Bagian 40

550 86 10
                                    



















Sepulang dari rumah sakit, Kavi memaksa ingin mengantar Noa ke rumah Mahendra, ia benar-benar merasa harus lebih protective setelah melihat calon bayinya melalui layar saat USG tadi. Meskipun Noa melarang dengan keras nyatanya Kavi bersikap lebih keras kepala kali itu. Mobil yang Noa kendarai akhirnya tiba di halaman rumah megah Mahendra, Kavi bahkan memutuskan untuk turun dan mengantarkan Noa hingga ke depan pintu yang tentu saja memungkinkan Kavi untuk bertemu anggota keluarga yang lain.

"Kamu beneran mau langsung pulang Kavi?" Tanya Noa yang walaupun merasa sedikit takut jika Kavi bertemu Marko namun sejujurnya dirinya merasa masih sangat merindukan sang kekasih.

"Muka kamu keliatan tegang banget, aku kayanya gak perlu masuk--"

"BUNA, AYAH!"

Keduanya sontak melihat ke arah sosok bocah yang berlari ke luar dari dalam rumah, kebetulan pintu utama sedang terbuka dan Joey dapat melihat dengan jelas sosok keduanya.

"Hey Buddy," Kavi yang melihat sang bocah kecil nan menggemaskan itu segera membawa Joey dalam pelukannya. Begitu pula Joey yang segera masuk dalam dekapan hangat sosok yang di anggapnya sebagai ayah itu.

"Ayah kemana aja, Adek kangen Ayah, Buna bilang Ayah sibuk kerja."

"Hmm iya, Nak, Ayah sibuk kerja maafin ayah, yah, Ayah baru bisa ke sini sekarang."

Joey mengangguk, ia lalu melepas pelukannya pada Kavi, si bocah tampan kemudian menatap Kavi tatapan cukup sedih, "Ayah gak akan tinggalin adek lagi, kan?"

Noa yang mendengar itu sontak melirik ke arah Kavi, begitupun Kavi yang segera melirik ke arah Noa, sejurus kemudian Kavi tersenyum, ia lalu mengusap rambut hitam Joey dengan sayang, "enggak, kita pasti sering ketemu kok, mulai sekarang, soalnya ... " Kavi meraih tangan Joey lalu mengecupnya, "Joey, sebentar lagi jadi abang."

"Huh?"

Noa menggelengkan kepala, memang sejak di mobil Kavi terus membicarakan prihal bolehkah ia memberitahu Joey tentang calon adiknya, Kavi terus mengatakan itu hingga Noa mau tak mau menyetujui keinginan pria yang jauh lebih muda darinya itu.

"Buna lagi hamil, di dalem perut Buna ada adiknya Abang Joey!" Kavi mengulang perkataannya dengan excited hingga akhirnya Joey mengerti.

Namun bukannya senang, Joey menundukan kepala lalu memasang wajah murung, matanya berkaca-kaca dan Noa sebagai orangtua Joey tahu pasti jika putranya itu akan bereaksi seperti itu.

"Are you happy Abang?" Tanya Kavi lagi, namun melihat bagaimana Joey bereaksi Kavi sadar jika calon putra sambungnya itu merasa sedih.

"Kalo ... Kalo aku punya adik, nanti Buna sama Ayah gak sayang aku lagi yah?"

Pertanyaan Joey membuat Kavi terkejut, berbeda dengan Noa yang hanya tersenyum kecil karena itu merupakan pertanyaan yang harus Kavi selesaikan, dirinya akan menunggu alasan apa yang hendak Kavi berikan pada sang putra.

"Hey, gak mungkinlah, Ayah sama Buna sayang Abang, dong, masa gak sayang."

"Tapi kata Arkana, waktu Mommynya lahirin adiknya, Mommynya sibuk urusin adik bayi jadi gak perhatiin Arkana lagi."

Kavi sama sekali tak menduga jika akan sepanjang itu pertanyaan yang Joey lontarkan, itu waktunya, Kavi rasa ia harus meminta pertolongan pada Noa.

"Babe please .... " Kavi meminta tolong saat Joey mulai kelihatan akan menangis.

Baiklah, Noa tahu pada akhirnya dirinyalah yang akan menjelaskan pada Joey, "enggak dong Nak," Noa kemudian bersimpuh di lantai, menyamakan posisi tubuhnya dengan sang putra, "Buna pasti perhatiin adik soalnya adik baru lahir, belum bisa mam sendiri, mandi sendiri, ganti baju sendiri jadi nanti Buna pasti urusin adik, tapi bukan berarti Buna sama Ayah udah gak sayang lho sama Abang," Ya, seperti Kavi, Noa memutuskan untuk memanggil Joey abang dengan alasan agar putranya memiliki kesadaran tentang status kakak yang nanti akan Joey miliki.

"Jadi nanti, kalo Adik sudah sebesar aku, Buna bisa perhatiin aku lagi, Ayah juga?"

Kavi mengusap pangkal rambut Joey kemudian, "hey, Ayah sama Buna selalu perhatiin abang, mau Adik masih kecil atau sudah besar Abang selalu jadi yang paling Ayah sama Buna sayang, Nak."

"Janji dulu, janji gak akan lupain aku!"

Akhirnya keduanya mengangkat kelingking untuk membuat janji bagi si putra kecil yang sebentar lagi akan menjadi kakak itu.




















Tbc ...

Yang manis-manis dulu!

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang