Bab 29

8.2K 712 54
                                    

Anna menatap gedung besar di depannya lalu bergegas masuk ke dalam. Ia sengaja datang tanpa beritahu Rendra sebelumnya. Anna ingin tahu bagaimana reaksi pria itu saat melihatnya. Senang atau sedih?

"Aku ini calon istri bos kalian. Apa kalian tidak mengenalku hah? Kalian mau dipecat?"

Anna mengernyit saat melihat seorang wanita berperut buncit marah-marah. Sepertinya dilarang masuk. Dan apa tadi katanya? Calon istri bos, apa papa mertuanya mau kawin lagi? Secara Rendra tidak mungkin. Kan calon suaminya.

"Kasihan sekali calon mama mertua."gumam Anna lalu terus melangkah. Sepertinya hanya wanita itu yang dilarang masuk.

"Aku Laura. Laura, kekasih bos kalian. Aku sudah sering ke sini. Masa kalian tidak tahu?"

Langkah Anna langsung terhenti. Laura? Sepertinya ia mengenal nama itu.

Laura? Sepertinya yang jualan bakso di depan sekolahannya dulu. Iya namanya Blaura, keren sih namanya tapi orangnya aneh. Untung baksonya enak.

"Eh? Kok jadi jualan bakso."gumam Anna lalu segera berbalik. Menatap wanita itu dari atas sampai bawah lalu fokus ke perutnya.

Laura? nama itu kan yang menelpon calon suaminya semalam. Jadi wanita itu sedang hamil.

Anna menghela napas kesal lalu melangkah menuju keributan itu.

"Permisi, saya mau tanya, ruangan mas Rendra di mana ya?"tanya Anna sengaja dengan suara keras.

Laura yang mendengar itu langsung melotot."Kamu siapa?"tunjuk Laura marah membuat Anna tersenyum licik.

"Calon istrinya mas Rendra."sahut Anna datar.

"Bu Anna ya?"tanya satpam yang tadi berdebat dengan Laura.

"Iya. Anna Harun. Kalian kenal saya?"tanya Anna dengan senyum manis. Ternyata ia terkenal juga.

"Tentu, bu. Pak Rendra sudah berpesan, kalau ada wanita cantik bernama Anna bisa langsung masuk."

"Saya akan mengantar ibu ke atas."ucap seorang gadis yang berpakaian rapi. Mungkin resepsionis atau siapalah itu, Anna tidak peduli.

Anna langsung tersenyum lalu mengangguk.

"Kak Rendra tidak mungkin punya calon istri."ucap Laura tak terima.

"Budeg ya? Sudah diakui begini masih dibilang tidak mungkin."omel Anna lalu mengibaskan rambutnya.

"Sudah kubilang tidak mungkin ya tidak mungkin."teriak Laura membuat Anna meringis lalu melotot kesal.

Wanita ganjen seperti ini sangat amat perlu untuk dikasih paham.

Awas saja, batin Anna lalu segera mengeluarkan ponselnya dan meminta Rendra untuk turun ke bawah.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang