Bagian 18

1.2K 114 2
                                    
























Satu minggu berlalu sejak Joey berada di rumah sakit, anak itu benar-benar di bolehkan kembali ke rumah keesokan harinya, ternyata kehadiran Kavi benar-benar menyembuhkan Joey dengan cepat. Memang benar adanya jika seseorang sakit bisa karena alasan klise sekalipun.

Pagi itu seperti biasa, Noa mengantar Joey ke sekolah, lalu ke kafe karena hari itu dirinya sedang jenuh maka ia datang ke sana. Lalu bagaimana hubungannya dengan Kavi setelah itu, semuanya berjalan biasa saja, Noa bahkan tak lagi berkomunikasi dengan Kavi selama beberapa hari ke belakang karena kehilangan topik pembicaraan.

"Pagi," Ujar Noa menyapa beberapa karyawan yang berada di sana.

"Pagi Kak," Jawab mereka dengan senyum. Noa segera pergi ke ruangannya mengambil apron ia akan berjaga di kasir saja hari itu sembari menunggu jam pulang Joey ia akan menjemputnya.

Baru saja berdiri di depan meja kasir, pintu kafe terbuka, menampilkan seseorang dengan tabung gambar juga ransel yang ia pasang di punggungnya. Sosok itu mengenakan hoodie hitam dengan cargo pants berwarna army. Ia mengenakan kacamata seperti biasa, rambutnya terlihat setengah basah. Satu kata yang dapat Noa gambarkan adalah tampan, ia bak melihat Joshua dengan versi remaja, sangat tampan.


"Hah, it must be destiny!" Ujar Kavi saat melihat Noa berada di sana.

Sial, Noa tersipu, ia tak sanggup sembunyikan itu saat mata mereka bersitemu, "yea ... I guess so ... "

"Ma--"

"Machiato?"

Kavi tersenyum, mata bulan sabit itu sangat khas Noa dapat dengan jelas melihatnya, "yes! Kamu inget aku pesen apa ternyata."

Bodoh, Noa jadi terlihat sangat hapal dengan apa yang Kavi sukai.

"Stop you kid!"

"I'm not a kid, aku udah punya ktp, want to see?"

Noa menggelengkan kepala, "mau apalagi? Udah makan?"

Giliran Kavi yang menggelengkan kepala, "tapi ini mau sarapan sih."

"Makan yang ngenyangin kalo sarapan, kamu minum ginian doang gimana bisa di sebut sarapan!" Noa mengomel, bibirnya mencucu lucu.

"Alright, roti coklat dua."

"Jangan makan yang manis-manis keseringan Kavi, not good for your health."

Kavi berlagak menghela napasnya jengah, di susul senyuman tipis. Kavi sesungguhnya merasa senang Noa memperhatikannya.

"Alright, Kakak yang pilih. Aku tunggu di meja sana, okay?"





















Tak berselang lama, seseorang datang membawakan pesanannya. Kavi yang tengah sibuk dengan ipadnya mendongak, ia  terkejut saat menemukan bukan waiter yang mengantarkan pesanannya, melainkan sosok Noa.

"O-oh, Kakak yang anter?"

"I just bored so ... "

"Am i special one?"

"Stop it!"

Kavi terkekeh, sangat seru menggoda Noa, karena reaksinya sangat menggemaskan.

"Can i sit here?" Tanya Noa menunjuk bangku kosong di sisi Kavi.

"Sure," Kavi menggeser kursi agar Noa dapat dengan mudah duduk di sana.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Noa saat melihat Kavi sibuk dengan ipadnya.

"Nyari lowongan kerja part time di sekitar sini," Ujar Kavi menunjukan beberapa situs website di internet.

Mendengar itu Noa menjadi iba. Kavi sudah hidup sendiri pasti melelahkan harus tetap bekerja di sela kesibukannya sebagai mahasiswa. Mengapa dirinya sangat mudah tersentuh karena pemuda itu.

"Kamu mau gak kalo jadi waiter di sini, Kavi?"

Kavi yang tengah fokus dengan ipadnya melihat ke arah Noa dengan terkejut, "ada lowongan kerjaan di sini, Kak?"

"Hampir setengah pegawai di sini juga kerja part time Kavi. Kamu bisa kerja di sini kalo kamu mau, Joey pasti seneng liat kamu terus."

Kavi tentu saja merasa senang, ia tak mungkin melewatkan kesempatan emas itu, "tentu aja aku mau, Kak, aku bisa mulai kerja kapan?"




















Tbc ...

After We Meet | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang