Bab 25

7.6K 790 54
                                    

"Sakit ya?"tanya Anna saat mengobati luka memar di wajah Rendra.

Rendra hanya mengangguk. Enggan mendebat apalagi sampai mengeluh karena kini dia sedang diobati dihadapan Harun dan Hasti.

"Sekarang telpon Imron dan Riana, minta mereka ke sini!"titah Harun membuat Rendra mengangguk dan segera mengeluarkan ponselnya.

Tapi alih-alih menelpon, Rendra lebih memilih mengirim pesan.

"Minta mereka datang secepatnya!"titah Hasti membuat Rendra kembali mengangguk.

"Ini aku beneran mau dinikahin kan, pah?"tanya Anna membuat Harun melotot.

"Masuk kamar sana!"teriak Harun kesal membuat Anna langsung cemberut.

"Kok papa marah, kan aku cuma tanya."

"Pertanyaan kamu itu yang bikin papa marah. Lagipula kenapa harus sama putranya si Imron kamu bikin anaknya. Kan di luar sana ada banyak pria yang jauh lebih tampan dan mapan. Kenapa harus Rendra? Kenapa?"teriak Harun kesal membuat Anna diam sesat.

"Banyak sih, pah. Lain kali deh Anna bikinin."sahut Anna santai membuat Rendra, Harun dan Hasti langsung melotot kaget.

"Jangan macam-macam kamu!"tunjuk Harun semakin marah.

"Kok macam-macam? Kan papa yang mau."ucap Anna tanpa rasa bersalah membuat Hasti menghela napas kesal.

"Ngidam apa dulu mama saat hamil kamu? Kok nggak ada benar-benarnya."ucap Hasti heran.

"Kan dulu mama ngidam jambu monyet. Makanya sekarang setelah hamil, Anna nggak mau makan jambu monyet."ucap Anna membuat Hasti memijat keningnya lalu menatap Rendra.

"Yakin kamu mau nikah sama Anna? Nggak nyesal kamu?"tanya Hasti membuat Rendra menunduk.

"Ya sudahlah, pah. Kasih saja. Biar si Rendra gantian ngerasain apa yang selama ini kita rasakan."ucap Hasti membuat Harun diam berpikir lalu membayangkan sikap putrinya selama ini.

"Benar juga ya, mah. Dapat menantu modelan Anna, sudah macam kutukan bagi Imron dan Riana. Hidup mereka pasti tidak akan tenang setelah ini."ucap Harun serius membuat Anna langsung mencebik.

"Kalian kok jahat sih."gumam Anna lalu melirik ke arah Rendra."Aku nggak seburuk itu kok, beneran."

Rendra hanya mengangguk lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh perut Anna. Beberapa getaran yang dia rasakan dari dalam perut Anna membuat Rendra langsung mengulas senyum.

Perasaan ini tidak pernah dia rasakan saat memegang perut Laura. Tidak salah lagi, ini pasti anak-anaknya tidak perlu tes DNA lagi.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang