Bab 52

5.4K 587 109
                                    

"Apa hal kecil seperti ini saja tidak bisa kakak lakukan untukku?"tanya Laura memelas.

"Bisa. Tapi sekarang ada yang lebih penting, jadi tolong urus dirimu sendiri."ucap Rendra. Dia memutuskan untuk menemui Laura dan meminta wanita itu untuk tidak menghubunginya lagi.

Laura tertawa."Apa ini karena wanita itu?"

"Wanita itu? Beraninya kau memanggil istriku seperti itu."marah Rendra.

"Ia bilang mengandung bayimu dan kakak percaya. Apa kakak tidak merasa ragu?"

Rendra melotot."Jangan bicara sembarangan."bentak Rendra lalu berbalik.

"Aku tidak bicara sembarangan,"teriak Laura membuat langkah Rendra terhenti."Apa kakak pernah berpikir kalau itu bukan anak kakak? Tidak kan? Kalau begitu coba pikirkan sekarang."

"Anna bukan wanita seperti dirimu. Ia wanita baik-baik yang dibesarkan di keluarga baik-baik."ucap Rendra. Rasanya begitu marah saat Laura meragukan kepribadian istri dan darah anak kembarnya.

"Aku tidak yakin. Bisa saja ia menipu. Lagipula sejak dulu kakak memang bodoh."ucap Laura membuat Rendra mengepalkan jari-jarinya lalu segera berbalik.

"Kau benar, aku yang bodoh mau menolongmu."bentak Rendra lalu mendatangi Laura dan melayangkan sebuah pukulan.

"Arghh kak Rendra."rintih Laura lalu menyentuh pipinya yang berdenyut sakit.

"Sekali lagi kau mengatai istriku, maka aku pasti akan mematahkan lehermu itu."ancam Rendra membuat Laura mendesis kesal.

"Kakak akan menyesal karena tidak mempercayai kata-kataku."ucap Laura membuat Rendra mendengus lalu berbalik. Namun belum sempat dia melangkah keluar, suara rintihan Laura mulai terdengar.

"Akh kak Rendra, tolongg"rintih Laura dengan senyum tipis. Lihat saja! Pria itu pasti akan berbalik dan menolongnya.

Rendra berhenti dan berbalik membuat Laura semakin merintih.

"Sakittt.. Perutkuuu.. Kak Rendra tolong. Jangan sampai anakku terluka.. "

Rendra hanya berdiri dengan jari-jari mengepal. Kali ini dia tidak akan peduli pada Laura. Tidak akan."

"Kak Ren__arghh"Laura tiba-tiba saja pingsan membuat Rendra mendesis kesal lalu segera berlari mendekati wanita itu.

"Laura.. Bangun! Laura."panggil Rendra lalu menekan tombol untuk memanggil petugas.

Sementara disaat Rendra panik. Di sanalah Laura tersenyum.

'Kau masih mencintaiku, kak. Kau tidak bisa melihatku terluka. Kau masih peduli padaku. Kemarahanmu hanyalah dusta dan cintamu terlihat sangat nyata.' batin Laura penuh dengan aura kemenangan.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang