Bab 78

5K 593 45
                                    

"Arghhhhh ampun, mas.. "

"Mas Damiann arghh"

"Sakittt, massss.. Berhentiii arghh.. "

Jeritan Anna terdengar membahana. Bahkan Hasti yang ada di depan pintu saja bisa mendengarnya dengan jelas.

"Pah, tolongin Anna.."panggil Hasti lalu segera mencari suaminya.

Tadi Damian datang dan tiba-tiba saja langsung menggendong Anna menuju kamar. Dan sekarang keduanya ada di dalam kamar yang pintunya terkunci.

Hasti segera menarik lengan suaminya."Tolongin Anna, pah. Itu Damian sepertinya main kasar."

"Kasar apa, mah? Memang mereka ngapain?"tanya Harun bingung.

"Aduhh.. Itu loh, pah. Main ituan."ucap Hasti tak jelas.

Harun berdecak saat tiba di depan kamar putrinya.

"Mas.. Aku nggak kuat, mas. Sakitt. Jangan keras-keras, mas hh"jerit Anna membuat Harun dan Hasti saling pandang.

"Pah, cepat tolongin Anna! Jangan diam saja."tegur Hasti membuat Harun mengusap kepalanya.

"Sebentar, mah. Papa panggil orang dulu."ucap Harun lalu berlari keluar mau memanggil satpam tapi ternyata di luar ada banyak anggota Damian yang berjaga.

Harun langsung balik badan. Ini rumahnya tapi kok serasa dikepung.

"Papa buang-buang waktu. Cepat tolongin Anna. Itu anak kita dari tadi teriak-teriak."ucap Hasti kesal.

"Papa juga mau, mah. Tapi di luar ada banyak anak buah Damian. Papa mana berani."ucap Harun membuat Hasti berdecak kesal.

Sedang di dalam kamar, terlihat tubuh Anna bergerak bak cacing kepanasan akibat tekanan membabi buta Damian.

"Mas hh pelan-pelann.. "ucap Anna memelas. Suaranya sudah serak karena terlalu lama berteriak.

"Ini kan yang kamu mau?"tanya Damian lalu menaikkan sebelah kaki Anna ke pundaknya.

"Arghhh mas!"jerit Anna keras lalu segera bangun dan memberanikan diri memukul kepala Damian.

"Mas kalau mijat yang benar dong. Sakit tahu."omel Anna lalu mendesis saat merasakan kakinya pegal di sana sini.

"Kami di kesatuan, mijatnya memang begini."ucap Damian datar.

Anna menarik kakinya lalu mendesis kesal."Bedain dong. Masa mijat calon istri macam mau bunuh orang begini."

Damian menahan senyum."Tapi jadi lebih enak kan?"

"Enak apanya? Kaki aku mau copot rasanya. Awas saja kalau aku nggak bisa jalan,"ancam Anna lalu menendang tubuh Damian."Lagipula mas kerasukan apa sih? Datang-datang malah langsung gendong terus mijat kaki?"

Damian hanya diam lalu berbaring di samping Anna.

"Jangan pernah menemui mantan suamimu. Mas tidak ijinkan. Jika kamu berani pergi, maka bukan hanya kaki. Mas akan memberimu pijatan di seluruh tubuh."ancam Damian membuat Anna mendesis kesal lalu melirik kakinya yang terasa sakit.

'Awas saja. Akan ia balas nanti.'

Bersambung

Bukan Salah Orang (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang