Bab 20

7.6K 726 84
                                    

"Bisa-bisanya Hasti PeDe ngadain acara empat bulanan, padahal putrinya bunting duluan. Kalau menurut mama sih, pasti itu ditinggal sama lakinya. Ya emang keluarga mana yang mau besanan sama Harun dan Hasti."ucap Riana sambil merapikan riasan wajahnya. Mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah Harun.

"Harun pasti niat mau ngejek kita, tapi papa tidak akan mengalah. Kali ini kita serang sampai ke akar-akarnya."ucap Imron penuh tekad. Sedang Rendra hanya menghela napas keras.

"Napasnya biasa aja dong. Ganggu mama make up aja."omel Riana membuat Rendra diam. Sejak keluar dari rumah sampai di pesawat dan sekarang di jalan, mamanya terus saja mengomel. Sensitif sekali seperti macam tutul yang baru kehilangan tutulnya.

"Nanti bilang saja kalau calon istrimu tidak bisa ikut karena tidak enak badan."ucap Imron yang langsung diangguki oleh Rendra. Pasalnya mereka tidak bisa menemukan wanita yang pas untuk bersandiwara. Kalau ketahuan bohong, takutnya malah diejek sampai kiamat.

"Mama juga akan bilang kalau calon istri Rendra sedang mengandung bayi kembar. Biar Hasti dan Harun panas dingin karena iri. Setidaknya mereka sudah kalah jumlah cucu."ucap Riana dengan senyum licik.

"Bagus, mah. Ide bagus. Kita tidak boleh kalah pokoknya."sahut Imron membuat Rendra memutar bola matanya malas. Anehnya, dia yang sangat sibuk kenapa bisa terlibat dalam situasi seperti ini. Seperti dia tak punya kerjaan saja.

"Dan kamu,"tunjuk Riana pada putranya."Setujui saja semua perkataan mama dan papa nanti, mengerti?"

"Iya."

"Mengerti atau tidak?"tanya Riana kencang.

"Iya, mah."sahut Rendra keras.

Mobil mereka akhirnya memasuki sebuah gerbang yang cukup tinggi.

"Acaranya di rumah kan, pah? Kok sepi ya."gumam Riana. Katanya acara empat bulanan tapi kok sepi. Apa mereka salah tanggal?

Imron langsung tertawa."Pasti cuma kita yang diundang, mah."

"Kok gitu?"tanya Riana bingung.

"Ya malu lah. Masa ngadain acara empat bulanan padahal putri mereka tidak punya suami."ejek Imron membuat Riana tertawa.

"Benar juga. Harun dan Hasti benar-benar nggak punya malu."ucap Riana lalu segera turun dari mobil.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang