Noa masih tertidur di atas ranjang milik Kavi, sementara si empunya tak kembali tidur setelah adegan panas yang berubah menjadi momen yang cukup menyakitkan baginya. Entah salah dirinya yang berharap, atau mungkin Noa memang sewajarnya tak menganggap dirinya sebagai Kavi. Mengapa ia masih kecewa saat sudah mengetahui fakta jika Noa melihatnya sebagai oranglain. Ia sudah tahu sejak awal.
Kavi duduk di depan sebuah kanvas dengan masih bertelanjang dada, menatap sebuah lukisan yang baru ia buat semalam. Wajah Noa yang terlelap dengan damai adalah inspirasinya. Daripada memendamnya dalam amarah, Kavi memilih melampiaskannya di atas kanvas ia tahu Noa tak sepenuhnya bersalah dalam hal itu dirinya yang tak dapat menahan diri.
Saat Kavi tengah sibuk dengan kuas dan catnya, tanpa di sadari seseorang telah bangun dari tidur lelapnya, Noa merasa sangat lelah ia melirik ke segala arah. Matanya terbuka lebar saat sadar jika dirinya tengah berada di tempat Kavi, ia sontak duduk. Ada rasa sedikit ngilu yang Noa rasakan dan ia segera sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam.
Dari posisinya Noa dapat melihat punggung lebar Kavi yang masih tanpa pakaian, hanya dengan mengenakan boxer pria itu duduk melukis memunggunginya. Noa menggigit bibirnya gusar, mengapa ia membiarkan Kavi menidurinya semalam.
"K-kavi," Noa memberanikan diri menyapa pria muda itu.
Mendengar suara Noa kavi sontak menoleh, ia tersenyum melihat Noa sudah bangun, "Morning Kak," Jawabnya.
Pipi Noa memerah, Kavi terlihat sangat tampan. Saat Noa ingin membalas senyum ia tersadar dengan kilas balik aktivitas bercintanya semalam, sial, ia salah menyebut nama saat mendesah.
"Kavi aku--"
"Let's eat something, Kak."
Noa terdiam, rasa bersalah semakin mendekat saat menyadari Kavi mencoba menghindari percakapan dengannya.
Noa mengangguk kemudian, "aku mandi dulu, ya?"
"Masuk ke kamar mandi dulu aja, Kak, handuknya biar aku bawain."
"Oke," Noa kemudian turun dari ranjang dengan tubuh di tutupi selimut. Ia memunguti pakaiannya dan berjalan dengan lucu ke arah toilet.
Kavi dan Noa tiba di kafe, karena hari itu Kavi ada shift pagi sementara Noa harus pergi lagi ia akan mengantar Joey ke sekolah seperti biasa, keduanya memakai kendaraan milik Noa yang di bawa sebelumnya saat mobil terparkir seseorang terlihat berdiri menatap ke arah mereka sembari berkacak pinggang.
Noa menjadi gusar karena orang itu pasti akan bertanya prihal apa yang terjadi di antara dirinya dan Kavi.
"Dari mana kalian?" Jidan bertanya dengan mata memicing, ia lalu melirik arloji di tangan kirinya, "it's 7 am, jujur kalian dari mana?"
"B-Buna ... " Noa melirik ke arah Kavi dengan gusar.
"Kita abis dari luar sebentar, Ji, udah di dalem aja ngobrolnya," Kavi menarik pergelangan tangan Jidan membawa remaja itu ke ruang loker, di buntuti Noa yang tak ingin kabur begitu saja dari masalah.
"Bang, gue udah bilang, kan, jangan kelewatan!" Ujar Jidan penuh emosi.
"Ji, Buna bisa jelasin--"
"Buna di ajak Bang Kavi ke mana? Kata Joey Buna gak pulang semalem, kata Grandbu juga!"
"Okay! Okay Ji gue salah," Kavi menghela napasnya, "kita nginep di studio gue semalem."
"What?"
"Ji udah--"
"Buna, no, aku gak apa-apa kalo Joey cuma anggap Bang Kavi Ayah, tapi enggak, enggak kalo Buna anggap Bang Kavi juga sebagai almarhum suami Buna. Itu hal yang gak baik.
Mendengar itu Kavi tak bisa, ia takan membiarkan Jidan membuat Noa sedih karena ucapannya, "Bro, stop, okay, lo harus hargain, dia Buna lo, jangan kurang ajar."
Jidan berdecak, ia lalu pergi begitu saja meninggalkan Noa dan Kavi di sana.
Tbc ...
Kavi si ijo neon green forest, udah naksir Kavi belum hihihi ...

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanfictioncerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna