Saat tiba di kafe, Noa hanya di antar oleh Helga sementara pria menggemaskan itu harus pergi menjemput putri dan baby sitternya di rumah sang mertua. Noa menolak untuk ikut pulang ke rumah Mahendra karena ia baru saja habis menangis, Noa khawatir Tyana akan bertanya.
"Bunaaa!" Joey berteriak saat melihat Noa berjalan memasuki kafe, putranya itu rupanya sudah pulang sekolah. Ada Jidan juga yang terlihat berjalan di belakang Joey.
"Halo Sayang," Noa merunduk mencium pangkal kepala putra tercintanya itu.
"Buna, dari mana? Kok mukanya sedih gitu?" Joey bertanya lantaran melihat bagaimana wajah Noa yang sembab.
"Buna abis anter Omti Helga tadi, Nak, Adek udah makan belum?"
"Udah, tadi sama Ayah sama Abang."
Noa sontak melihat ke arah Jidan, lagi, Jidan mempertemukan Joey dengan Kavi namun mengapa dirinya tak pernah bisa bertemu pemuda itu.
Noa anggukan kepala, "good boy, Ayah ... Ayah ... Apa kabar Sayang?" Ya, Noa bertanya sesungguhnya hanya sebagai alibi agar Jidan mendengar. Noa sangat ingin tahu bagaimana keadaan Kavi setelah apa yang pernah mereka lalui.
"Bang Kavi baik Buna," Benar saja, Jidan menyahut, ia berjalan semakin dekat ke arah adik dan bunanya itu.
"Ayah tapi kurus Buna, Adek liat Ayah kayanya sakit."
Noa melirik ke arah Jidan, sepertinya ia harus bicara dengan si sulung tentang Kavi setelah itu.
Saat Joey tidur siang, Noa meminta Jidan menemuinya di halaman belakang kafe. Entah apa yang hendak dirinya katakan Noa hanya ingin tahu kabar Kavi saat ini, Noa sudah kehilangan jejak Kavi dan itu adalah buah dari kesalahannya sendiri.
"Buna," Jidan menyapa saat menghampiri pria manis itu.
"Halo Sayang, Buna ganggu gak? Abang lagi kerja, kan?"
Jidan menggelengkan kepala, "udah ganti shift sama Ferdi Bun. Ada apa, tumben Buna manggil aku kayanya serius banget."
Noa gigit bibir bawahnya, ia tak tahu harus memulai dari mana. Sekarang Noa tahu dirinya tengah hamil dan haruskah ia katakan keadaan itu pada Jidan, tidak, rasanya tidak etis jika Kavi tahu perihal kehamilan itu melalui Jidan. Dan lagi, Noa tidak berniat meminta pertanggung jawaban pada Kavi, pria itu terlalu muda untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang Noa sendiri lah penyebabnya.
"Mm ... Tadi Abang sama Adek ketemu Kavi?" Tanya Noa bicara dengan sungkan.
"Em, tadi Abang sama Adek makan di luar sama Bang Kavi, soalnya Adek bilang dia laper dan kangen sama Bang Kavi jadi yah, Abang ajak aja makan bareng."
"Is he ... Doing good?"
"Who?" Jidan bertanya semata hanya untuk mengusili Noa, karena Bunanya itu terlihat malu-malu saat membicarakan Kavi.
"Abang, dont tease me!" Noa memukul pelan pundak Jidan, buat si empunya terkekeh.
"I dont know, Bun, tapi ya kalo di liat dari luar he's fine, cuma emang kayanya banyak aja yang di pikirin. Dia mikir Buna gak suka dia, so ... He's heartbroken."
Noa rasanya sangat menyesal, mengapa mulut kurang ajarnya malah mendesahkan nama Joshua padahal jelas-jelas sosok yang tengah bercinta dengannya itu adalah Kavi.
"Buna ngerasa gak enak, yah?"
"Kinda feel sorry, karena Buna buat kesalahan."
"Buna suka sama Bang Kavi?"
Noa terkejut dengan pertanyaan Jidan yang to the point itu, ia tak menyangka Jidan berani bertanya seperti itu padanya. Dan Noa tak bisa menjawab, mulutnya terkunci rapat, matanya juga tak kuasa melihat ke arah Jidan.
"I dont know, but ... I guess so ... "
Tbc ...
Doain chapter depan Noa ketemu Kavi ya teman-teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Hayran Kurgucerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna