Extra Part 3

4.6K 605 23
                                    

Damian mengusap kepala Anna. Wanita itu terlihat tidak senang, padahal kini mereka sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan.

"Kenapa, bosan?"tanya Damian lembut.

Anna menggeleng."Aku hanya ingat masa lalu. Dulu saat menikah, aku tidak tertarik untuk mengurus apapun dan memilih secara asal-asalan. Mungkin karena itu juga aku diberi suami yang asal-asalan. Tapi sekarang, aku benar-benar ingin mengurus pernikahan kita dengan benar tapi rasanya ini bukan hal yang bisa aku lakukan."

Damian tersenyum lalu menggenggam jemari Anna."Ayo pergi!"ajak Damian membuat Anna melotot.

"Ke mana?"tanya Anna bingung.

Damian hanya diam. Begitu tiba di parkiran, dia segera membukakan pintu untuk Anna.

"Mas marah ya?"tanya Anna namun Damian hanya menggeleng lalu segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya pergi.

Pada akhirnya Anna malah gelagapan sendiri. Ia meraih lengan Damian dengan raut penyesalan.

"Maaf, mas. Aku tidak berniat meremehkan pernikahan kita. Aku__"

"Susshh! Mas tidak merasa kamu meremehkan pernikahan kita."ucap Damian.

"Lalu kenapa kita pergi? Harusnya kan__"

Damian tersenyum lalu meraih tangan Anna."Sepertinya mas mengerti. Pernikahan bukan sesuatu yang ribet. Kita bisa membuatnya sesederhana mungkin namun tetap sakral."

Anna mengernyit."Maksud mas?"

"Lihat saja nanti."ucap Damian lalu fokus menyetir.

Setelah satu jam. Mobil berhenti di sebuah taman bunga. Ada banyak pohon dan jenis bunga yang tumbuh dengan sangat indah. Di tengahnya ada tempat kosong yang ditumbuhi rumput dan begitu terawat.

Damian mengajak Anna ke luar dan jalan-jalan.

"Ini tempat apa, mas?"tanya Anna. Karena tempatnya begitu indah namun sama sekali tidak ada orang. Biasanya tempat seperti ini pasti akan didatangi banyak orang untuk liburan atau sekedar foto-foto.

Damian mengajak Anna keliling untuk melihat-lihat."Ini adalah taman milik mama. Beliau merawat taman ini selama delapan tahun dan setelah meninggal mas yang mengambil alih untuk menjaga taman ini."

Anna mengangguk. Mama? Bukankah itu artinya mama kandung dari pria itu atau bisa disebut almarhumah calon mertuanya.

"Bukankah tempat ini sangat indah?"tanya Damian membuat Anna mengangguk lalu segera melepaskan diri dan mulai berlari untuk melihat-lihat.

"Tidak perlu berlari."tegur Damian membuat Anna berbalik lalu tersenyum.

"Udara di sini sangat segar, mas."ucap Anna. Bukan hanya pemandangannya yang memanjakan mata tapi juga rasanya begitu menenangkan.

Anna langsung duduk di rumput lalu memejamkan mata.

"Jangan duduk di sana. Jika lelah, biar mas gendong."tawar Damian namun Anna langsung menggeleng kemudian meminta pria itu duduk di sampingnya.

"Kenapa mas mengajakku ke sini?"tanya Anna begitu ia bisa bersandar dengan nyaman di tubuh Damian.

"Bagaimana jika kita menikah di sini?"tanya Damian membuat Anna menoleh dengan wajah semangat.

"Memang boleh?"

Damian mengangguk."Tentu saja boleh. Karena tempat ini akan menjadi milikmu."

Anna langsung melotot."Milikku? Mas memberikannya untukku?"tanya Anna kaget.

Damian menggeleng."Mama yang memberikan ini untuk menantunya."

Anna langsung menatap dengan pandangan menuduh."Dulu kan mas pernah menikah. Jangan-jangan tempat ini sudah mas berikan padanya dan sekarang untukku."

Damian langsung mencubit hidung Anna."Berhentilah memikirkan sesuatu dari masa lalu."tegur Damian.

"Kan benar. Masa sudah diberikan pada orang lain, mas berikan lagi padaku."ucap Anna membuat Damian menggeleng.

"Tidak. Saat itu mas harus pergi bertugas setelah dua minggu menikah, jadi mana sempat mengajaknya ke sini."ucap Damian membuat Anna diam.

"Hanya dua minggu?"tanya Anna memastikan.

Damian mengangguk."Saat mas pergi, ia hamil tapi sebelum mas kembali__"

"Aku mengerti. Mas tidak perlu katakan apapun lagi,"potong Anna cepat lalu berdiri."Jadi ini untukku kan? Ingat loh, mas tidak bisa mengambilnya lagi setelah memberikannya."ucap Anna membuat Damian tersenyum lalu berdiri dan memeluk wanita itu.

Anna balas memeluk Damian."Aku ingin pernikahan kita di penuhi bunga-bunga. Nanti para tamu bisa dibuatkan tempat duduk dari kayu agar terkesan alami. Makanannya juga diutamakan harus cantik dan enak tentunya. Untuk gaun, aku ingin yang sederhana saja dengan riasan kepala terbuat dari bunga-bunga kecil. Bisa kan?"tanya Anna membuat Damian mengangguk lalu tersenyum.

"Tentu saja bisa. Katakan lagi yang kamu inginkan!"pinta Damian lembut.

Anna keluar dari pelukan Damian lalu menatap hamparan bunga di hadapannya."Aku juga ingin ada banyak balon. Memang seperti anak kecil tapi kan terserahku."

Damian tertawa lalu mengangguk."Bunga dan balon, perpaduan yang indah."

"Dan untuk tamu, tidak perlu banyak-banyak. Cukup teman dan keluarga dekat kita saja agar lebih nyaman. Anggap saja seperti acara reuni."ucap Anna dan lagi-lagi diangguki oleh Damian.

"Untuk souvenir?"tanya Damian membuat Anna langsung berpikir.

"Karena aku sangat wangi, jadi souvenirnya parfum saja."

"Bulan madu?"

Anna langsung tertawa."Karena kita hanya akan tinggal di kamar. Jadi lebih baik cari tempat yang begitu buka jendela langsung melihat pemandangan indah."

Damian mengangguk mengerti lalu segera menggendong tubuh Anna."Baiklah. Persiapannya sudah selesai, jadi ayo kita bersenang-senang."

Anna tertawa lalu bergerak cepat mencium bibir Damian."Mas mau bawa aku ke mana?"tanya Anna.

"Ke tempat yang menyenangkan."

"Kamar?"tebak Anna membuat Damian menghela napas.

"Kita belum sah."ucap Damian pelan.

Anna langsung memukul dada Damian."Aku bilang kamar karena tempat favorit kita berdua kan memang kamar."

"Tempat favoritmu kan mall."

Anna langsung melotot lalu tersenyum."Setelah kita menikah, mungkin tempat favorit ku akan berubah menjadi kamar, dapur, ruang tamu, meja makan, kolam renang__" Anna langsung diam saat Damian menatapnya tajam.

Iya. Iya. Cuma dirinya yang punya pikiran kotor. Pikiran orang lain mah bersih.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang