Rendra keluar dari kamar mandi lalu melangkah perlahan menuju meja kerjanya. Tubuhnya benar-benar sangat lemas. Kepalanya pusing dan perutnya mual sekali. Pagi ini saja, dia sudah tiga kali muntah.
"Kak Rendra masih mual ya? Mau aku pijat."
"Tidak. Tidak perlu."tolak Rendra cepat lalu menutup mata. Kehadiran Laura entah sejak kapan terasa sangat menyebalkan. Semakin dia tidak suka maka wanita itu semakin sering datang. Ingin diusir tidak enak. Diberi kode tidak peka. Benar-benar tidak bisa dimengerti.
"Sepertinya aku tahu kenapa kakak merasa mual."
Rendra membuka mata."Kamu tahu?"
Laura mengangguk lalu mengusap perutnya."Kakak mungkin tidak percaya tapi kadang pria yang akan menjadi seorang ayah, bisa menggantikan peran ibu untuk mengidam dan mual. Ya seperti kakak ini. Aku yang hamil tapi kakak yang mual."
Rendra hanya diam. Jika mualnya beberapa hari ini karena akan menjadi seorang ayah. Maka jelas ini bukan karena kehamilan Laura.
'Apa jangan-jangan wanita malam itu hamil?' batin Rendra.
"Ini bisa terjadi kalau kakak terus memikirkan dan juga mencemaskanku. Aku tahu kalau kakak khawatir pada kandunganku, tapi semuanya akan baik-baik saja."
"Maksudmu, aku seperti ini karena memikirkanmu?"tanya Rendra membuat Laura segera mengangguk. Tapi selama satu bulan terakhir ini, dia hanya fokus memikirkan wanita yang pernah tidak sengaja tidur dengannya. Memikirkan di mana wanita itu sekarang. Apakah ia hamil atau tidak. Bahkan mimpi saat mereka tidur bersama hampir muncul setiap malam.
"Katakan! Berapa kali dalam sehari, kakak memikirkanku?"
Rendra hanya diam. Jawabannya adalah tidak pernah. Bahkan setiap Laura ada di dekatnya saja, dia begitu ingin wanita itu pergi. Dan saat tidak bertemu dia malah merasa senang.
Laura tersenyum lalu mendekat dan bersiap untuk memeluk namun Rendra segera menolak.
"Kakak baru saja muntah. Pasti bau."ucap Rendra lalu segera menjauh.
Laura hanya tersenyum."Kakak terlalu mencemaskanku. Padahal aroma tubuh kakak adalah yang terbaik."
Rendra hanya diam.
"Kakak dengar ada barang baru di butik tante Sintya. Kau tidak mau ke sana?"tanya Rendra. Niatnya tentu untuk mengusir Laura.
"Mau. Karena itu aku ke sini."sahut Laura penuh harap.
"Kakak sedang tidak enak badan dan sebenarnya ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi pergilah sendiri dan setelah itu pulanglah ke rumah untuk istirahat."Rendra segera mengeluarkan kartu bank miliknya lalu memberikanya pada Laura.
"Baiklah. Setelah belanja aku akan kembali ke sini."
"Tidak."tolak Rendra cepat membuat Laura mengernyit.
"Kakak kenapa? Bukannya kakak harusnya senang kita menghabiskan waktu bersama."
"Iya. Tapi kakak sedang tidak enak badan. Takut menularimu yang sedang hamil. Jadi mengertilah dan pulang ke rumah lebih awal hari ini."ucap Rendra lembut. Dia harap Laura cepat pergi dan tidak banyak mendebat.
"Baiklah. Tapi ciun dulu."ucap Laura lalu mendekat dengan riang.
Rendra melotot lalu segera menutup mulutnya.
"Huekk"
"KAK RENDRA!"jerit Laura kencang saat bajunya kena muntahan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Orang (End)
RomantizmHarap bijak memilih bacaan! Anna Harun diusir dari rumah karena terlalu boros. Ia boleh kembali asalkan berhasil mengumpulkan uang satu milyar. Tapi saat kembali, bukan hanya uang yang ia bawa tapi juga janin di dalam kandungannya.