Keesokan harinya, Kavi benar-benar bekerja di sana, karena hal itu juga Joey jadi betah di sana sedari pulang sekolah anak itu sibuk mengikuti apapun yang Kavi kerjakan. Walaupun Noa sudah beritahu berkali-kali anak itu tetap saja mengikuti Kavi ke manapun.
"Adek, stop ikutin Ayah ke manapun," Ujar Noa saat melihat Joey hendak mengikuti Kavi yang hendak mengantar makanan ke sebuah meja.
"Ayah nanti hilang lagi kalo gak di ikutin, Buna!"
Noa meraih Joey lalu berjongkok di hadapan putranya itu, mengusap pangkal kepalanya kemudian, "Ayah is here, Ayah kerja di sini gak akan kemana-mana. Nanti Ayah di omelin customernya kalo Adek ikutin terus," Ujar Noa memberi pengertian.
Kavi yang masih membawa nampan melihat Noa yang sedang bicara serius dengan Joey mengernyit, apa yang tengah Noa lakukan dengan putranya, pikir Kavi.
"Kalian lagi ngapain?" Tanya Kavi keheranan.
"He want to follow you everywhere, that's not good thing."
Mendengar apa yang Noa katakan, Kavi turut berjongkok lalu menatap Joey dengan senyum, "Ayah kerja dulu, ya, Adek tunggu sama Buna di dalem. Ayah gak akan pergi ke manapun, hari ini di sini terus."
"Promise?" Joey mengangkat kelingking kecilnya.
"Sure," Kavi mengaitkan jari mereka.
"Kavi i'm so sorry ... "
Noa bicara saat Kavi beristirahat, Noa meminta Kavi beristirahat di ruangannya saja daripada di kitchen.
"Buat apa?" Tanya Kavi bingung.
"Buat Joey, kamu pasti risih sama dia, maklumin aja Joey gak pernah liat ayahnya jadi--"
"Hey stop, Kak," Kavi meraih tangan Noa, entah mengapa ia berani dan beruntung Noa juga tak keberatan, "aku ngerti, aku juga yang udah besar begini suka kangen sama almarhum Papa, gimana Joey, so, biarin aja Joey begitu. Dia masih kecil belum ngerti--"
Tok ... Tok ...
"Noa, can i go in?"
Noa dan Kavi melihat ke arah satu sama lain saat mendengar suara familiar itu bagi Noa. Ia lalu melepaskan tangannya dalam genggaman Kavi, "y-ya, masuk aja Kak," Jawabnya.
Tak lama keduanya dapat melihat seseorang masuk, saat melihat eksistensi Kavi di sana ia hampir terjatuh karena terkejut.
"Holy shit!" Marko nyaris berteriak ia lalu mengusak matanya cepat, ia tak percaya dengan penglihatannya. Dan baru Noa sadari dengan kehadiran Kavi di sana adalah penyebab Marko seperti itu.
"Nana lo bisa liat-- lo bisa liat ada hantu di sini!" Ujar Marko sembari menunjuk ke arah Kavi.
Sementara Kavi nyaris tertawa Marko terlihat sangat bodoh.
"K-kak, dia bukan hantu, ya, aku bisa liat dia, dia Kavi, Kak!"
Kegaduhan keduanya nyaris membuat Joey terbangun dari tidur. Beruntung Marko berhasil kembali menarik akal sehatnya.
"L-lo, lo siapa?" Tanya Marko dengan raut bingung yang kentara.
"Halo, Pak," Kavi berdiri kemudian, "saya Kavi, pegawai baru di sini," Lanjutnya.
"What?"
"Iya, Kak, nanti aku jelasin," Noa berujar lalu menarik Kavi keluar dari ruangan meninggalkan Marko yang masih berdiri di sana dengan bingung.
"Kavi, kamu stay di bawah dulu, saya harus ngomong sama Kak Marko dulu."
"Dia Kakaknya suami kamu?"
Noa mengangguk, "so stay here, okay? Jangan ke atas."
Kavi mengendikan bahu, "okay."
"Siapa dia? Gimana Bisa?" Itu adalah pertanyaan pertama Marko saat keduanya berada di ruangan Noa.
Noa mengerti, ia harus menjelaskannya ia lupa jika Marko sudah mengatakan padanya melalui chat soal kehadirannya hari itu di kafe, untuk membicarakan soal ulangtahun Marine, putri kesayangannya.
"Dia cuma mirip, dia bukan Mas Joshua, kok, Kak."
"Tapi emang ada orang yang semirip itu? Dan lagi, gimana lo bisa ketemu dia?
Noa menghela napasnya, "nanti aku ceritain di rumah, ya, Kak."
Tbc ...
Pasti kalian lagi nungguin part liarnya kan, hayoo ngakuuu ...

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanficcerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna