Semua yang hadir malam itu duduk di meja makan, menikmati makan malam yang sejatinya telah di siapkan untuk banyak orang atas perintah Jaren. Tidak, Tyana tak tahu jika suaminya mengundang Johan dan Tama, bahkan ia tak tahu anak sulung dan menantu serta cucunya akan hadir juga.
"Aku gak habis pikir, kok bisa ada orang yang mukanya plek ketiplek Joshua banget," Helga berujar, ia tak henti melirik ke arah Kavi sepanjang makan malam. Karena bagaimana tidak, wajah Kavi terus saja merebut atensinya.
"Aku juga udah bilang, kan, Sayang, muka dia mirip banget sama Josh."
"Gak ekspek semirip ini," Helga dan Marko membicarakan Kavi di depan wajahnya langsung, memang luar biasa, "Bahasa gaulnya doppelganger, gak, si? " Tanya Helga pada Noa yang sedari tadi hanya diam dan mencoba menikmati makanannya.
"Hm," Noa jawab dengan dehaman. Sejujurnya rasa mual itu hadir kembali entah mengapa, Noa bahkan tak kuasa memakan makanannya dengan lahap.
Helga yang sudah tahu dengan kondisi sahabatnya itu akhirnya menyadari, ia lalu berbisik di telinga Noa yang kebetulan duduk di sampingnya, "lo mual lagi?" Tanya Helga.
Noa mengangguk, "tolong bawa gue ke kamar, Hel, gimanapun caranya," Noa berbisik yang Helga angguki.
"Aduh, aku kenyang, boleh gak aku sama Nana naik duluan, kasian anak-anak juga lagi tidur," Ujar Helga yang syukurnya sudah habiskan makan malamnya.
Tentu seluruh keluarga membolehkan, apalagi Joey dan Marine sudah tertidur pulas dan butuh di temani. Noa dan Helga naik ke kamar sementara Jaren putuskan untuk merokok sejenak di taman belakang bersama Marko.
Bukan kebetulan, Johan yang biasanya akan bergabung dengan Jaren dan Marko pilih bertahan di sana. Ia harus bicara pada Kavi yang sedari tadi diam dan hanya ikut tersenyum serta menjawab seadanya jika di ajak bicara.
"Kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Johan pada Kavi.
"Harusnya saya yang nanya sama Bapak, kenapa bisa ada di sini?" Tanya Kavi heran.
Johan lirik kanan kiri, pastikan tak ada yang dengar percakapan mereka, "Kavi listen," Ia lirik Tyana, lalu pria manis itu mengangguk, "saya ini besannya Tyana, saya ayahnya Helga suaminya Marko. Jadi kita saling kenal, kamu juga tau saya kasih projek itu ke kamu bukan tanpa alasan," Johan bicara panjang lebar buat Kavi kernyitkan dahi.
"Maksud Bapak?"
"Ty, kayanya gak bisa kalo di omongin malem ini--"
"Bub, aku ke atas dulu," Ujar Marko yang datang melewati mereka.
"Iya, Nak," Tyana mengangguk kemudian, Johan dan Tama juga ikut tersenyum. Sementara Kavi benar-benar bingung apa yang terjadi sebenarnya.
"Kita harus ngomong ini di luar, terlalu beresiko kalo di sini." Lanjut Johan.
"Gue setuju, kita omongin di luar aja," Tyana mengangguk.
"Sebenernya ada apa? Kenapa Saya gak tau apa-apa?" Tanya Kavi semakin merasa bingung.
"Kavi gimana kalo kita besok ketemu di luar Nak?"
Kavi lirik ketiganya, ia tak memgerti namun sepertinya ada hal penting yang harus di bicarakan, "oke," Jawab Kavi singkat.
"Lo udah bilang ke dia Na soal kehamilan lo?" Tanya Helga pada Noa yang baru saja usai muntahkan isi perutnya.
Noa gelengkan kepala, "enggak ... Gue belum bilang, gue gak berani Hel, gue gak tega hancurin masa depan dia."
"Ini bukan cuma tentang dia Na, tapi tentang lo juga, tentang bayi yang lo kandung, mau sampe kapan lo sembunyiin, sampe perut lo makin gede terus Bubu sama Papi nyadar?"
"Tapi gue--"
"Apa? Apa kalian bilang?" Marko yang hendak membuka pintu kamar Noa untuk melihat anak dan suaminya tak sengaja dengar percakapan Noa dan Helga. Marko yakin dirinya tak salah dengar.
"Kak Marko ... " Noa tercekat saat lihat iparnya itu menatap tak percaya padanya.
"Kak biar aku jelasin," Sergah Helga.
"Lo beneran hamil Na? Jawab, Na, jawab gue," Marko berjalan hampiri Noa lalu berdiri di hadapannya dengan penuh emosi.
"Kak aku--" Noa hela napasnya, ia tak mungkin berbohong, mereka sudah tertangkap basah, "iya ... Aku hamil Kak ... " Jawabnya lirih.
Marko menatap tak percaya, ia benar-benar tidak mengira jika Noa akan mengakuinya, "SIAPA YANG HAMILIN LO NA! JAWAB GUE!" Marko berteriak buat Marine dan Joey yang sedari tadi di tidurkan di atas ranjang Noa terbangun dan menangis.
"Kak! Apaan sih, jangan teriak-teriak!" Helga berujar sembari tenangkan bayinya dan Joey.
"Jawab Noa, jawab gue, siapa, lo udah gue anggap adek sendiri, gue harus tau siapa yang hamilin lo!" Marko berujar dengan suara keras yang tak di sangka undang semua anggota keluarga untuk datang ke sana tak terkecuali Kavi.
"Marko, ada apa, kenapa teriak-teriak?" Ujar Jaren yang terheran dengan teriakan putranya.
"Maaf Kak ... Nana hamil anak Kavi."
"Noa ... "
Tbc ...
Ini udah kepanjangan aku lanjut nanti lagi, yang penting Kavi udah denger ygy ...

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Hayran Kurgucerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna