Bagian 3

3.1K 204 1
                                        












Noa duduk diam di atas ranjangnya, menghadap ke arah foto pernikahan dirinya dan Joshua yang tak pernah berpindah posisi sejak pertama kali di letakan bertahun lalu. Air mata meleleh terus menerus, ia merasa tengah bermimpi setelah mengalami kejadian tak terduga, anaknya melihat sosok sang ayah dari oranglain lebih parahnya Noa tak mengenal siapa sosok itu dan mengapa Tuhan seakan mempermainkannya, mengapa di saat dirinya mulai berdamai ia malah bertemu sosok yang lagi-lagi mengingatkannya akan Joshua.

"He is not you, gak akan ada oranglain yang kaya kamu, Mas ... " Noa bicara sendiri, ia memegangi dadanya yang sesak, "i miss you everyday, tapi aku gak pernah ngerasa semua perasaan ini nyiksa aku sampai aku ketemu oranglain, orang yang entah kenapa mirip kamu ... " Noa menundukan kepala, tangan kirinya meremat sprei erat, "Mas, itu bukan kamu, kan?"















Kavi tak dapat bicara apapun saat melihat kliennya itu menangis, ia hanya terdiam tak dapat bicara karena tiba-tiba sosok yang memperkenalkan diri sebagai Tyana itu terisak, mereka baru pertama kali bertemu rasanya tidak etis jika dirinya melakukan sesuatu apalagi berkontak fisik. Maka satu-satunya inisiatif yang Kavi pikirkan adalah memberikan sebuah sapu tangan yang untungnya selalu ia bawa ke manapun.

Kavi mengulurkan tangannya dengan sopan, "ini Pak," Ujarnya.

Tyana meraihnya, lalu menggenggamnya erat, sebelum mengusapkan itu ke pipinya, "maaf Nak ... Kamu mirip banget sama anak saya, saya gak bisa tahan air mata saya ... " Ujar Tyana sembari mencoba menenangkan diri.

Pantas saja, saat ia melukis Kavi juga terheran karena Johan, Bapak yang ia sebut sebagai donaturnya itu memberikan foto pria yang sangat mirip dengannya, bahkan ia sempat berpikir jika itu adalah foto dirinya.

"Kok bisa mirip yah, Pak, sama-sama ganteng," Kavi berkelakar membuat Tyana tersenyum.

Pria paruh baya itu mengangguk, "tapi anak saya udah meninggal, makanya pas liat kamu saya nangis, benar kata Johan, kamu beneran mirip anak saya."

Kavi seketika terdiam, tawanya hilang berganti dengan rasa segan rupanya kliennya itu menangis saat melihat wajahnya yang mirip dengan mendiang putranya. Namun jika di pikir hari itu ia sudah dua kali bertemu dengan orang asing yang menganggapnya mirip dengan oranglain.

"Muka saya pasaran ya, Pak, saya juga tadi ketemu sama orang katanya saya mirip ayahnya."

Tyana kali itu terkekeh, ia benar-benar merasa terhibur dengan ucapan Kavi. Kepribadian Kavi sangat berbeda dengan Joshua, ia pria yang suka tertawa dan kepribadiannya terlihat hangat.

"Bapak boleh buka dulu, takut ada cacat biar saya perbaiki lukisannya."

Ujar Kavi memberikan hasil karyanya. Tyana yang sudah mulai dapat mengendalikan diri akhirnya menurut, ia lalu membuka gulungan kertas itu dan terlihatlah gambar wajah tersenyum putranya, Tyana ingat ia memotret Joshua yang tertawa untuk yang terakhir kalinya saat acara makan malam tepat sebelum Joshua meninggal dunia.

Tiba-tiba rasa sedih kembali hadir menghinggapi hatinya, ia mengangguk, air mata kembali menetes walau tak sederas sebelumnya, "terimakasih, ini bagus sekali, Nak, gak salah Johan kenalin kamu ke saya," Ujarnya sembari mengusap air mata dengan sapu tangan milik Kavi.

"Saya seneng kalo Bapak suka," Ujar Kavi sembari tersenyum dengan lebar.

"Saya bisa pesen lukisan lagi ke kamu kapanpun saya mau, kan, Nak?"

Kavi mengangguk, "bisa, silahkan hubungin Pak Johan, atau sebentar," Kavi mengeluarkan bukunya, ia menyobek sedikit kertas lalu menuliskan nomor ponselnya di sana, "langsung hubungi saya," Tambahnya.

Tyana tersenyum, "terimakasih, tapi apa saya boleh minta sesuatu?"

"Boleh, asal jangan minta jet pribadi saya gak punya soalnya."

Tyana terkekeh, Kavi ternyata merupakan sosok yang sangat lucu pikir Tyana, "boleh saya peluk kamu?"



















Tbc ....










Johanius Tanuraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Johanius Tanuraga

Johanius Tanuraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tama Tanuraga

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang