Bagian 12

2.2K 161 6
                                        













Satu minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Kavi tempo hari, sejak saat itu juga mereka tak lagi pernah bersua, ada rasa syukur karena akhirnya ia dapat sedikit menenangkan hatinya karena jujur saja sejak Noa bertemu dengan Kavi ia menjadi semakin risau dan gelisah, ia merindukan Joshua dan ada bagian dari dalam dirinya yang menginginkan Kavi dan itu terjadi karena ia masih sangat mencintai Joshua.

Masalah lain terbit saat Joey putranya itu terus merengek ingin bertemu dengan Kavi, yang paling parah Joey mulai sulit makan bahkan enggan pergi ke sekolah. Keluarga Mahendra terutama Jaren mulai memperhatikan perubahan prilaku cucunya itu.

"Adek kenapa, Nak?" Tanya Jaren saat melihat cucunya itu terus menangis di dalam kamar, Noa memeluknya sementara Susi juga berada di sana menemani.

"Adek mau ketemu ayah, Grandpi bilang Buna Adek mau ketemu ayah."

Itu pertama kalinya Jaren dengar, Jaren memang baru kembali dari Singapore untuk mengurus pekerjaan. Mendengar ucapan Joey, Jaren yang tak mengerti akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan mendekati cucunya.

"Sini sama Grandpi," Jaren meraih Joey untuk beralih ke pangkuannya, sementara Noa sudah pasrah biarlah cucunya itu mengatakan apapun toh Jaren belum tentu percaya pada ucapan putranya, "Adek kenapa, cerita sama Grandpi?" Ujar Jaren dengan penuh perhatian.

"A-adek mau ketemu Ayah, tapi sam-sama Buna katanya gak boleh, Grandpi ... " Joey semakin keras menangis.

"Nanti sama Grandpi ke rumah Ayah, ya, sama Grandbu juga."

Namun Joey menggeleng kuat, anak tujuh tahun itu meronta dengan heboh, "bukan! Bukan rumah yang di rumah Tuhan! Ayah ada, ayah ketemu aku sama Buna, tapi Buna marah, Buna gak bolehin Adek ketemu Ayah!" Joey berteriak.

Noa yang melihat itu segera meraih tangan Joey, menariknya mendekat untuk berhadapan dengannya, "Adek jangan teriak-teriak di depan Grandpi, gak sopan!" Noa berujar dengan tegas.

Jaren yang melihat itu semakin bingung sepertinya ucapan Joey tak mengada-ada, tapi ia tak mengerti apa maksudnya, "Nana udah, jangan di bentak, sini sama Grandpi nanti kita ketemu Ayah, ya."




















Joey akhirnya tidur setelah drama menangis keras hingga Jaren dan Tyana turun tangan untuk menangani cucunya itu. Marko dan Helga yang tinggal terpisah menjadi alasan mengapa Joey selalu jadi prioritas bagi Jaren dan Tyana. Namun melihat bagaimana perubahan sikap Joey selama beberapa hari itu membuat Jaren memanggil Noa ke ruang kerja untuk membicarakannya.

"Sebenernya Joey kenapa, Sayang?" Itu pertanyaan Tyana. Ia pura-pura tak tahu dengan apa yang terjadi di depan suaminya.

"Begitulah Bub ... Joey mungkin lagi kangen banget sama ayahnya, makanya dia ngerengek terus."

"Papi ngerti, tapi dia terus-terusan bilang pengen ketemu Joshua, pasti ada sesuatu, kan?"

Noa tak tahu apa yang Jaren akan katakan jika mendengar fakta yang akan Noa katakan, namun haruskah ia mengutarakannya.

"Papi gak akan judge kalo kamu bilang sejujurnya. Ini tentang cucu Papi, Susi bilang  Joey udah begitu sejak beberapa hari, gak mau makan, gak mau sekolah, Papi gak percaya kalo gak ada apa-apa."

Noa menghela napas, sepertinya tak ada jalan lain selain memberitahukan fakta yang ada pada Jaren, "Pi, mungkin aku bakalan bilang hal yang gak masuk akal, tapi, aku sama Joey ketemu orang yang mirip banget sama Mas Joshua dan Joey anggap itu ayahnya karena memang semirip itu. Aku tau ini gila, tapi aku bisa buktiin ke Papi sama Bubu kalo orang itu beneran ada."
















Tbc ...

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang