Bagian 31

1.6K 148 9
                                    


















Kavi antarkan Noa pulang dengan kendaraan milik si pria manis, Noa terlihat lelah setelah menangis cukup lama di studionya. Kavi masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi hingga Noa terlihat sangat putus asa, bahkan tak bicara banyak dengannya dalam perjalanan pulang.

"Kamu beneran gak apa-apa?" Tanya Kavi sembari genggam tangan Noa erat. Ia tahu pria manisnya itu sedang tak baik saja, Kavi cium punggung tangan Noa memastikan kekhawatirannya lenyap.

"I'm okay ... " Jawab Noa dengan wajah melihat ke arah jendela.

Kavi tahu ia mungkin buat sebuah kesalahan, tapi apa itu Kavi juga tak mengerti, "kamu ngomong aja kalo aku ada salah Sayang. Tolong jangan bikin khawatir."

Noa gelengkan kepalanya, "kamu gak salah."

Mobilpun berhenti di depan gerbang kediaman Noa, "you sure?" Tanya Kavi sekali lagi sebelum dirinya turun dari mobil dan hendak pesan angkutan online untuk pulang.

"Iya--"

Tokk ... Tokk ...

Kaca pintu di ketuk beberapa kali, sosok pria manis terlihat dari balik jendela, ia membuat gestur meminta mereka turun. Kavi dan Noa terburu turun dari dalam mobil, Kavi lalu tersenyum saat lihat eksistensi Tyana di sana.

"Malam, Pak," Sapa Kavi dengan sopan.

"Malam Kavi, kalian dari mana Sayang?" tanya Tyana penasaran.

"Abis dari studio, Bu, aku tadi mampir pengen liat lukisan baru Kavi," Noa beri alasan agar tak mencurigakan.

"Oh, Kavi masuk dulu ya Nak, kita makan malem bareng."

"Eh, gak perlu--"

"Enggak ada penolakan, ayo masuk ke dalem."

Tyana tarik lengan Kavi membawanya masuk ke dalam rumah sementara Noa hanya mengekori keduanya. Ia tak bisa lakukan apapun atas sikap Tyana itu.

Saat masuk ke dalam rumah, Kavi dapat lihat foto anggota keluarga lengkap berada di ruang tamu, Kavi juga bisa lihat foto pernikahan Noa dan mendiang suaminya berada di dinding ruang keluarga. Tyana memang menyeretnya langsung ke meja makan di mana Kavi merasa segan saat lihat eksistensi Jaren di sana.

"H-halo Om," Kavi menyapa dengan gugup.

"Lho, ada Kavi, sini duduk," Jaren geser kursi di sampingnya meminta Kavi duduk di sana.

"Aku ke atas dulu ya Bub, mau cek Joey, kata Mbak Susi Joey udah tidur ya?"

"Iya, Nak, tadi dia abis main kecapekan makanya di tidurin sama Mbak Susi."

Noa mengangguk mengerti, "Kavi, aku ke atas dulu ya?"

Kavi tersenyum, "iya, Kak." Jawabnya. Tentu saja dia tak akan dengan gegabah memanggil Noa dengan nama saja di hadapan keluarga Joshua itu.

"Gimana kuliah Kavi, lancar?" Tanya Jaren saat ia duduk menunggu Tyana dan Bi Inah menyiapkan makan malam.

"Puji Tuhan, lancar Om."

"Selamat malam semuanya!"

Suara teriakan seseorang terdengar, Kavi dapat lihat pria manis berpipi chubby, menggendong seorang bayi perempuan, ada juga tiga orang pria lain yang mengekor di belakang, Kavi pernah lihat mereka semua bahkan dua lainnya sangat amat Kavi kenali.

"ASTAGA TUHAN!" Pria manis itu berteriak karena terkejut lihat sosok Kavi. Ya, dia terkejut lantaran melihat wajah Kavi yang sangat mirip dengan wajah mendiang Joshua.

Sementara Johan dan Kavi saling pandang dengan mata terbuka lebar, keduanya terkejut melihat kehadiran masing-masing.

"D-dia siapa, Joshua?" Tanya Helga dengan suara yang gemetar.

"Babe, dia bukan Joshua, dia orang yang aku ceritain itu," Ujar Marko menenangkan suaminya.

"Kok bisa mirip banget, mereka kembar--"

"Udah Nak, jangan berisik Marine nanti bangun. Mending kamu bawa dulu si Dedek ke kamar Joey sana," Tama berujar.

Sementara tanpa di ketahui siapapun, Johan menaruh telunjuknya di depan bibir meminta Kavi untuk diam. Kavi yang melihat itu hanya mengangguk, ternyata benar ada sesuatu yang terjadi dan saling terhubung satu sama lain, Kavi akan cari tahu nanti.





















Tbc ...

Janji chapter depan Kavi bakal tau Noa hamil, sabar dulu ygy ...

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang