Bab 79

6.1K 673 61
                                    

Anna menghela napas kesal lalu menyimpan ponselnya. Padahal rencana balas dendam sudah ada tapi sasarannya yang menghilang. Damian tiba-tiba saja bilang sibuk dan sudah beberapa hari tidak bisa dihubungi dan itu artinya taruhan kali ini, ia kalah lagi.

"Aku kemakan rencana ku sendiri. Padahalkan awalnya cuma mau hamil lalu terserah pria itu mau pergi ke mana. Tapi sekarang dia tidak ada, aku malah kesepian."gumam Anna lalu menatap beberapa makanan yang tersaji di hadapannya. Saat ini ia memang sedang duduk di sebuah cafe setelah tadi puas belanja di mall.

Anna menggeleng pelan."Sepertinya aku terlalu menggampangkan semuanya. Menikah lagi dan punya anak harusnya tidak bisa semudah ini."gumam Anna lalu mulai makan. Sepertinya memang harus dipikirkan kembali. Lagipula Damian terlihat tidak begitu serius. Pria itu gampang sekali hilang dan muncul. Dan juga terlalu banyak rahasia. Keluargamya juga terlalu menakutkan.

Setelah makan dan bayar, Anna bergegas pulang ke rumah. Ia akan bicara dan meminta saran dari orang tuanya. Anna yakin jika orang tuanya juga ingin ia bersabar sedikit untuk menikah lagi. Yang paling benar kemarin ialah pergi ke luar negeri, menenangkan diri dan baru pelan-pelan mencari pasangan lagi.

Setelah tiba di rumah, Anna segera mengajak orang tuanya untuk bicara. Ia mengatakan semua pemikirannya dan meminta pendapat.

Harun yang baru saja kembali dari luar kota segera saja memijat keningnya.

"Kamu yakin mau mendengar saran kami?"tanya Harun membuat Anna mengangguk.

Hasti menghela napas."Sebenarnya ini memang terlalu cepat untuk menemukan seorang pria. Apalagi Damian itu duda, punya masa lalu. Itu yang membuat mama cemas. Dan kita juga tidak tahu kan, selain istrinya yang sudah meninggal, apa dia punya mantan lain."

"Bukan hanya itu, keluarga Damian terlalu kuat. Kalau dia macam-macam, kami tidak bisa membela kamu. Karakter Damian juga susah ditebak, papa tidak tahu dia orang yang seperti apa."ucap Harun membuat Anna mengangguk.

"Jadi bagusnya bagaimana?"tanya Anna. Sejujurnya ia juga sependapat dengan orang tuanya.

"Baiklah. Kali ini kita harus mode serius. Jangan bercanda."ucap Hasti membuat Harun dan Anna mengangguk.

"Jadi menurut papa, lebih baik ikuti rencana awal saja. Pergi ke luar negeri, perbaiki diri dulu baru cari pasangan."ucap Harun.

"Kalau papa memang maunya begitu, lalu kenapa kemarin lamaran Damian diterima?"omel Hasti.

"Ya namanya khilaf."sahut Harun tak terima.

Hasti menghela napas."Bukankah tidak ada pembicaraan tentang pernikahan, iya kan?"tanya Hasti dan Anna mengangguk. Lamaran resmi pun tidak ada kabarnya.

"Pernyataan cinta juga tidak ada kan?"tanya Hasti lagi.

"Iya."sahut Anna kesal. Karena ia kemarin harus mengirim uang lagi ke rekening mamanya.

"Kamu juga belum disentuh kan?"

Anna mengangguk."Yang kemarin cuma mijat kaki."

"Lalu apa kesimpulannya, mah?"tanya Harun membuat Anna menatap penasaran.

Hasti tersenyum tipis."Sepertinya Damian punya tujuan khusus di keluarga kita. Misalnya jadi mata-mata karena keluarga kita dicurigai tel__"

"Ck! Mama ngawur banget."tegur Anna kesal.

"Iya nih. Katanya mau serius."ucap Harun kesal.

"Ini mama serius. Buktinya Anna sudah buka kaki eh si Damian cuma mijat doang bukannya jleb. Itu kan sudah menjadi bukti kuat kalau dia tidak benar-benar mau menikahi putri kita."ucap Hasti membuat Anna mengangguk.

"Benar juga, mah. Masuk akal sih ini. Atau jangan-jangan tebakan mama benar lagi. Kalau mas Damian itu mata-mata. Bisa saja kan dia tahu kalau papa itu anggota black cangCut."

"Hah black cangCut apa?"tanya Harun bingung.

"Itu anggota mafia maksudnya."sahut Anna menahan tawa.

"Loh papa kan anggota geng motor. Jangan-jangan gara-gara itu."tebak Hasti.

"Buat apa Damian mata-matain anggota geng motor papa yang anggotanya cuma ada tiga orang. Itupun kalau touring cuma mancing."ucap Harun sambil menggeleng pelan. Ada-ada saja pikirnya.

"Lalu apa dong?"tanya Hasti lalu tak lama kemudian terdengar suara bel rumah.

Seorang ART bergegas menuju pintu lalu sesaat kemudian terlihat berlari.

"Siapa, bi?"tanya Hasti malas. Jangan bilang kalau Imron dan Riana lagi.

"Itu nyonya. Keluarga tuan Damian, katanya mau melamar non Anna."

Hah?

Hasti, Harun dan Anna hanya bisa saling pandang karena bingung. Situasi macam apa ini?

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang