Bagian 36

2K 166 7
                                    


















Kavi terdiam mencerna apa yang sebenarnya Johan katakan, ia tak mengerti maksud dari pria paruh baya itu. Selama ini yang Kavi ketahui keluarga Johanlah yang berbaik hati padanya memberikan fasilitas mulai dari uang saku hingga tempat tinggal sebagai imbalan dari pekerjaan sebagai guru lukis di studio itu.

"Pak ... Saya gak ngerti ... " Ujar Kavi dengan nada penuh kebingungan.

"Kavi, tolong jangan berpikir macam-macam sama saya, yah, Nak, jujur alasan saya membiayai kamu selama ini karena kamu ngingetin saya sama mendiang anak saya. Saya gak ada maksud buruk atas semua ini," Sela Tyana. Ia khawatir saat melihat raut wajah Kavi.

"Tapi gimana bisa, maksud saya, saya sama Pak Tyana baru ketemu tempo hari waktu saya jual lukisan itu."

"Emang Kavi, saya yang ketemu duluan sama kamu dan saya juga yang kenalin kamu ke Tyan dan itu terjadi bertahun-tahun lalu. Diam-diam Tyana suka perhatiin kamu selama ini karena dengan liat kamu, Tyana jadi bisa sedikit ngobatin rasa rindunya ke Joshua," Balas Johan.

"Wah," Kavi tersenyum pahit, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa, "saya cuma kaget aja, Pak, bukan bermaksud gak sopan. Makasih banyak udah perhatiin saya selama ini," Kavi kemudian hela napasnya, ia tatap Tyana yang juga tengah memperhatikannya dengan berkaca-kaca, "tapi, kalo kehadiran saya bikin Bapak ngerasa susah buat maju ke depan, saya bakalan ngerasa bersalah banget karena udah muncul di sekitar bapak--"

"Kavi, jangan bilang gitu, saya gak pernah berpikir begitu. Cuma saya gak mau bikin kamu gak nyaman kalo saya fasilitasin kamu langsung dari tangan saya. Kamu inget, saya bahkan minta peluk kamu di pertemuan pertama kita. Saya gak bisa bayangin kalo saya tiap hari ketemu langsung sama kamu, seaneh apa saya jadinya di depan kamu." Jelas Tyana panjang lebar.

Walaupun Kavi merasa bingung ia akhirnya mengerti dan sudah dapat menarik benang merah dari semua yang terjadi, "terus, apa karena Pak Jaren gak tau semua ini malem itu Pak Jo minta saya buat gak buka suara?"

Johan mengangguk, "iya Kavi dan saya minta kamu gak perlu buat ngasih tau ini ke siapapun, termasuk ke Noa apalagi Marko. Jadi sekarang setelah kamu tau saya harap kamu bisa semakin bersikap baik sama Tyana. Apalagi, kamu dan Noa akan menikah suatu saat nanti, Noa udah di anggap anak kandung sama keluarga Mahendra. Kamu paham, kan, maksud saya?"

"Sekarang saya ngerasa jadi orang yang gak tau terima kasih, karena setelah apa yang Pak Tyan lakuin ke saya, saya malah kecewain dengan cara hamilin Noa."

Tyana gelengkan kepala, "no, Kavi, i'm happy to be honest, karena setelah ini saya mungkin bisa lebih sering liat kamu."

Hati Kavi menghangat, mengapa Tyana sangat baik padanya walaupun Kavi tau wajahnya bak pinang di belah dua dengan mendiang Joshua, akan tetapi dengan segala bentuk kebaikan yang Tyana berikan padanya, Kavi merasa sangat beruntung.

"Saya janji akan balas semua kebaikan yang udah kalian kasih ke saya."

"How if you start it with call me Bubu?" Tyana bertanya dengan penuh semangat, ia benar-benar tidak nyaman saat Kavi terus memanggilnya dengan sebutan 'pak'.

Kavi akhirnya mengangguk, ia merasa tak punya pilihan lain, "okay, Bubu."

Tyana dengan segera peluk tubuh yang jauh lebih besar darinya itu, "oh my God, akhirnya Kavi, makasih banyak."




















Tbc ...

Hallooo apa kabarrrr???

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang