Bab 63

4.7K 642 64
                                    

Anna pasti sudah gila. Iya gila. Jika tidak, lalu kenapa kini ia malah membawa Damian kembali ke rumah dan bukannya pergi ke Bandara.

"Rumah mu cukup besar."ucap Damian saat pertama kali menginjak rumah yang didominasi warna putih itu.

"Apa rumahmu kecil?"tanya Anna.

"Tidak juga."balas Damian.

Anna langsung mengajak Damian ke ruang keluarga.

"Tunggu di sini, aku akan memanggil orang tuaku."ucap Anna dan Damian hanya diam. Dia melangkah menuju sofa lalu duduk dengan tenang.

Di saat Anna pergi, Damian segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi orang kepercayaannya.

"Cari tahu semua tentang keluarga Harun, terutama putrinya yang bernama Anna!"

Setelah mendapat kepastikan dari orang kepercayaannya, Damian segera menyimpan ponselnya kembali.

"Laki-laki apa? Kamu ini bukannya pergi malah pulang lagi."omel Hasti lalu diam saat melihat pria bertubuh kekar di ruang keluarganya.

Harun sendiri juga tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya menunggu penjelasan dari putrinya.

"Aku harap papa dan mama tidak akan terkejut."ucap Anna membuat Hasti dan Harun saling pandang.

"Justru aneh kalau kami tidak terkejut."ucap Hasti.

"Iya. Tunggu sebentar, papa mau menyiapkan mental dulu."ucap Harun yang diangguki oleh Hasti.

"Ini tidak akan terlalu mengejutkan."ucap Anna meyakinkan.

Hasti menggeleng."Tunggu sebentar. Mama ingin minum obat penurun darah tinggi dulu."ucapnya lalu melangkah menjauh.

"Sekalian telpon dokter Zaki, mah. Minta dia datang ke sini!"suruh Harun membuat Anna menghela napas. Untuk apa telpon dokter pribadi.

"Baiklah. Katakan saat kalian siap mendengarnya,"ucap Anna lalu duduk di sofa dengan tenang."Orang tuaku memang aneh."bisiknya pada Damian.

"Mereka lucu."balas Damian singkat.

Brakk

"Apanya yang lucu hah?"bentak Harun setelah menggebrak meja.

Anna dan Damian segera berdiri.

"Pah__"

"Jangan ikut campur,"cegah Harun membuat Anna diam."Apa kau menghamili putriku?"tanya Harun dengan nada tinggi."

Damian menggeleng membuat Harun menghela napas lega."Tapi aku berniat untuk melakukannya."lanjutnya membuat Harun melotot.

"Dasar bajingan!"maki Harun lalu melayangkan satu pukulan ke tubuh pria di depannya, namun__

"Arghh"

Bukan Damian tapi Harun yang menjerit. Tangannya seperti memukul batu, keras sekali.

Anna segera memeriksa papanya."Papa tidak papa kan?"tanya Anna panik.

Harun menggeleng dengan tatapan kesal. Harusnya tadi dia memukul di wajah tapi pria itu sangat tinggi, tangannya tidak sampai.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang