"Everything is fine, right?" Kavi tangkup sisi wajah Noa yang terlihat masih sembab. Keluarga Mahendra beserta Johan masih berada di dalam rumah sementara Noa mengantarkan Kavi ke halaman karena pemuda itu akan pulang mengingat hari sudah semakin larut.
"Kamu gak mau balik pake mobil aku aja? Besok bisa anterin ke Kafe, aku di sana." Ujar Noa sejujurnya ia khawatir jika Kavi harus pulang menggunakan angkutan online.
Kavi tentu saja menolak, ia enggan merepotkan Noa dan tak enak hati juga pada keluarga Mahendra, apalagi Marko terlihat sangat tidak menyukainya.
"Enggak perlu, aku udah pesen ojek online juga. Kamu gak perlu khawatir."
"You sure?" Tanya Noa memastikan.
"Ofcourse," Kavi raih tangan Noa lalu ia cium punggung tangannya, "jangan banyak pikiran yah, inget kamu lagi hamil anak kita. Kalo ada sesuatu yang kamu pengen, please tell me, jangan bilang ke keluarga Mahendra apalagi di pendem sendiri. Aku bisa marah kalo tau."
Noa anggukan kepala, jujur ia sangat senang dengan perhatian yang Kavi berikan. Noa ingat sekali dirinya tidak pernah merasakan kasih sayang Joshua saat mengandung Joey dahulu.
"Okay, Papa," Noa berujar menirukan suara anak kecil yang membuat Kavi gemas bukan kepalang.
"You almost got me heart attack, Kitty," Kavi pegang dada kirinya yang berdebar keras.
Noa hanya terkekeh, hingga akhirnya sesosok driver tiba di halaman rumah Mahendra dan setelah mengecup kening Noa Kavi berpamitan pulang.
Esok telah tiba, seperti biasa Kavi bangun dan bersiap pergi ke kampus karena ia harus mencari beberapa buku di perpustakaan untuk keperluan skripsinya. Namun baru saja ingin pergi ia mendapat pesan singkat dari Johan yang memintanya untuk tak pergi ke manapun karena ada hal yang ingin di bicarakannya, bersama Tama dan Tyana juga, mereka akan datang ke studio.
Kavi yang tak mungkin menolak akhirnya membatalkan niatnya, ia menunggu kedatangan para pria yang lebih tua darinya itu. Bahkan ia sempat membeli beberapa minuman untuk di sajikan sebagai jamuan karena seperti biasa ia tidak memiliki apapun di sana.
Dua puluh menit berselang, Kavi dapat melihat dua buah mobil tiba di halaman studio, Kavi mengenali kedua mobil tersebut milik Johan dan Tyana. Kavi yang merasa harus menjaga kesopanan ia menunggu di halaman untuk menyambut.
"Siang Pak," Ujar Kavi pada ketiganya.
"Siang, kavi, ayo masuk. Udah makan kamu?" Tanya Johan sembari berjalan bersampingan dengan Kavi.
Kavi mengangguk, "udah sarapan tadi beli nasi uduk di depan. Maaf yah Pak Tyan, studio saya begini, agak berantakan," Ujar Kavi pada Tyana.
Pria manis itu tersenyum, "gak apa-apa, Nak, kamu tinggal sendiri di sini?" Tanya Tyana sembari duduk di sebuah kursi dan meja yang tersedia di salah satu sudut studio.
"Ada pekerjanya Pak Jo yang lain, cuma dateng kalo lagi ada pameran aja, saya tadi beli minum di minimarket," Kavi keluarkan beberapa botol minuman yang entah akan di sukai mereka atau tidak.
"Kenapa gak ngomong kalo gak ada apa-apa di sini, Nak, kan bisa nanti saya sama Bapak beliin," Ujar Tama menyadari sepertinya Kavi tak memiliki apapun di sana.
"Gak perlu, Pak, uang dari Pak Jo udah banyak," Ujar Kavi sembari menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Oh iya, Kavi, sebenarnya kamu tau, kan, kenapa kita dateng ke sini hari ini, saya udah ngomong waktu ketemu di rumah Tyana?"
Kavi mengangguk, "sebelumnya saya mau minta maaf lagi soal Noa, saya gak tau kalo Noa punya hubungan keluarga sama Bapak, terutama Pak Tyan," Kavi berujar penuh sesal.
"Jujur Kavi, saya kecewa sama kamu, kamu jarang banget bikin kesalahan, saya gak tau kalo kamu bisa berbuat nekat sampai hamilin Noa."
"Jo," Tyan menggelengkan kepala meminta Johan untuk tak memperpanjang masalah.
"Saya juga menyesal, saya bener-bener minta maaf, tapi saya janji gak akan lepas tanggung jawab. Saya akan lakuin apapun buat Noa."
"Saya percaya Nak, sekarang udah jangan di pikirkan, saya sama Om Jaren dan keluarga kita udah maafin kamu dan Nana," Ujar Tyana menenangkan.
"Kamu pasti bingung kenapa saya dan Tama bisa dateng ke rumah Tyana kemarin malem, iya, kan?"
Kavi mengangguk, "saya tau Bapak dan Pak Tyan saling kenal, tapi saya gak nyangka kita ketemu di sana."
"Sama, saya juga gak nyangka kamu sama Noa udah sedeket itu. Tapi bukan itu hal yang saya mau bahas hari ini, saya mau bahas sesuatu yang mungkin udah seharusnya kamu tau dan karena hal ini kamu harus lebih sering minta maaf dan berterimakasih ke Tyan," Ujar Johan membuat Kavi kernyitkan dahi bingung.
"Maksud Bapak?"
"Kavi, sebenarnya yang biayain kuliah dan kebutuhan hidup kamu selama ini bukan saya, tapi Tyan. Bahkan studio ini Tyana bangun buat kamu dan sama sekali bukan dari saya."
Tbc ...
Bentar lagi tamat ya teman-teman. Happy reading!

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanfictioncerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna