Bab 45

4.3K 465 26
                                    

"Ikuti mobil di depan, pak!"titah Riana gusar. Bahkan mobil sebesar ini bisa membuat Rendra melewatinya tanpa menoleh.

"Untuk apa diikuti?"tanya Anna membuat Riana menoleh.

"Apa kau tidak ingin menjambak rambut Laura?"tanya Riana kesal.

"Jambak? Itu bukan gayaku."sahut Anna tenang.

"Lalu bagaimana? Apa kau akan diam saja melihat suamimu bersama Laura?"tanya Riana tak terima.

"Bukannya mama yang diam? Katanya lihat apa yang akan mama lakukan, tapi tadi mama hanya diam."sindir Anna lalu tersenyum sinis.

Riana hanya diam."Kita kembali ke rumah saja, pak."ucap Riana akhirnya.

"Keputusan yang bagus,"puji Anna lalu menyentuh lengan mama mertuanya."Sekarang mama yang lihat apa yang bisa aku lakukan."ucap Anna membuat Riana mengangguk.

Tiga jam kemudian, Rendra kembali ke rumah. Di ruang tamu sudah ada Imron dan Riana, keduanya terlihat bercengkerama sambil minum teh dan cemilan sore.

"Laura sudah pergi."ucap Rendra namun Imron dan Riana hanya mengabaikannya.

Karena diabaikan, Rendra hanya bisa langsung ke kamar dan menemui istrinya. Namun begitu tiba di kamar, Istrinya malah tidak ada.

"Sayang.. "panggil Rendra panik lalu mencari ke seluruh bagian kamar.

"Sayang, kamu di mana?"tanya Rendra lalu melangkah menuju kamar mandi namun juga kosong.

Karena tak menemukan istrinya di manapun, Rendra bergegas keluar.

"Apa mama melihat istriku?"tanya Rendra membuat Riana meletakkan gelas teh di tangannya.

"Istri? Kenapa masih mencari Anna?"tanya Riana datar membuat Rendra melotot.

"Apa maksud mama?"tanya Rendra bingung.

Riana mengangkat dua jarinya."Dalam dua jam, kau harus berhasil mengusir Laura. Jika tidak maka Anna yang akan pergi, begitu kan? Karena kau tidak berhasil mengusir Laura maka Anna pergi."jelas Riana membuat Rendra diam.

"Tapi Laura sudah pergi. Ia tidak tinggal di rumah itu lagi."ucap Rendra tegas.

Imron hanya tertawa."Kau usir atau kau pindahkan. Sebagai informasi, dua kata itu sangat berbeda."

"Maksud papa?"

Riana langsung menggeleng pelan."Anak kita benar-benar bodoh. Untung saja kita akan segera punya cucu sebagai pengganti."

"Benar, mah."sahut Imron lalu kembali fokus dengan cemilannya.

Rendra segera mendekati orang tuanya."Di mana Anna? Apa kalian menyembunyikan istriku?"tanya Rendra ramah.

"Menyembunyikan?"ejek Riana lalu mendorong putranya menjauh."Kau yang tidak tega dengan Laura, kau yang menggendongnya dengan panik,  kau yang tidak sadar bahwa adegan itu disaksikan oleh istrimu. Lalu sekarang kau bertanya keberadaan istrimu, apa kau sedang bercanda dengan kami?"tanya Riana lalu berdiri kemudian menjauh.

"Anna sudah pergi, ia bilang akan mengirim surat cerai setelah melahirkan nanti."ucap Imron dan langsung mengikuti istrinya.

Sedang Rendra hanya bisa diam. Anna pergi dan akan mengirim surat cerai?

Itu tidak mungkin.

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang