Tanpa bicara lagi, Noa segera berjalan cepat dan memeluk tubuh yang sejujurnya sangat ia rindukan akhir-akhir ini. Ia selalu ingin melihat wajah tampan milik sang kekasih hati. Anggap saja dirinya sedikit memalukan, karena di usianya yang jauh lebih tua dari Kavi, Noa begitu clingy dan sangat menyukai sentuhan fisik.
"Oh, my princess," Kavi usap pelan punggung Noa, ia ciumi kepala sang kekasih, Kavi dengan senang hati membalas afeksi yang Noa tunjukan padanya.
"I miss you, Kavi, maaf aku clingy, aku beneran kangen kamu."
Sial, Kavi benar-benar merasa gemas dengan tingkah Noa, ia tak pernah melihat Noa se gamblang itu mengatakan perasaannya. Rasanya hati Kavi di penuhi kehangatan.
"I miss you too, i miss you sweetheart."
"Boleh masuk ke dalem gak? Aku pegel abis nyetir?"
Gemas sekali, Kavi lalu usap pipi gembul Noa dan mengajaknya untuk masuk ke dalam studio. Ia tak ingin Noa berdiri terlalu lama karena dirinya pernah mendengar kehamilan bahkan sangat sulit di fase awal.
Seperti biasa Noa duduk dengan nyaman di sisian ranjang milik Kavi, sementara Kavi mengambilkan sebotol air mineral yang di minta Noa.
"Here," Kavi memberikannya, ia lalu duduk bersimpuh di lantai, di hadapan Noa yang menatapnya dengan heran.
"What are you doing?" Tanya Noa sembari tersenyum manis.
"Just, ngeliat kamu dari posisi ini, bener-bener ... Wahh ... "
Noa naikan sebelah alisnya lalu menggelengkan kepala, "jadi gini rasanya punya pacar gen z."
"Hey!" Kavi dengan iseng memijat kaki Noa, namun Noa tak keberatan, ia senang dengan apapun afeksi yang Kavi berikan padanya.
"How about our baby? Dia baik-baik aja? Kapan kita ke rumah sakit buat periksa?"
Mendengar rentetan pertanyaan Kavi Noa menggigit bibirnya, sebenarnya ia ragu untuk mengajak Kavi ke dokter kandungan, akan seperti apa jadinya jika ia mengatakan Kavi adalah ayah dari calon bayinya, perbedaan usia mereka agaknya sedikit membuat Noa malu.
"Kavi ..."
"Hm? Kenapa?" Kavi merasa bingung dengan perubahan raut wajah Noa.
"Kavi ... Gimana kalo aku ke rumah sakit sendiri?"
Kavi sedikit terhenyak, ia tak menyangka dengan apa yang Noa katakan, "kenapa? Kakak gak nyaman karena kita belum nikah?"
Noa diam, ia tak tahu harus beri alasan apa, ia tak ingin menyakiti hati Kavi, mungkin akan terdengar sangat kejam saat bayi yang di kandungnya merupakan bayi Kavi juga.
"Oh ... " Kavi menganggukkan kepala, ia akhirnya paham alasan mengapa Noa tak ingin ia ikut, "karena Kakak malu, karena umur kita--"
"Kavi maaf ... "
Kavi kemudian tersenyum, walaupun ia agaknya sedikit kecewa, namun Kavi mengerti mengapa Noa bertindak seperti itu. Namun sebagai ayah biologis dari sang bayi Kavi tentu saja tak akan menyerah semudah itu.
"Aku tetep ikut Kak, gak peduli kamu mau bilang hubungan kita apa, you can call me your little brother or anything, tapi aku juga mau liat anak kita. Aku janji gak akan sakit hati, please, yah, Kak, izinin aku ikut?"
Noa tatap lekat wajah Kavi untuk beberapa sekon, ia tahu Kavi merasa sangat bertanggung jawab atas dirinya. Dan walaupun Kavi masih sangat muda ia hanya tak ingin membiarkan Noa melewati semua ini sendirian, Noa mengerti itu, sangat.
"Kamu beneran, gak akan tersinggung nanti Kavi?"
"Serius, aku janji aku cuma bakalan diem, liat Kakak di periksa, liat adik juga," Kavi mengarahkan tangannya ke perut Noa yang mulai terasa keras walaupun belum terlalu terlihat membesar, "aku ayahnya, Kak, dia berhak dapet perhatian dari aku juga, please, ya?"
Tbc ...
Halo halo jgn lupa vote!

KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet | Nomin
Fanfictioncerita ini merupakan sequel dari ceritaku sebelumnya DAYS WITH YOU jadi biar ngerti silahkan baca book pertama dulu yah. bxb nomin mpreg by : sassyna