Bagian 10

2.5K 192 1
                                        



















Sepanjang perjalanan kembali ke kafe tak ada kata terucap baik dari Noa maupun Kavi, keduanya entah mengapa tak memiliki kata untuk di ucapkan. Dari sisi Noa ia rasanya menjadi lega namun dalam hati ia tak bisa jika harus terus berpapasan dengan pria itu, ia tak ingin menganggap Joshua hidup kembali dalam diri Kavi, dari sisi Kavi, ia merasa sedikit kesal entah mengapa ia merasa hatinya memanas mengetahui fakta tersebut.

Kavi akui itu adalah kali kedua mereka bertemu, bahkan bicara panjang lebar pun baru hari itu. Namun berbeda dengan pertemuan pertama yang Kavi anggap sebagai angin lalu, pertemuan kedua itu membuat hatinya tersentuh karena Noa mengkhawatirkannya. Anggap saja ia berlebihan karena nyatanya perhatian Noa hanyalah bentuk reflek atas kejadian masa lalu karena wajahnya yang mirip dengan seseorang yang Noa cintai.

Saat tiba di kafe langit yang sudah mendung berubah hujan, Noa dan Kavi sedikit berlari memasuki tempat itu. Jidan yang kebetulan berada di sana dan tengah bermain dengan Joey yang juga kebetulan berada di sana segera melihat eksistensi keduanya. Berbeda  dengan Joey yang kesenangan karena melihat sosok 'ayah' nya, Jidan malah sangat terkejut karena melihat Buna dan temannya itu terlihat bersama.

"Ayahhhh!" Joey berteriak saat melihat Kavi berdiri dengan wajah terkejutnya.

"Adek, Buna di sini lho," Noa segera menarik Joey yang hendak memeluk Kavi.

"Maaf Kavi, Joey ini Om Kavi bukan Ayah," Tutur Noa, namun Joey terlihat tak peduli ia meronta dengan tangan mencoba melepaskan tangan Noa yang menggenggamnya.

"Gak apa-apa, Kak," Ujar Kavi sembari menjongkokan tubuhnya di hadapan Joey.

"Hey Buddy," Kavi mengusak rambut Joey.

"Ayah sama Buna abis dari mana?"

"What's going on here?" Sela Jidan yang sedari tadi melihat keakraban mereka seperti keluarga kecil yang bahagia.

"Abang, kenalin ini Kavi, temen Buna."

"Dia temen Abang juga Buna."

Noa terkejut, ia menatap Jidan dengan heran. Sementara Kavi diam-diam sudah dapat menyambungkan benang antara cerita Jidan tempo hari dan cerita Noa yang ia ceritakan sebelumnya. Hanya saja Kavi pura-pura tuli dan malah asik menanggapi pertanyaan-pertanyaan acak dari Joey.

"Abang kenal Kavi?"

"He is my Kating, Buna."

Tidak, Noa rasanya tak percaya dengan kebetulan-kebetulan itu. Lama-lama ia merasa jengkel karena Kavi hanya diam seolah tak peduli.

"Kavi, you have to say something," Noa menuntut.

"Say what? I know nothing, Kak."

"Berarti yang tau semua cuma Abang?"

"Abang gak tau kalo kalian saling kenal."

Noa rasanya sangat jengkel, entah harus jengkel pada siapa. Melihat Joey yang malah menempel pada Kavi membuatnya semakin kesal. Ia lalu menarik Joey dengan cukup keras hingga putranya itu terlihat kesakitan.

"Aaa Ayah!" Joey merengek.

"Hey!" Kavi nyaris meraih Joey andai saja Noa tidak segera pergi dari sana meninggalkan Kavi dan Jidan yang hanya saling tatap satu sama lain.

"You have to explain to him, jangan sampe dia kesel ke kita dan Joey yang kena imbasnya," Tutur Kavi.

"You are the one who should explain to me!" Ujar Jidan tak kalah kesal, "kalian gak harusnya kenal lebih deket dari ini."

"Bro?"

"Bang, ini masalah besar kalo grandpi sama Papi Marko tau."

Kavi mengernyit bingung, apa hubungannya dirinya dengan keluarga itu. Lagipula ia hanya menuruti keinginan Noa untuk memeriksakan diri ke rumah sakit.

"It's not like i dating him, lo gak perlu over."

"Tapi gue rasa cepat atau lambat itu bisa terjadi."




















Tbc ....

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang