Pagi itu Kavi terlihat tersenyum lebar karena dirinya baru saja berbalas pesan dengan seseorang yang telah mengisi harinya beberapa waktu terakhir, ia sangat senang karena Noa semakin manja padanya di masa kehamilan, walaupun dirinya dan Noa belum dapat menikah karena berbagai alasan namun setidaknya Kavi merasa bahagia karena Noa mulai terlihat mengandalkannya. Mereka belum sempat bertemu karena pihak Johan mengadakan sebuah pameran di galeri dan hari itu Kavi baru saja selesai melakukan acara. Meski lelah Kavi tak terlalu merasa berat karena Noa selalu memberinya semangat.
Ia ingin segera bertemu dengan Noa secepatnya, walaupun ia tahu itu akan sangat sulit karena Marko yang tak terlalu menyukainya, juga Kavi belum mengatakan apapun pada Jidan prihal kehamilan Noa. Bak pucuk di cinta ulampun tiba, baru saja ia berpikir akan menemui Jidan siang itu, sosok tinggi kurus namun tampan tiba-tiba tanpa permisi datang ke studio terlebih naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.
"Ji lo--"
"Gue gak bilang lo boleh hamilin Buna."
Itu adalah kalimat yang sangat Kavi khawatirkan terucap dari bibir remaja itu, "gue bisa jelasin--"
"Jelasin apa? Gue tau kalian tidur, tapi gue gak nyangka lo segoblok itu gak pake pengaman, Bang! Lo kenapa begini!"
Kavi benar-benar tak bisa mengatakan apapun, di sana ia benar-benar salah dan Kavi tahu itu.
"Gue nganggap lo abang gue bener, gue gak keberatan lo jalin hubungan sama Buna, gue tau lo orang baik, tapi gak seharusnya lo lakuin hal di luar batas begini!" Jidan terdiam sejenak ia mengusak rambutnya kasar, melihat Kavi yang tak mengatakan apapun malah membuatnya semaki frustrasi, "lo gak seharusnya begini! Lo tau kan lo salah! Jawab Bang!"
Kavi hela napasnya dalam, ia harus meminta maaf, jelas saja karena dirinya berada dalam posisi yang salah, "gue salah Ji, gue minta maaf, gue akan bertanggung jawab, gue mohon lo percaya sama gue."
"Ya, gue tau! Tapi ... Tapi gak seharusnta lo berbuat bego begini!"
"Gue gak punya pembelaan apapun Ji."
"Lo mau gue pukul?"
Kavi lalu berdiri, ia dengan senang hati mendekat ke arah pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu, "ofcourse, lo boleh pukul gue, gue salah--"
Bug ...
Satu bogem mentah mendarat di sisi wajah Kavi hingga si empunya terhuyung, Kavi dapat merasakan kepalanya pening, juga ujung bibirnya yang sedikit terluka karena pukulan keras yang Jidan layangkan.
"Anggap aja itu bentuk ekspresi rasa kesel gue ke lo, Bang."
Kavi mengangguk, ia lalu tersenyum tipis ke arah Jidan, "it's okay Ji."
"Lo ada batu es?"
"Hah?"
"Batu es, buat ngompres luka lo."
Kavi sontak tersenyum mendengar perkataan Jidan, Jidan memang anak baik dan tentu saja memukul dirinya hanyalah sebuah pelampiasan sesaat dan Kavi sangat mengerti itu.
"Lo duduk dulu, gue bisa kompres sendiri."
"Tapi Bang, gue beneran kesel sama lo."
Kavi mengangguk, "i know."
Noa tersenyum membalas pesan Kavi, ia mengatakan ingin menemui pria itu di studio, walaupun Kavi bersikeras ingin datang saja ke kediaman Mahendra namun Noa menolak keras, Marko dan Helga tengah berada di sana Noa tak ingin ada keributan yang terjadi. Kepergian Noa ke kediaman Kavipun ia sembunyikan, Noa mengatakan ia akan pergi ke Kafe sebagai alibi.
Karena tak bisa memaksa, Kavi akhirnya setuju walaupun pria itu mewanti-wanti agar Noa berhati-hati saat menyetir. Noa datang sendirian karena Joey sangat akrab dengan Marko dan Helga, anak itu bahkan menolak keras saat Noa mengajaknya pergi bersama.
Setibanya di studio Kavi, ia dapat melihat sosok pria tampan dengan kaus hitam, celana cargo sebatas lutut juga rambut mullet yang sangat Noa sukai. Itu terlihat cocok dengan gaya Kavi yang kekinian.
"Hey handsome ... " Noa menyapa dengan senyuman lebar yang Kavi balas tak kalah manis.
"Halo, Princess, long time no see."
Tbc ...
Long time no see guys!
![](https://img.wattpad.com/cover/376192622-288-k610246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanficcerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna