"Mama mohon, Anna. Meski Rendra penah melakukan kesalahan, tapi dia sudah menyesal. Dan sekarang dia sudah dapatkan karmanya, tolong ikut mama dan lihat keadaannya. Dokter bilang Rendra dalam masa yang sulit, kita harus buat dia memiliki harapan untuk hidup lagi."
Anna diam, saat ini hanya ada ia di rumah. Jika tidak, mungkin pertengkaran sudah terjadi karena orang tuanya tidak akan biarkan tante Riana masuk.
"Mama mohon, jika perlu mama akan bersujud di kakimu_"
"Tante tidak perlu bersujud karena apapun yang terjadi aku tidak akan pergi."ucap Anna membuat gerakan Riana terhenti.
"Anna, mama mohon__"
"Tante bilang itu adalah karma kan? Kalau begitu biarkan Rendra menjalaninya. Jika aku datang ke sana, bukankah artinya aku yang mendapat karma."
Riana menggeleng."Tapi Rendra butuh kamu. Dia pasti akan sangat senang jika kau datang dan mau bicara dengannya."
"Dia bisa saja butuh mantannya, apa tante lupa kalau aku tidak sepenting itu."ucap Anna.
"Tapi___"
"Tante, aku akan menikah."potong Anna lalu memperlihatkan cincin di tangannya.
Riana langsung melotot."Secepat itu kamu melupakan Rendra? Mama tidak menyangka."
Anna tersenyum tipis."Justru ini sedikit terlambat."
Riana mengangguk."Baiklah, untuk ini mama mengerti. Rendra pasti sudah sangat membuatmu kecewa tapi tetap saja kalian pernah menikah, tolong jadikan itu alasan untuk datang dan menjenguk Rendra. Mama mohon."pinta Riana memelas.
Anna menghela napas."Apa mama tahu alasan apa yang membuat Rendra menemui Laura?"
Riana diam.
"Karena kasihan. Laura memohon seperti yang tante sekarang lakukan dan Rendra terbuai. Bahkan tanpa pedulikan perasaanku, dia berbohong dan membantu mantan kekasihnya. Saat tahu aku sangat marah, tapi rasanya lebih sakit lagi saat aku tahu bahwa mantannya jauh lebih penting. Hari ini jika aku pergi, maka apa bedanya aku dengan Rendra? Bukannya akan sama saja. Jika calon suamiku tahu maka dia pasti akan sangat sedih."
"Kita bisa merahasiakannya, mama akan mengatur orang untuk membuatmu mengunjungi Rendra secara diam-diam."ucap Riana tak habis akal.
Anna langsung tertawa."Diam-diam? Maksud tante seperti yang biasa Rendra lakukan saat menemui mantannya di belakangku?"
"Anna."tegur Riana kesal. Ia sudah kehabisan kata-kata.
"Aku tidak akan ke manapun. Jadi tante sebaiknya pergi karena hanya akan buang-buang waktu membujukku di sini."tegas Anna membuat Riana menghela napas kasar lalu segera berdiri membawa tasnya kemudian melangkah keluar.
'Jika tidak bisa dengan cara baik, maka terpaksa harus dengan kekerasan.' batin Riana. Untungnya Anna ikut ke depan.
"Baiklah. Tapi jika kamu berubah pikiran, tolong segera hubungi mama."ucap Riana lalu melirik dua bodyguard nya untuk memaksa Anna masuk ke dalam mobil.
"Aku tidak akan berubah pikiran,"ucap Anna lalu melirik dua pria di depannya dengan waspada."Kalian mau apa?"tanya Anna takut.
"Maafkan mama, Anna. Tapi tidak ada pilihan lain. Rendra membutuhkan dirimu."ucap Riana lalu dua pria tadi bergerak cepat menangkap tangan Anna.
"Tol___"belum sempat Anna berteriak dua pria yang tadi memegang tangannya sudah jatuh ke tanah akibat tendangan seseorang.
Bugh
Bugh
Damian memberikan dua tendangan lagi sebelum akhirnya segera mendekati Anna.
"Mas Damian,"panggil Anna lalu segera masuk ke pelukan calon suaminya itu."Untung saja mas datang tepat waktu."ucap Anna lalu mulai menangis.
"Tenanglah! Jangan men__akh"Damian melotot saat senjatanya diremas oleh Anna.
"Mas, aku takut sekali.. "rengek Anna dengan tangan yang semakin nakal.
"Iya. Tapi kenapa malah punya mas yang diremas?"bisik Damian menahan kesal sekaligus desahan.
Anna memasang wajah takut."Entahlah, mas. Aku takut sekali tapi menjadi tenang setelah memegangnya."
Damian segera memukul kepala Anna saking kesalnya. Bisa-bisanya bercanda. Memang senjatanya obat penenang?
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Orang (End)
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Anna Harun diusir dari rumah karena terlalu boros. Ia boleh kembali asalkan berhasil mengumpulkan uang satu milyar. Tapi saat kembali, bukan hanya uang yang ia bawa tapi juga janin di dalam kandungannya.