Bab 7

9.7K 659 48
                                    

Rendra mengusap wajahnya kasar lalu berdiri. Semakin dia ingin melupakan maka semakin jelas apa yang terjadi malam itu. Ini jelas tidak bisa diabaikan begitu saja. Dia harus memastikan bahwa wanita itu tidak hamil. Jangan sampai nanti, dia membawa pulang anak yang Laura lahirkan sedang anaknya sendiri malah besar tanpa ayah.

"Ck! Sial."maki Rendra. Dia bahkan secara tak sengaja membayangkan seorang anak laki-laki yang mirip dengannya. Anak itu terlihat marah dan tidak mengakui dirinya sebagai ayah karena menganggap telah dibuang.

Tok tok

"Masuk!"titah Rendra. Itu pasti Abdur.

"Tuan."sapa Abdur ramah setelah masuk ke ruangan atasannya.

"Bagaimana? Kau sudah temukan wanita itu?"tanya Rendra cepat.

"Belum, tuan. Tapi saya sudah mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari."

Penjelasan Abdur sama sekali tidak memuaskan Rendra. Dia ingin wanita itu segera ditemukan. Namun tak ada pilihan lain selain menunggu.

"Baiklah. Aku ingin kabar baik secepatnya!"

"Baik, tuan."

Rendra mengibaskan tangannya meminta Abdur untuk pergi. Namun belum rapat pintu ruangannya tertutup. Sosok Laura terlihat memasuki ruangannya.

"Kak Rendra.."sapa Laura riang. Ia masuk dengan banyak sekali barang.

"Kau baru belanja?"tanya Rendra datar. Terlalu memikirkan masalah wanita yang dia tiduri membuat Rendra tak semangat melihat Laura. Dan ini untuk pertama kalinya.

Laura yang merasakan perbedaan dari nada suara kekasihnya langsung berhenti tersenyum."Kakak marah?"

Rendra yang menyadari kesalahannya segera berdiri dan meminta maaf."Maaf, kakak hanya sedang pusing karena urusan pekerjaan."

Laura segera meletakkan barang-barang yang ia beli lalu segera memeluk tubuh kekasihnya.

"Laura, apa yang kamu lakukan?"kaget Rendra.

"Bukannya kakak biasanya akan menjadi tenang jika ku peluk. Setelah ini, masalah kakak pasti akan langsung hilang."ucap Laura dengan wajah manis. Tapi sialnya Rendra tak lagi merasa begitu. PPelukan wanita ituterasa tak menyenangkan lagi. Namun karena tak mau membuat Laura sedih, Rendra terpaksa membalas pelukan itu.

"Sudah lebih baik?"tanya Laura setelah mereka pelukan beberapa saat.

Rendra segera mengiyakan lalu melepas pelukannya."Setelah ini pulanglah! Minta Abdur mengatur orang untuk mengantarmu pulang."

"Pulang?"tanya Laura bingung."Aku kan bisa tinggal di sini. Lagipula kakak pasti akan lebih semangat bekerja jika aku temani, benar kan?"

Rendra mengangguk."Tapi kamu sedang hamil. Ibu hamil sebaiknya lebih banyak istirahat."

"Aku bisa istirahat di sini."

"Istirahat di rumah lebih nyaman."sahut Rendra lagi lalu segera memanggil Abdur.

"Baiklah. Aku akan pulang tapi kak Rendra cium aku ya?"rengek Laura membuat Rendra diam. Mencium Laura adalah sesuatu yang selalu dia inginkan tapi kenapa kali ini berbeda.?

Apa yang salah dengan dirinya?

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang