Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, saat Noa menangis keras dan kehilangan kontrol si manis akan jatuh tak sadarkan diri, berbeda dengan Tyana yang panik bahkan sampai bergegas memanggil dokter Kamala, Kavi cenderung lebih tenang dan mencoba tetap melakukan sesuatu seperti mengoleskan minyak angin di beberapa area. Kavi tahu Noa hanya pingsan karena shock walaupun ia tetap memiliki rasa khawatir pada sang kekasih.
Benar saja, tak berselang lama bahkan dokter Kamala belum sempat tiba Noa sudah tersadar dengan sedikit linglung, ia mengerjap beberapa kali merasakan kepalanya yang pening.
"Aku kenapa?" Tanya Noa saat melihat Kavi tersenyum ke arahnya namun matanya masih menyiratkan sorot khawatir.
"Kamu pingsan Sayang," Jawab Kavi tenang.
Tyana yang sebelumnya mengambil air hangat kembali dan cukup terkejut saat melihat Noa sudah sadarkan diri, "Ohh Sayang, Nana, kamu bangun Sayang," Tyana kemudian mendekat lalu mengusap kening sang menantu.
"Bubu .... " Noa seketika menangis kembali saat melihat Tyana, entah mengapa ia merasa sangat sedih karena Tyana pasti lebih menderita darinya, sosok orangtua yang kehilangan putranya merupakan pukulan terberat dan melihat betapa kuatnya Tyana selama ini membuat Noa merasa iba.
"Kenapa Nak, ada yang sakit?"
Noa menggelengkan kepala, "Bubu ... Makasih udah jadi orangtua yang kuat, pasti berat buat Bubu jalanin ini semua, Bubu hebat, makasih banyak udah bertahan."
Tyana mengangguk, matanya yang mulai berair ia usap buru-buru, "Bubu kuat karena ada Nana, ada Joey, ada Abang, Papi, Mariane dan Helga juga semua orang yang selalu nemenin Bubu, sekarang ada Kavi juga yang bikin Bubu lebih tenang. Nana gak usah berpikir apapun tentang Joshua lagi, yah, Sayang, kepergian Josh, itu sudah murni takdir dari Tuhan yang Nana harus lakuin sekarang adalah nata masa depan Nana di temani Kavi, dan Nana harus inget, kita, keluarga Mahendra akan selalu jadi keluarga Nana, sampai kapanpun itu."
"Makasih Bubu," Noa segera meraih Tyana ke dalam peluknya, tidak, ia tidak berlarut dalam isi surat itu lalu kembali menjadikan Joshua sebagai pusat dunianya. Noa hanya merasa setelah membaca surat itu ia merasa lega karena apa yang Joshua mau adalah dirinya yang melangkah ke depan dan menyimpan kenangan tentangnya di tempat yang pantas.
Makan malam di rumah keluarga Mahendra di adakan malam itu secara mendadak, Jarren memanggil Marko untuk datang ke kediaman mereka, sementara Kavi juga tak di ijinkan pulang karena mereka akan membicarakan hal penting. Helga absen karena si pria manis tengah sibuk menjaga putrinya.
Marko seperti biasa mencoba untuk tak peduli pada eksistensi Kavi di sana, alasannya sebenarnya bukan prihal ia membenci Kavi, hanya saja setiap melihat wajah Kavi, dirinya merasa melihat sosok Joshua dan itu membuat perasaannya sedih.
"Jadi ada apa, Papi minta kita makan malem tiba-tiba?" Tanya Marko to the point, karena biasanya acara makan malam memiliki sebuah tujuan.
"Papi sama Bubu udah mikirin ini dari lama, tapi Papi mau minta pendapat kamu sebagai abangnya dan Noa sebagai suaminya dulu."
Jarren melirik ke arah suaminya yang lalu mengangguk meyakinkan."Kayanya, kita udah harus benahin barang-barang Josh dari rumah ini, kita simpan di tempat yang lebih baik supaya kita semua bisa ngejalanin hidup dan ngeliat ke depan, terutama buat Bubu, Nana dan kamu sendiri Marko."
Marko cukup terkejut mendengar itu, apa maksud membenahi, apakah orangtuanya berniat membuang barang-barang Joshua dari rumah mereka, "maksud Papi? Papi mau buang barang-barang adek?"
"Bukan di buang Nak, tapi di simpan di tempat yang gak terlalu keliatan sama kita--"
"Kenapa? Kenapa Papi sama Bubu bersikap begini? Marko tau gimana gak sukanya Bubu kalo ada barang Josh yang ilang di rumah ini, terus apa sekarang? Apa karena dia Bubu berubah?"
Kavi yang di tunjuk oleh Marko cukup terkejut, namun Kavi hanya diam, dia tak ingin ikut campur. Perasaan Marko padanya valid, Kavi tak akan menyangkal apa yang Marko rasakan.
"Marko jangan salahin Kavi terus Bubu gak akan pernah sedikitpun berpikir begitu."
"There's something wrong with you guys!"
"MARKO! jaga bicara kamu! Kamu gak bisa terus menerus begini, kita semua punya masa depan dan apa kamu pikir Joshua akan senang ngeliat keluarganya terus terpuruk karena kepergian dia? No! Berpikir sedikit lebih dewasa!" Sentak Jarren.
Noa hanya diam, tangannya di bawah meja di genggam erat oleh Kavi, bahkan ibu jari Kavi mengusap punggung tangan Noa mencoba menenangkan.
"A-aku setuju, Pi ... Aku pikir itu yang Mas Josh mau, Kak Marko ... Tolong maafin aku, aku gak bermaksud buat lupain Mas Josh, tapi aku rasa ... Mas Josh gak akan suka kalo Kakak terus-menerus begini."
Marko mengusak kepalanya, ia sandarkan punggungnya pada kursi lalu menghela napasnya kesal.
Tbc ....
Kita cepetin biar cepet tamat huehehe ...
![](https://img.wattpad.com/cover/376192622-288-k610246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fiksi Penggemarcerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna