Kavi tarik tengkuk Noa perlahan, miringkan kepala lalu sambar bibir merah muda merekah itu. Tidak, dia tidak akan mengingat apapun dan hanya menikmati momen itu. Entah Noa memikirkan siapa namun dirinya tak peduli, yang ia pedulikan hanya kini Noa berada dalam dekapannya, ia mencumbu bibir itu, tangannya raih apapun yang bisa Kavi raih dari bagian tubuh Noa. Ia gila, kewarasannya sudah berada di ambang batas.
Pagutan kian kasar saat tangan Noa jambak pelan rambut belakangnya, Kavi merasa benar-benar berada di langit ke tujuh saat Noa tanggapi lidahnya yang menelusup di sana. Kavi akan gila, dirinya nyaris hilang kendali jika saja kepalanya tak beri peringatan tanda bahaya.
"Baby ... Let's stop here," Kavi lepaskan ciuman itu, Noa tatap dirinya dengan mata sayu, tangannya masih mengalung di leher Kavi.
"Why?" Noa bertanya dengan sedikit merengek.
"We cant continue, i dont want to lost control--"
"You hate me?"
Kavi terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Noa, ia sama sekali tak berpikir ke arah sana, "what, no, gak mungkin aku benci kamu."
"Kamu bukan Mas Joshua, Kavi, bukan, believe me, aku udah gak berpikir begitu."
"Sshh, Baby, i know," Kavi usap pipi Noa pelan, "aku tau kamu gak berpikir begitu, you already prove that, dengan kamu datang ke sini dan cari aku, minta maaf dan nyesel, itu udah buktiin semuanya dan aku percaya. Tapi bukan berarti kita lakuin itu lagi, ya? Ada waktunya."
"Kamu ada rencana nikahin aku, Kavi?"
"W-what?" Kavi kembali di buat terkejut dengan pertanyaan Noa. Tentu saja ia akan menikah tapi tidak dalam waktu dekat.
"Kamu ada rencana buat nikahin aku?" Ulang Noa dengan masih menatap wajah tegas Kavi.
"Ya, tentu, tapi aku bakalan berusaha buat jadi lebih mapan dulu--"
"Kapan? Berapa tahun lagi?"
Kavi balas tatap Noa, sepertinya ada sesuatu yang aneh terjadi pada Noa. Ia bersikap sangat agresif sejak pertama kali mereka bertemu, hal tersebut sangat berbeda dengan sikap Noa biasanya.
"Baby ... What's wrong?" Tanya Kavi sembari usapi pipi Noa.
"Just ... Just answer me, Kavi ... "
"I dont know, tapi sekarang kamu sabar dulu okay, aku masih belum tau pasti kapan karena aku bahkan belum lulus kuliah. Tapi aku janji, suatu hari nanti, kalo kamu mau setia nunggu, I'll come to you and ask you to marry me. Okay?"
Noa mengerti, namun entah mengapa rasa putus asa itu datang dengan tiba-tiba. Ia menangis tersedu di hadapan Kavi begitu saja. Noa tak mengerti mengapa dirinya merasa sangat bodoh, pertanyaannya dan jawaban Kavi terdengar mengecewakan baginya. Harusnya Noa sadar jika Kavi masihlah bergelut dengan pendidikan. Kehamilannya dan pernikahan mereka masih sangat jauh, itupun jika Kavi mau bertanggung jawab.
"Hey Baby ... What's wrong, kamu kenapa? Cerita ke aku," Kavi dekap erat Noa saat dengar isak tangis pria cantik itu.
Noa gelengkan kepalanya, ia tak ingin buka suara prihal kandungannya, Noa tak ingin hancurkan mimpi yang sedang Kavi rajut, "i'm so stupid Kavi, maafin aku."
"Hey, jangan ngomong gitu, kamu gak pernah jadi bodoh Kitty, kenapa ngomong gitu?"
"I'm sorry Kavi, maafin aku ... " Noa terus menangis. Ia tak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.
Kehamilannya adalah kesalahannya dan Kavi tak pantas dapatkan akibat dari kecerobohannya itu. Andai saja ia tak meminta lebih malam itu mungkin semua takan terjadi. Sekarang apa yang harus Noa lakukan.
Tbc ...
Udah aku up jgn mayah mayah ekek

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanfictioncerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna