujar Noa, ia sedang berada di studio di mana Kavi tinggal, Noa datang karena ingin melihat toga sekaligus suit yang Noa pesankan pada penjahit sudah rampung dan Noa ingin melihat Kavi mencobanya.

"Puji Tuhan, aku bersyukur toganya gak kaya punya kampus lain, yang mirip pawang ular."

Keduanya terkekeh mendengar candaan yang Kavi lontarkan. Sejujurnya Kavi merasa sangat gemas melihat bentukan Noa saat ini, pipinya semakin bulat, badannya terlihat berisi, mata bulatnya berkilauan juga rambutnya di poni itu, sungguh sangat menggemaskan. Apalagi bagian perut Noa yang sudah terlihat jelas, Kavi sungguh ingin menggigitnya.

"Kenapa?" Tanya Noa saat ia melihat Kavi terus melihat ke arahnya dengan tatapan memuja.

"Aku lagi nahan gemes sama kamu, sumpah, gemes banget!" Kavi memekik dengan tangan yang terkepal.

"Ih apasih!" Noa kemudian mencubit paha Kavi yang memang sedeng duduk di sebelahnya.

"Serius," Kavi usap sisian wajah Noa, mencubitnya perlahan dan tak menimbulkan rasa sakit apapun selain kegelian, "kamu cantik banget Sayang," Ujar Kavi terus menatap Noa dalam pada matanya.

"Serius? Aku gendut lho sekarang."

"Justru itu, kamu makin gemesin, makin bohay--eh aw!"

Noa mencubit pinggang Kavi dengan keras, "stop gak! Anak nakal!"

"Sorry Mommy," Kavi mengerling membuat Noa yang panggil begitu tersipu. Anggap saja dirinya mesum, namun saat memikirkan usia Kavi yang terpaut jauh darinya, namun tetap bisa mendominasi merupakan hal yang sangat Noa sukai.

"Kavi! Iseng banget sih!"

Kavi terkekeh kemudian tangannya yang leluasa menarik pinggang Noa hingga si pria manis menempel padanya, "soalnya reaksi kamu bikin aku suka, kenapa sih kamu cantik dan gemesin banget ... " Kavi usap pinggang sempit Noa, matanya tetap tertuju pada iris bulat milik Noa yang terlihat berkilauan.

"Karena ... Aku pacar kamu?"

"No ... " Kavi menggelengkan kepala, "kamu calon suami aku."

Lalu yang terjadi selanjutnya adalah, Kavi yang mencium bibir Noa dengan sangat dalam dan tentu saja Noa menerimanya dengan senang hati.




















Dua minggu berselang, akhirnya hari yang di nantikan tiba, hari di mana Kavi akan melakukan acara wisuda. Seperti yang di ketahui jika Kavi sudah tidak memiliki keluarga selain Johan dan keluarga Mahendra. Maka dari itu dengan senang hati keluarga angkatnya itu berkumpul di kampus Kavi untuk menemani sang pemuda.

Mereka kompak mengenakan batik dengan motif sama, tak terkecuali Marko yang nyatanya tetap ikut bersama Helga dan bayi kecil mereka. Keluarga itu bertepuk tangan saat Kavi di nyatakan sebagai lulusan dengan gelar cumlaude yang artinya tentu saja ia salah satu mahasiswa terbaik.

Melihat itu Noa merasa sangat bangga, senyumnya merekah dengan sebuah buket bunga mawar merah yang Noa beli siap untuk di berikan pada sang pujaan hati. Setelah runtutan acara selesai, Kavi segera menghampiri keluarganya, ia memeluk satu persatu anggota keluarga dengan raut bahagia.

"Makasih banget udah mau nyempetin dateng ke acara wisuda aku," Kavi kemudian tersenyum lebar.

"Ayah keren banget!" Ujar Joey sembari mengangkat ibu jarinya.

"Sini ayah gendong," Ujar Kavi sembari merentangkan tangan, Joey segera masuk ke dalam dekapan Kavi, ia lalu menggendong bocah itu.

"Kamu keren deh, jadi lulusan terbaik," Ujar Noa dengan senyuman, ia lalu memberikan buket bunga pada Kavi, "ini hadiahnya, mawar."

"Ini aja?" Tanya Kavi dengan bercanda.

"Kavi mau apa lagi, biar Bubu sama Papi belikan," Tyana menyela yang tentu saja segera Kavi sanggah.

"Bercanda Bub, kalian aja udah hadiah terindah buat aku, makasih banyak udah care sama aku, aku gak tau deh kalo gak ada kalian pasti sedih banget."

"Abis ini, kerja di tempat Papi aja Vi," Ujar Jarren.

Namun Kavi hanya tersenyum, "aku mau nyoba nyari kerja sendiri dulu deh Pi, biar mandiri."

Kemudian acara di lanjutkan ke sebuah restoran untuk makan siang sekaligus berbincang lebih banyak hal. Kavi akhirnya menyelesaikan kuliahnya, dan impiannya untuk dapat menikahi Noa semakin dekat, ia bahagia.




















Tbc ...

Kalo mau konten pedes bayar dulu huehehe

Jgn lupa vote & komentari!

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang