Bagian 17

1.2K 123 6
                                    




















Keduanya tiba di ruang rawat Joey, anak itu terlihat sedang memakan buah di temani Tyana dan Jaren, melihat kedatangan Noa dan Kavi Joey tersenyum lebar. Ia tak menangis saat mengetahui buna dan ayahnya tengah pergi berdua saja malah Joey merasa sangat senang.

"Ayah, Buna!" Joey berteriak kesenangan. Noa segera menghampiri putranya itu, lalu memeluk Joey, sementara Kavi masih terlihat canggung di sana.

"Ayah sini, Adek kangen," Joey berucap dengan sangat bahagia.

Kavi melirik ke arah Jaren dan Tyana, untungnya Jaren mengangguki dan memberikan ruang untuk Kavi berada di sana.

"A-ayah lagi capek jangan aneh-aneh Dek," Noa berujar dengan terbata, ia masih sangat canggung namun jika memanggil Kavi dengan sebutan Om Joey sudah pasti akan menangis.

Jidan yang sedari tadi asik sendiri memakan snack yang Noa belikan mengernyit bingung.

"Ayah?" Tanyanya.

Namun Noa segera melirik ke arah Jidan sembari menggelengkan kepala memintanya untuk tak melanjutkan apapun yang hendak di ucapkan.

"Jidan udah makan Sayang?" Tyana bertanya mencoba alihkan topik.

"Belum sih, Grandbu, tadi di kampus cuma makan roti."

"Yaudah ayo Grandbu sama Grandpi anter cari makan," Ujar Tyana yang di angguki Jaren.

"Ayo, Abang, kita cari makan keluar."

Jidan menurut mereka lalu meninggalkan Noa, Kavi dan Joey bertiga dalam ruangan itu.

"Adek gimana badannya udah enakan?" Tanya Kavi sembari mengusap kening Joey yang berkeringat.

"I'm so happy, aku besok juga sembuh, kok, Ayah!"

Noa hanya menggelengkan kepala mendengar apa yang Joey ucapkan, "Adek beneran kangen Ayah sampe sakit gini?" Tanya Noa dengan heran.

"I just miss Ayah so Much," Joey memeluk Kavi yang tengah duduk di sisian ranjangnya.

"Alright, abis ini Adek cepet sembuh, ya, karena ayah udah di sini."

Desiran aneh merambat dalam hati Noa, mendengar bagaimana Kavi menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah, Noa jadi semakin membayangkan jika Kavi adalah Joshua, pasti akan seperti itu.

"Ayah nginep, kan? Ayah nemenin Adek sama Buna di sini?"

Kavi melirik ke arah Noa, ia tak bisa segera menjawab takut jika ia mengiyakan Noa tak akan nyaman, namun jika langsung menolak Joey pasti akan mengamuk.

"Ayah sibuk, Dek, nanti Ayah nginepnya," Jawab Noa, sejujurnya ia tak masalah jika Kavi ingin menginap hanya saja Noa takut Kavi memiliki kesibukan.

"Ayah pwisss," Joey menaikan tangannya memohon kepada Kavi dengan kedua matanya yang berbinar.

Kavi melirik ke arah Noa, meminta ijin hanya dengan tatapan mata dan beruntung walaupun Noa sempat menghela napasnya dalam, ia pada akhirnya mengangguk.

"Okay, Ayah nginep."























"Kavi i'm sorry, gara-gara aku kamu jadi harus nginep gini jagain Joey," Ujar Noa. Ia tengah dalam posisi duduk di atas sofa bersisian dengan Kavi yang sibuk menatap langit-langit ruang rawat itu.

"Kenapa harus minta maaf, honestly, Kak, aku juga happy, aku jadi ngerasa punya keluarga lagi."

"Glad to hear that, makasih, yah, Kavi."

"Sama-sama," Kavi tersenyum tipis.

"Can i ask you more question?" Tanya Noa dengan kepala ia arahkan pada Kavi.

"Ofcourse, Kakak boleh tanya apapun, i have no secret."

Noa tersenyum, kepribadian Kavi sangat hangat dan cerah. Sangat berbeda dengan Joshua, Noa bersyukur Kavi tak sepenuhnya mirip dengan Joshua. Karena hal tersebut dapat menyadarkan Noa jika Kavi dan Joshua bukanlah orang yang sama.

"Di mana kamu tinggal selama ini? Kamu kost?"

Kavi menggelengkan kepala, "no, aku tinggal di studio lukis. Selama kuliah aku cuma bisa kerja part time karena kelas kuliah aku dari senin sampai jum'at. So yeah ... "

"Where?"

Kavi cukup terkejut dengan pertanyaan Noa, ia pikir Noa tak akan bertanya sejauh itu.

"Kakak mau mampir ke studio aku, gak kapan-kapan?




















Tbc ...

Cerita ini bakalan agak liar ya, jadi yang di bawah umur boleh skip 😅

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang